Download DESAIN SISTEM INFORMASI CUACA DAN IKLIM MARITIM

Survey
yes no Was this document useful for you?
   Thank you for your participation!

* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project

Document related concepts
no text concepts found
Transcript
DESAIN SISTEM INFORMASI CUACA DAN IKLIM MARITIM UNTUK
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT WILAYAH PESISIR
Oleh
Dr. Agus Safril, M.MT * dan Marjuki M.Si **
* Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan
* Kepala Sub Bidang Diseminasi Informasi Agroklimat dan Iklim Maritim BMKG
Negara ini menjadi pernah menjadi negara besar dalam bidang maritim pada beberapa abad
lalu. Nenek moyang kita mempunyai kemampuan mengarungi samudera luas dalam mencari
ikan untuk kesejahteraan masyarakat. Masa kini, potensi laut yang yang dimiliki bukan hanya
untuk produksi ikan tetapi juga kandungan alam lainnya yang ada di dalam lautan Indonesia.
Hal ini disebabkan kekayaan wilayah maritim Indonesia yang berlimpah. Perairan Indonesia
dengan
besar wilayahnya merupakan perairan laut dengan zona ekonomi ekslusif menjadi
potensi untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia dengan jumlah pulau dengan pulau-pulau kecil menjadi potensi bagi pusat
pertumbuhan ekonomi baru 17.504 pulau, 13.466 yang baru diberi nama, dan panjang pantai
95.181 kilometer (Dahuri, 2014).
Salah satu potensi yang belum banyak tergarap adalah pemberdayaan potensi masyarakat
wilayah pesisir. Dengan luas pantai yang sedemikian panjang perlu pemberdayaan ekonomi
masyarakat pesisir yang umummya masih terdapat wilayah dengan kondisi miskin (Budi,
2009). Untuk pemberdayaan masyarakat pesisir ini diperlukan sentuhan langsung terhadap
kelompok masyarakat sasaran. (Efrizal, 2014). Untuk itu perlu dilakukan terobosan-terobosan
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat pesisir dalam membangun diri mereka sendiri.
Dalam hal ini BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) sebagai instansi
publik dapat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat wilayah pesisir melalui
informasi maritim.
KARAKTERISTIK MAYARAKAT WILAYAH PESISIR INDONESIA
Masyarakat yang hidup di sekitar wilayah laut menggunakan sumber kelautan sebagai mata
pencaharian hidupnya. Desa pesisir merupakan entitas sosial, ekonomi, ekologi, dan budaya,
1
yang menjadi batas antara daratan dan lautan, di mana di dalamnya terdapat suatu kumpulan
manusia yang memiliki pola hidup dan tingkah laku serta karakteristik tertentu (Fauzi, 2014)
Mereka menjadi pelaku utama dalam pembangunan kelautan dan perikanan, serta pembentuk
suatu budaya dalam kehidupan masyarakat pesisir. Namun potensi itu belum tergarap dengan
baik sehingga masyarakat pesisir umumnya masih terbelakang. Banyak diantaranya faktorfaktor yang menyebabkan masyarakat pesisir menjadi suatu komunitas yang terbelakang atau
bahkan terisolasi sehingga masih jauh untuk menjadikan semua masyarakat setempat sejahtera
(Zafiraafriza, 2013). Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1) Ketergantungan pada musim
Karakteristik masyarakat pesisir, terutama nelayan, adalah ketergantungan mereka pada
musim. Untuk nelayan kecil ketergantungan pada musim ini besar karena peralatan
penangkapan yang relative sederhana. Pada musim yang mendukung untuk melaut
pendapatan meningkat. Sebaliknya, pada musim yang
tidak mendukung terhadap
penangkapan ikan frekuensi melaut menjadi berkurang sehingga mengurangi pendapatan.
Untuk wilayah yang mempunyai jumlah penduduk yang padat akan mengalami kelebihan
tangkap (overfishing). Kondisi ini mengakibatkan volume tangkapan ikan para nelayan
mengecil.
2) Rendahnya Tingkat Kesejahteraan dan Ilmu Pengetahuan
Kondisi lingkungan pemukiman masyarakat pesisir umumya masih berpendidikan rendah.
Dengan kondisi ini juga mempengaruhi pendapatan mereka karena pola dalam mencari
ikan masih bersifat tradisional yang bergantung musim. Untuk itu perlu peningkatan
pengetahuan mereka dalam memanfaatkan potensi maritim yang ada.
KEBUTUHAN PRODUK INFORMASI IKLIM MARITIM UNTUK MASYARAKAT
PESISIR
Ada beberapa segmen masyarakat wilayah pesisir yang diperlu diberdayakan sistem ekonominya
yaitu 1. Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata
pencaharian utamanya adalah menangkap ikan di laut. 2 .Masyarakat nelayan pengumpul/bakul,
adalah kelompok masyarakat pesisir yang bekerja di sekitar tempat pendaratan dan pelelangan
ikan. 3. Masyarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak
2
dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir
4. Masyarakat nelayan tambak, masyarakat
nelayan pengolah, dan kelompok masyarakat nelayan buruh.
(Efrizal, 2014). Iklim Informasi
iklim yang diberikan mengacu kepada beberapa kelompok masyarakat tersebut. Potensi ekonomi
yang dapat diberdayakan antara lain industri garam, pembukaan sawah baru, wisata pesisir,
pemberdayaan pertanian rumput laut, tambak udang dan ikan, dan energi terbarukan. Dalam hal
ini informasi cuaca dan iklim maritim diperlukan untuk untuk menunjang keberhasilan program
pemberdayaan ekonomi tersebut seperti pada penjelasan berikut ini.
1. Industri garam
Garam menjadi komoditi yang layak dikembangkan
untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Ekspor
garam menjadi tugas besar negara ke depan (Dahuri,
2014 ).
Produksi garam dapat dioptimalkan dengan
memanfaatkan informasi iklim dan cuaca. Informasi
tersebut antara lain
penyinaran
curah hujan, penguapan,
matahari.
Menurut
Heranto
Kwartatmono, dalam Adiraga (2013)
dan
dan
Gambar 1. Tambak garam
http://www.garamku.com
kebutuhan
kondisi iklim adalah :
a. Curah hujan yang kecil (curah hujan hujan tahunan 1000-1400 mm/tahun)
b. Sifat kemarau panjang yang kering (selama musim kemarau tidak terjadi hujan). Lama
musim kemarau minimal 4-5 bulan
c. Penyinaran matahari yang cukup, makin panas suatu darah penguapan air laut akan
semakin cepat
d. Kelembaban udara yang rendah
2. Persawahan Tepi Pantai
Panjang pantai Indonesia menjadi sumber potensi
untuk swasembada pangan. Sawah di pantai seperti
pada
Gambar
3
menjadi
alternatif
proses
ekstensifikasi lahan pertanian. Informasi yang
diperlukan untuk persawahan tanaman antara lain
3
Gambar 3. Sawah di tepi pantai
(sumber: http://bandung.bisnis.com)
informasi
prakiraan musim hujan dan kemarau. Selain prakiraan musim,
informasi
mengenai gelombang pasang juga diperlukan karena dapat merusak sawah ketika air laut
pasang. Sebagai contoh hempasan gelombang pasang dapat menghancurkan tanaman sawah
seperti yang disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Buleleng
Nyoman pada Rabu pada tanggal (28/1/2015) ketika 10 hektar sawah rusak dilanda
gelombang pasar di Bali (Balipost, 2015).
2.
Pelayaran rakyat
Pelayaran rakyat untuk penangkapan ikan
tradisional umumnya kurang dari 2 mil dari
pantai (Gambar 4). Untuk itu informasi yang
diperlukan adalah model informasi gelombang
maritim dalam resolusi tinggi. Informasi
tersebut antara lain gelombang, alun, dan
Gtambar 4. Pelayaran rakyat
gelombang tinggi maksimum dalam resolusi
(sumber: http://tempo.co.id)
tinggi diperlukan untuk membuat keputusan
berlayar atau tidak.
3. Wisata pesisir
Informasi kondisi iklim
diperlukan untuk wisata pesisir
seperti pada Gambar 5 (Handayawati dkk., 2010). Suhu dan
kelembaban yang nyaman menjadi daya tarik bagi wisatawan
Selain kondisi udara, gelombang yang tinggi di daerah pesisir
Gambar 5. Wisata pantai
menjadi potensi untuk wisata olah raga selancar.
4.
Faktor
http://Jakarta.co.id
Rumput Laut
yang diperlukan untuk pertumbuhan rumput laut
(Gambar 6) yang optimal antara lain gelombang laut dan curah
hujan. Hal ini disebabkan gelombang yang besar dan curah
hujan
yang
cukup
tinggi
sangat
berpengaruh
pada
Gambar 6. Wisata pantai
http://bisnisukm.com
perkembangan rumput laut akibatnya
rumput laut terkena
banyak penyakit (Merdeka,.2014). Anomali cuaca membuat produksi rumput laut turun 2,2 juta
ton pada tahun 2012-2013
4
Pemanfaatan informasi suhu air laut resolusi tinggi untuk investasi rumput laut untuk
membudidayakan rumput laut. Bibit rumput laut cukup diikat pada tali tambang dengan ukuran
tertentu lalu diletakkan di laut pada kedalaman 2-5 meter (Bisnisukm, 2015).
5.
Tambak Udang dan Ikan
Informasi pasang surut untuk kebutuhan di bidang
pertambakan, contoh tambak udang
(Gambar 7).
Sebagai contoh sekitar 30 hektar lahan tambak udang
dan ikan di Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan,
Senin, terendam banjir, akibat pasang air laut atau rob di
Gambar 7. Tambak udang
http://tempo.co.id
perairan Belawan, Sumatera Utara (Republika, 2012).
6. Energi pengganti bahan bakar fosil
Oleh karena bahan bakar fosil terbatas maka dikembangkan energi
terbaruka. Energi yang dapat dikembangkan adalah energi listrik di ke
dalaman lautan (ocean thermal energy conversion/OTEC) (Dahuri.2014).
Energi lain yang dapat dikembangkan untuk energi listrik antara lain
pasang surut, gelombang, dan angin). Angin di daerah pesisir umumnya
mempunyai kecepaatan yang tinggi karena tanpa gesekan dan
Gambar 8. Energi
terbarukan
ini
menjadi potensi sumber energi angin begitu juga energi (Gambar 8).
Sumber:http://finance.
detik.com
PERAN BMKG DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR
Dari kebutuhan informasi dan parameter iklim tersebut maka perlu dibangun sistem informasi
yang diperlukan untuk masyarakat pesisir. Desain sistem layanan informasi maritim untuk
masyarakat pesisir terdidari dari tiga komponen yaitu stasiun meteorologi yang menyediakan
sistem informasi, masyarakat pesisir sebagai pengguna, dan pemerintah daerah sebagai instansi
yang membantu menyebarkan informasi. BMKG bertugas memberikan informasi cuaca dan
iklim maritim kepada masyarakat. Layanan informasi yang dimiliki BMKG perlu disosialisikan
dan dikembangkan produk-produk lain sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga
memberikan nilai tambah untuk meningatkan kesejahteraan masyarakat. Peran BMKG dalam
5
UU no 31 tahun 2009 pasal 3 mendukung kebijaksaan pembangunan nasional dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Informasi yang dapat diberikan
antara lain suhu,
tekanan udara, angin, kelembaban, awan, hujan, gelombang laut, suhu permukaan laut, dan
pasang surut air laut (Tabel 1).
Tabel 1. Matriks kebutuhan informasi maritim untuk masyarakat wilayah pesisir
Informasi
Suhu permukaan laut
Salinitas
Suhu laut terhadap
kedalaman
Arah dan kec.angin
Suhu udara
Curah hujan
Jarak .pandang
P. surut
Humidity
Gelombang
Prak.musim
Penguapan
Arus terhadap
kedalaman
Pasut (tide)
Industri
Garam
Sawah
Pelayaran
rakyat
Wisata
pantai
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Rumput
laut
v
v
v
Tambak
ikan/u
dang
Energi
v
v
v
v
v
v
v
v
Peringat
an dini
Banjir/r
ob
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Agar informasi sampai kepada masyarakat pesisir koordinasi diseminasi informasi cuaca dan
iklim maritim perlu terus ditingkatkan dengan instansi terkait seperti pemerintah daerah,
lembaga sosial masyarakat dan lain-lain. Informasi yang disampaikan dapat dilakukan dengan
layanan komunikasi langsung, melalui penyuluh nelayan, maupun menggunakan tehnologi
seperti internet, pesan singkat (short message service), televisi atau radio. Bentuk sistem layanan
terpadu BMKG dan pemda sebagaimana dalam Gambar 9 berikut :
6
Stasiun meteorologi
maritim
Sistem
informasi
maritim
Masyarakat
wilayah pesisir
Pemerintah
daerah
Gambar 9. Integrasi tiga komponen pembentuk sistem informasi
SISTEM INFORMASI CUACA DAN IKLIM MARITIM UNTUK MASYARAKAT
PESISIR
Sistem informasi cuaca dan iklim maritim terdiri dari masukan data operasional harian yang
diperoleh dari hasil pengamatan stasiun maritim di beberapa wilayah di Indonesia (Gambar 10).
Selanjutkan dari masukan data tersebut dihasilkan berbagai informasi yang diperlukan untuk
pembangunan yang terdiri dari prakiran awal musiman hujan, gelombang, pasang surut, suhu
muka laut maupun curah hujan bulanan.
Sistem informasi cuaca dan iklim maritim
•
Sistem basis data
stasiun maritim
•
•
•
•
Informasi
Prakiraan
musiman
Gelombang
Pasang surut
Suhu muka
laut
Curah hujan
bulanan
•
•
•
•
Sarana
Web
SMS
Fax
Telepon
Pengguna
Nelayan
Petani garam
Petani sawah
Petani rumput
laut
• Wisata
• Listrik
•
•
•
•
Gambar 10. Desain sistem informasi cuaca dan iklim maritim
7
Spesifikasi sistem informasi yang diperlukan dapat digunakan untuk masyarakat dalam
menjalankan roda ekonomi masyarakat pesisir maupun investor yang berminat untuk
berinvestasi di wilayah Pesisir. Untuk mengatasi ini maka digunakan teknologi informasi untuk
memberikan layanan secara real time dan mendukung keputusan.
Tahap pertama adalah
konsolidasi data maritim dengan menggunakan data warehousing. Setelah data dapat terkondisi
dengan baik kemudian dilakukan dikembangkan menjadi data mining. Pengembangan
selanjutnya untuk mendapatkan pengetahuan (knowledge discovery) dari sistem basis data.
Keluaran yang diharapkan adalah
pengguna dengan bahasa yang mudah dipahami oleh
masyarakat. Sistem keputusan yang diambil misalnya keputusan apakah akan melaut, kapan
siap bertanam padi sawah, kapan bertanam rumput laut yang tepat dan lain-lain
1. Masukan dan pengenalan pola data maritim
Data
obervasi yang digunakan untuk mendapatkan pola data arah dan kecepatatan angin
permukaan, suhu muka laut, kelembaban relatif, perawanan, radiasi matahari, arah dan
kecepatan angin, tinggi gelombang daerah pantai, dan tekanan udara. Data diperoleh dari
pengamatan alat maupun laporan dari kapal.
Infomrasi ini berdasarkan pola umum karakteristik wilayah lokal yang menjadi diperlukan
masyarakat pesisir. KDD (Knowledge Discovery in Database) merupakan keseluruhan proses
konversi data mentah menjadi pengetahuan yang bermanfaat yang terdiri dari serangkaian tahap
transformasi meliputi data preprocessing dan postprocessing. (Fayyad dkk., 1996). Proses
mendapatkan pengetahuan bagian masyarakat pesisir dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Seleksi data
Pemilihan data dilakukan dengan memilih data yang diperlukan untuk data mining. Data ini
dipisah dari data operasional di setiap stasiun maritim.
b. Pengolahan data awal
Pengolahan data awal dilakukan dengan proses cleaning untuk membuang duplikasi data,
memeriksa data yng tidak konsisten, memperbaiki kesalahan, dan menambah data yang
diperlukan untuk data mining
8
c. Transformasi
Trasformasi data dilakukan untuk mengolahan data mining yang tergantung pada pola
informasi yang diperlukan dari basis data. Pola yang dikehendaki sesuai dengan kebutuhan
informasi untuk masyarakat pesisir. Data diolah dengan metode statistika sederhana sampai
dengan kecerdasan buatan, logika fuzzy, jaringan sarat tiruan, algoritma genetika, tree, dan
lain-lain.
d. Interprestasi
Pola informasi yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk yang dapat dipahami oleh
pengguna. Interpestasi untuk mengetahui apakah informasi yang dihasilkan sesuai dengan
data observasi.
Langkah-langkah membentuk sistem informasi berbasis penemuan pengetahuan seperti pada
Gambar 11 berikut.
Interprestasi/evaluasi
Data mining
transformasi
Pengetahuan/
Knowledge
(masyarakat pesisir)
Proses awal
Pola
pemilihan
Xxxxx
Xxxx
Xxx
Data
Proses
awal
DATA
Transformasi
data
Data
target
Gambar 11. Pengembagan data warehousing kepada penemuan pengetahunan (Fayyad
dkk.,1996)
Tampilan visual system informasi dalam bentuk world wide web sehingga dapat digunakan
secara online dan real time. Informasi yang dihasilkan dalam bentuk grafik curah hujan, suhu,
peta dan dan lain-lain. Jenis informasi regular (model iklim maritim) dan ekstrem, analisis
khusus pesisir, dan kejadian iklim ekstrem.
9
2. Keluaran Informasi skala lokal
Informasi yang diperlukan oleh masyarakat pesisir adalah informasi yang dalam skala lokal.
Oleh karena itu keluaran informasi didapat dari model numerik dengan resolusi tinggi.
Pengguna di wilayah pantai yang tidak dekat dengan stasiun maritim dapat menggunakan
informasi ini.
3. Keluaran Informasi berdasarkan waktu
Informasi yang diberikan dalam bentuk informasi jangka panjang dan jangka pendek :
a. Jangka panjang : Iklim adalah curah rata-rata, ini untuk memberikan pengetahuan
umum jangka panjang kepada masyarakat pesisir. Informasi jangka panjang : 1. Pola
curah hujan bulanan di wilayah sekitar wilayah pesisir tujuan, 2.
Prakiraan hujan
musiman di sekitar pesisir, 3. Rata-rata arah dan kecepatan angin bulanan, 4. Periode
pasang surut, 5. Suhu muka laut resolusi tinggi pada beberapa lapisan, 6. Informasi ratarata ekstrem bulanan
b. Jangka pendek : Prakiraan gelombang harian, prakiraan arah dan kecepatan angin
harian, dan informasi cuaca maritim ekstrem
SOSIALISASI INFORMASI CUACA DAN IKLIM MARITIM MASYARAKAT PESISIR
Media untuk sosialisasi informasi maritim adalah memanfaatkan pertemuan tatap muka dengan
masyarakat untuk mensosialisasikan produk BMKG misalnya melalui sekolah lapang iklim
maritim untuk masyarakat pesisir. Agar kesinambungan program terus berjalan dapat bekerja
dengan pemerintah daerah setempat secara berkala dan menjadi kegiatan rutin pemerintah
daerah (Tabel 2).
10
Tabel 2. Stasiun meteorologi maritim (Sumber; BMKG).
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Stasiun
Tanjung Priok
Belawan
Tanjung Emas
Tanjung Perak
Paotere
Bitung
Teluk Bayur
Lampung
Kendari
Pontianak
Lokasi
Pulau
Jakarta
Medan
Semarang
Surabaya
Makasar
Sulawesi Utara
Teluk Bayur
Lampung
Kendari
Pontianak
Jawa
Sumatra Utara
Jawa Tengah
Jawa Timur
Sulawes Selatan
Sulawesi
Sumatra Barat
Lampung
Sulawesi Tenggara
Kalimatan Barat
EVALUASI TINGKAT AKURASI INFORMASI LAYANAN MARITIM BERKALA
Setelah informasi diberikan kepada pengguna (masyarakat) informasi perlu dilakukan evaluasi
terhadap apa yang yang sudah dikeluarkan (Gambar 12). Hal ini disebabkan kunci dari
keberhasilan pengembangan sistem informasi adalah bila ada kepuasan pengguna terhadap
informasi yang diberikan.. Untuk evaluasi dapat digunakan data observasi diperoleh dari dari
kapal yang melintas (Volunteer Observing Ship/VOS) tentang informasi iklim maritim yang
sudah dilakukan BMKG. Selain itu umpan balik akurasi informasi dari masyarakat juga dapat
menjadi bahan untuk meningkatkan akurasi informasi maritim dan meningkatkan kinerja
BMKG. Kegiatan evaluasi ini perlu dilakukan secara berkala sehingga produk informasi
BMKG menjadi andal (akurat, cepat, tepat, dan terpercaya).
BMKG
Pengembangan
model
Hasil model
perbaikan
Informasi
OBSERVASI
Pengguna
Umpan balik
Gambar 12. Evaluasi terhadap informasi yang dikeluarkan BMKG
11
Daftar Pustaka
Adiraga (2013), analisis dampak perubahan curah hujan , luas tambak garam, dan jumlah petani
garam terhadap produksi usaha garam rakyat di kecamatan juwana kabupaten pati
(periode 2003-2012), Skripsi,
Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas
Diponegoro Semarang
Balipost
Bisnis
(2015),
10 Hektar Sawah Rawan Terendam Hempasan Air
http://balipost.com/read/lingkungan/2015/01/28/28983/10-hektar-sawah-rawanterendam-hempasan-air-laut.html diakses tanggal- 3 Maret 2015
Laut
UKM (2015): Potensi Bisnis Budidaya Rumput Laut di Daerah Pesisir
http://bisnisukm.com/potensi-bisnis-budidaya-rumput-laut-di-daerah-pesisir.html
Budi, U. (2009), Pengentasan Masyarakat Miskin Daerah Pesisir Sumatera Utara Departemen
Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
BMKG (2014), Grand desain Iklim Maritim, Sub Bidang Desiminasi Informasi Agroklimat dan
iklim Maritim BMKG
Dahuri , R. (2014) Membangun Indonesia sebagai Negara Maritim yang Maju, Adil-makmur,
kuat, dan Berdaulat Rembuk Nasional dan Seminar Kebangsaan Laut sumber
Kemakmuran dan Kedaulatan Bangsa” Pemuda Kawasan Timur Indonesia
DKPP
dan BMKG (2005),
Informasi Cuaca Dan Iklim
www.p3sdlp.litbang.kkp.go.id/.../buku-a-technical-documentation
Tambak
Garam
Efrizal, (2014), Pembangunan kelautan dalam konteks pemberdayaan masyarakat pesisir
www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/10691/2407 diakses- 9 Februari
2015
Fauzi A.(2014) : Karakteristik Sosial Masyarakat Pesisir Terhadap Perkembangan Sumber Alam
Lingkungan Laut http://famif08.student.ipb.ac.id/ -diakses 11 Februari 2015
Handayawati H.S, Budiono, dan Soemarno (2015), Potensi Alam Wisata Bahari
http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2011/12/ANALISIS-POTENSI-WISATA-ALAMBAHARI.pdf – diakses tanggqal 10-2-2015
Merdeka (2013), Anomali cuaca buat produksi rumput laut turun 2,2 juta ton
http://www.merdeka.com/uang/kkp-anomali-cuaca-buat-produksi-rumput-laut-tahunini-turun.html- diakses tanggal 2 Februari 2015
Republika
(2012),
Puluhan
Hektare
Tambak
Terendam
Banjir
di
Medan
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/05/08/m3ogda-puluhanhektare-tambak-terendam-banjir-di-medan
12
U. Fayyad Shapiro, G.P, dan S. Padhraic (1996): From Data Mining to Knowledge Discovery in
Data Bases, America Association for Artificial Intelegence
Zafiraafriza
(2013),
Karakteristik
Masyarakat
Pesisir
Di
Indonesia
http://zafiraafriza.blogspot.com/2013/06/karakteristik-masyarakat-pesisir-di.html
Diakses tanggal 20 Februari 2015
13