Download `Alien Species` serang ikan di danau laut tawar

Survey
yes no Was this document useful for you?
   Thank you for your participation!

* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project

Document related concepts
no text concepts found
Transcript
'Alien Species' serang ikan di danau laut tawar
Tuesday, 17 November 2009 20:05
WASPADA ONLINE
Mendengar kata 'Alien' banyak di antara kita yang mungkin terkejut dan penasaran. Pikiran kita
langsung tertuju pada salah satu judul film yang pernah terkenal tersebut. 'Alien Species'
artinya adalah jenis asing. 'Alien Species' yang dimaksud di sini adalah ikan asing yang
diintroduksi ke perairan Aceh, khususnya ke Danau Laut Tawar.
Muchlisin Z.A, S.Pi, M.Sc, dosen dan peneliti di Universitas Syiah Kuala dan kandidat Doktor
dalam bidang Fisheries Management and Aquaculture di Universiti Sains Malaysia, Selasa
(17/11) menyebutkan, hasil kajian pihaknya beberapa waktu lalu menemukan sembilan spesies
ikan asing (alien species) di perairan Aceh yaitu Clarias Gariepinus (lele dumbo), Cyprinus
Carpio (ikan mas), Two Species of Tilapia i.e. Oreochromis Mossambicus (mujair), and O.
Niloticus (nila), Two Species of Swordtail (plati pedang) i.e. Xiphophorus Helleri, X. Maculates,
Hiposarcus Pardalis (sapu kaca), Poecillia spp (ikan seribu) and Ctenopharyngodon Idella
(grass carp atau ikan China). ”Jumlah omi mungkin akan terus bertambah, seiring giatnya
usaha-usaha untuk mendatangkan ikan asing oleh pihak-pihak tertentu,” sebutnya.
Ditambahkan kandidat Doktor ini, introduksi ikan asing ke perairan Indonesia umumnya dan
Aceh khususnya telah terjadi sejak lama, sebagai contoh ikan Mujair (Oreochromis
mossambicus) yaitu salah satu spesies ikan yang penyebarannya sangat luas, sejatinya adalah
ikan asli Afrika. Ikan ini dijumpai di perairan Aceh sejak lama, namun tidak ada catatan pasti
sejak kapan ikan ini diintroduksi ke Aceh. "Namun demikian kami memprediksi ikan mujair
pertama kali introduksi ke Aceh antara tahun 1957/1957 oleh seorang nelayan yang bernama
Raja Ilang dan pertama kalinya diintroduksi ke Danau Laut Tawar," jelasnya.
Dari catatan yang ada, di Indonesia, ikan Mujair pertama kali ditemukan sekitar tahun 1936 atau
1939 (ada dua versi tahun pertama ditemukan) di muara Sungai Blitar, Jawa Timur oleh Bapak
Moedjair, namun tidak diketahui yang mengintroduksikannya (Anonimous, 2009). Oleh karena
itu ikan ini lebih dikenal dengan sebutan ikan Mujair.
Kata Mukhlisin, introduksi ikan asing biasanya memiliki tiga tujuan, yaitu untuk tujuan
diversifikasi jenis ikan budidaya (misalnya ikan lele dumbo, mujair, nila, ikan mas etc),
pengontrolan hama atau penyakit (ikan seribu dan plati pedang) dan tujuan hobby misalnya
ikan hias (plati pedang dan ikan sapu-sapu). Introduksi ikan asing ibarat makan buah
simalakama, di satu pihak diperlukan meningkatkan pendapatan nelayan dan ketersediaan
protein hewani yang murah, atau untuk memberantas penyebab penyakit, namun di lain pihak
akan membawa akibat buruk bagi biodiversitas khususnya ikan asli.
Namun demikian, tambahnya, sebagian besar para saintis sepakat introduksi ikan asing
membawa dampak buruk bagi lingkungan dan dunia perikanan dalam jangka panjang, dan isu
ini telah menjadi masalah global khususnya terjadi pada ekosistem air tawar. “Introduksi ikan
asing ke suatu perairan akan menyebabkan turun dan bahkan punahnya populasi ikan asli
setempat khususnya ikan-ikan yang bersifat endemik , hal ini disebabkan karena ada terjadinya
pemangsaan (predation) terhadap ikan lokal, kompetensi dalam mendapatkan makanan dan
habitat (food competition and habitat alteration), gangguang dalam mendapatkan pasangan
(disturbance of mate recognition), meningkatkan peluang penyebaran patogen penyebab
1/2
'Alien Species' serang ikan di danau laut tawar
Tuesday, 17 November 2009 20:05
penyakit pada ikan bahkan manusia (increases the probability of introducing new pathogens),
terjadinya kawin silang yang tidak diharapkan dengan spesies lokal yang menyebabkan
hilangnya gen unggul tertentu, misalnya gen yang membawa sifat tahan terhada penyakit."
Salah satu sumberdaya perikanan yang ada di Danau Laut Tawar adalah ikan depik (Rasbora
Tawarensis), ikan ini bersifat endemic (penyebarannya sempit) dan tergolong ikan yang
terancam punah (threatened species) dan telah dimasukkan dalam IUCN Red List dengan
kategori Critical Endangered. Ikan depik target utama bagi sebagian besar nelayan di Danau
Lau tawar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya ikan depik bagi nelayan dan masyarakat
setempat.
Sayangnya, produksi ikan dari Danau Laut Tawar terus menurun dari tahun ke tahun dan
berdasarkan data statistik yang ada, penurunan produksi ikan dari Danau Laut Tawar mencapai
83.5% selama dua decade terakhir, yaitu 455 ton di tahun 1988 menjadi hanya 74.5 ton di
tahun 2008.
“Fenomena yang sama juga terjadi bagi ikan depik. Hasil penelitian kami baru-baru ini
menunjukkan bahwa hasil tangkapan (catch per unit effort) ikan depik turun dari rerata 1.17
kg/m2 unit jaring di era 1970an hanya menjadi 0.02 kg/m2 unit jaring di Tahun 2009 atau turun
drastis 98.3% selama kurun waktu tiga decade terakhir," terang Mukhlisin.
Sebagai konsekuensinya, nelayan mencari startegi lain menangkap ikan dengan lebih efekti
yaitu dengan mengunakan jaring insang (gillnet) yang beroperasi tidak mengenal musim
bahkan setiap hari, dan sebagiannya lagi beralih menjadi nelayan pembudidaya, namun
sebagian besar dari mereka justru lebih tertarik untuk memelihara ikan alien seperti ikan Mujair,
Nila, Dumbo atau ikan Mas. Bukannya ikan Pedih/Gegaring, Peres, ataupun Mud atau ikan
lainnya yang telah ada di danau yang indah ini. “Nah, saatnya masyarakat dan pemerintah
Aceh Tengah menyadarinya,” pungkas Mukhlisin.
(dat02)
2/2