Download Save Our Self (SOS) : Ikan di Lut Tawar Diserang Alien

Survey
yes no Was this document useful for you?
   Thank you for your participation!

* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project

Document related concepts
no text concepts found
Transcript
1/29/2016
HOME
Save Our Self (SOS) : Ikan di Lut Tawar Diserang Alien ­ Lintas Gayo
TERBARU
GAYO
RUBRIK
WARTA
NASIONAL
INTERNASIONAL
Iklan
HEADLINE'S
EDITORIAL
Kontak
Penggunaan
Redaksi
Perusakan Danau Lut Tawar “Mengganas” Posted 1 week ago
Home > Terkini > Save Our Self (SOS) : Ikan di Lut Tawar Diserang Alien
Save Our Self (SOS) : Ikan di Lut Tawar Diserang
Alien
FACEBOOK
TERBARU
Oleh Muchlisin Z.A, S.Pi, M.Sc*)
Longsor Rusip Antara, Dandim Tinjau
Lokasi
Sekilas Tentang Aliens Species
Takengen | Lintas Gayo – Longsor dan banjir lu
yang terjadi di Kampung Kerawang...
By Lintas Gayo on February 4, 2011
Posted 18 hours ago
Tulisan ini adalah tanggapan kami atas pemberitaan terkait penebaran benih ikan Bandeng
(introduksi ikan Bandeng) di Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh seperti
yang dimuat di sejumlah media cetak dan online di Aceh beberapa waktu lalu.
Mendengar kata Alien, banyak diantara kita yang mungkin terkejut dan penasaran, pikiran kita
langsung tertuju pada salah satu judul film yang pernah terkenal tersebut. Alien species artinya
adalah jenis asing, dengan demikian alien species yang dimaksud disini adalah ikan asing yang
diintroduksi ke perairan Aceh khususnya ke Danau Laut Tawar.
Hasil kajian kami beberapa waktu lalu mendapati ada sembilan spesies ikan asing (alien species)
di perairan Aceh yaitu Clarias gariepinus (lele dumbo), Cyprinus carpio (ikan mas), two species of
tilapia i.e. Oreochromis mossambicus (mujair), and O. niloticus (nila), two species of swordtail
(plati pedang) i.e. Xiphophorus helleri, X. maculates, Hiposarcus pardalis (sapu kaca), Poecillia
spp (ikan seribu) and Ctenopharyngodon idella (grass carp atau ikan Cina) (Muchlisin Z.A, 2009).
Jumlah tersebut mungkin akan terus bertambah, seiring giatnya usaha­usaha untuk
mendatangkan ikan asing oleh pihak­pihak tertentu.
0
KBRI Bangkok Promosikan Karawang
Gayo
Bangkok | Lintas Gayo – Untuk memperkenalk
hasil kerajinan karawang Gayo dan Didong Gay
Posted 1 day ago
0
Dayah Harus Tangkal Aliran Sesat
Takengen | Lintas Gayo – Besarnya rongrongan
berbagai aliran menyimpang dalam agama ker
membuat...
Posted 1 day ago
0
Soal Corat Coret “ Itu Bukan Perbuata
Pejuang ALA”
Introduksi ikan asing ke perairan Indonesia umumnya dan Aceh khususnya telah terjadi sejak
lama, sebagai contoh ikan mujair (Oreochromis mossambicus) yaitu salah satu spesies ikan yang
penyebarannya sangat luas, sejatinya adalah ikan asli Afrika. Ikan ini dijumpai di perairan Aceh
sejak lama, namun tidak ada catatan pasti sejak bila ikan ini di introduksi ke Aceh., namun
demikian kami memprediksi ikan mujair pertama kali introduksi ke Aceh antara tahun 1957/1957
oleh seorang nelayan yang bernama Raja Ilang dan pertama kalinya diintroduksi ke Danau Laut
Tawar (Personal komunikasi dengan neyalan Danau Laut Tawar).
Takengen | Lintas Gayo- Adanya coretan dindin
beberapa tempat dalam kota Takengen, telah..
Dari catatan yang ada, di Indonesia, ikan mujair pertama kali ditemukan sekitar Tahun 1936 atau
1939 (ada dua versi tahun pertama ditemukan) di muara Sungai Blitar, Jawa Timur oleh Bapak
Moedjair, namun tidak diketahui siapa yang mengintroduksikannya (Anonimous, 2009), oleh
karena itu ikan ini lebih dikenal dengan sebutan ikan mujair.
Posted 2 days ago
Ikan mujair dan nila telah diintroduksi ke lebih 90 negara, 15 negara diantaranya telah
melaporkan dampak negativenya terhadap ecologi (Casal, 2006), dan bahkan ikan mujair dan
ikan mas telah dicap sebagai top 100 of the world’s worst invasive alien species (GISP, 2004).
Banda Aceh | Lintas Gayo– Wahana Lingkunga
Hidup (WALHI)Aceh memberikan sejumlah cata
penting terkait...
Posted 2 days ago
0
Temu Akbar ALABAS Di Meulaboh
Meulaboh | Lintas Gayo- Persiapan aksi besarbesaran atau temu akbar rakyat ALABAS yang
direncakan...
0
Masuk Dalam Hutan WALHI Menolak
Kehadiran PT. Tripa Semen Aceh
Posted 2 days ago
0
Dampak Kehadiran Alien Species
Introduksi ikan asing biasanya memiliki tiga tujuan, yaitu untuk tujuan diversifikasi jenis ikan
budidaya (misalnya ikan lele dumbo, mujair, nila, ikan mas etc), pengontrolan hama atau penyakit
(ikan seribu dan plati pedang) dan tujuan hobby misalnya ikan hias (plati pedang dan ikan sapu­
sapu). Introduksi ikan asing ibarat makan buah simalakama, disatu pihak diperlukan untuk
meningkatkan pendapatan nelayan dan ketersediaan protein hewani yang murah, atau untuk
memberantas penyebab penyakit, namun dilain pihak akan membawa akibat buruk bagi
biodiversitas khususnya ikan asli.
Namun demikian, sebagian besar para saintis sepakat bahwa introduksi ikan asing membawa
dampak buruk bagi lingkungan dan dunia perikanan dalam jangka panjang, dan isu ini telah
http://www.lintasgayo.com/1834/save­our­self­sos­ikan­di­lut­tawar­diserang­alien.html
1/5
1/29/2016
Save Our Self (SOS) : Ikan di Lut Tawar Diserang Alien ­ Lintas Gayo
menjadi masalah global khususnya terjadi pada ekosistim air tawar (Welcomme, 1992; Garcia­
Berthou and Moreno­Amich, 2000; Sorensen and Hoye, 2007).
Introduksi ikan asing ke suatu perairan akan menyebabkan turun dan bahkan punahnya populasi
ikan asli setempat khususnya ikan­ikan yang bersifat endemik (Lever, 1996; Saunders et al.,
2002), hal ini disebabkan karena ada terjadinya pemangsaan (predation) terhadap ikan lokal
(Elvira et al., 1996; Nicola et al., 1996), kompetesi dalam mendapatkan makanan dan habitat
(food competition and habitat alteration) (Garcia­Berthou, 1999; Alcaraz and Garcia­Bethou,
2007; Garcia­Berthou, 2001), gangguang dalam mendapatkan pasangan (disturbance of mate
recognition) (Seehausen et al. 1997), meningkatkan peluang penyebaran patogen penyebab
penyakit pada ikan bahkan manusia (increases the probability of introducing new pathogens),
(FAO, 2005), terjadinya kawin silang yang tidak diharapkan dengan species lokal (Elvira, 1995;
Almodovar et al., 2006) yang menyebabkan hilangnya gen unggul tertentu, misalnya gen yang
membawa sifat tahan terhada penyakit.
Sebagai ilustrasi, introduksi ikan redbreast sunfish (Lepomis auritus) ke beberapa danau di Italia
telah menyebabkan populasi ikan asli setempat berkurang drastis dan populasinya digantikan
oleh ikan pendatang tersebut, dan introduksi ikan Alburnus alburnus ke perairan New Zealand
juga menyebabkan populasi ikan endemic disana New Zealand grayling (Protoctes oxyrhynchus)
turun drastis (Wargasasmita, 2002). Lebih lanjut Strecker (2006) melaporkan bahwa populasi
ikan Cyprinodon sp and Gambusia sexradiata di Laguna Chichancanab, Mexico menurun tajam
setelah terjadinya invasi oleh ikan Astyanax fasciatus and Oreochromis (African cichlid), bahkan
Cyprinodon simus yang hidup disana dilaporkan sangat sukar dijumpai dan prediksi telah pupus.
Suatu fenomena yang sangat terkenal yang terjadi di Danau Victoria dan Danau Kyoga yang
terletak di bagian timur Afrika, peristiwa ini didokumentasi dengan baik dan menarik perhatian
para saintis. Dimana jumlah species dan kelimpahan ikan lokal menurun drastic setelah introduksi
ikan nile perch (Lates niloticus) di kedua danau tersebut. Akibatnya sangat buruk, menyebabkan
produksi perikanan di Nyanza Gulf, Kenya kolaps pada Tahun 1985. Seluruh nelayan menerima
dampak buruk dari peristiwa ini akibat kehilangan mata pencaharian dan dengan terpaksa
dipindah dari teluk tersebut (Barlow and Lisle, 1987).
Studi kasus: Danau Lau Tawar
Danau Laut Tawar merupakan salah satu danau terluas yang terletak di Kabupaten Aceh
Tengah. Berdasarkan asal usulnya danau ini tergolong kepada danau yang terbentuk dari kawah
gunung api yang telah mati (danau vulkanik) dan berada pada ketinggian lebih kurang 1200
meter dari permukaan laut, memiliki luas lebih kurang 5,600 ha atau 16 km panjang dan 4 km
lebar dengan dalaman rata­rata 35 m dan kedalaman maksimum 115 m. Lebih kurang 25 sungai
kecil mengalir ke dalam danau dan hanya ada satu sungai besar sebagai outflow danau yaitu
Krueng Peusangan.
Danau Laut Tawar memiliki arti penting bagi masyarakat Gayo, danau ini merupakan sumber air
bersih bagi masyarakat setempat, pertanian, industri dan perikanan. Dalam kaitan perikanan,
terdapat dua jenis aktifitas perikanan di danau ini yaitu, perikanan tangkap dan perikanan
budidaya.
Menurut data statistik yang ada, pada Tahun 2009 sekurang­kurangnya 225 orang nelayan
mengantungkan hidupnya dari hasil tangkapan ikan danau dan lebih kurang 150 orang lainnya
menjadikan danau ini sebagai tempat pembudidayaan ikan dalam karamba (DKP, 2009).
Pendapatan nelayan Danau Laut Tawar sangat bervariasi tergantung pada jumlah jaring yang
dimiliki dan musim. Namun demikian pada umumnya nelayan di danau laut tawar tergolong
sebagai nelayan tradisional dan berpendapatan rendah, yaitu rerata pendapatan kotor nelayan
adalah Rp51.000/ hari (Muchlisin, unpublished data).
Salah satu sumberdaya perikanan yang ada di Danau Laut Tawar adalah ikan depik (Rasbora
tawarensis), ikan ini bersifat endemic (penyebarannya sempit) dan tergolong ikan yang terancam
punah (threatened species) dan telah dimasukkan dalam IUCN Red List dengan kategori Critical
Endangered (IUCN, 1991; CBSG, 2003). Ikan depik merupakan target utama bagi sebagian
besar nelayan di Danau Lau tawar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya ikan Depik bagi
nelayan dan masyarakat setempat.
Namun sayangnya, produksi ikan dari Danau Laut Tawar terus menurun dari tahun ke tahun dan
berdasarkan data statistik yang ada, penurunan produksi ikan dari Danau Laut Tawar mencapai
83.5% selama dua decade terakhir, yaitu 455 ton di tahun 1988 (DKP Aceh, 1989) menjadi hanya
74.5 ton di tahun 2008 (Bepeda Aceh Tengah). Fenomena yang sama juga terjadi bagi ikan
depik, dimana hasil penelitian kami baru­baru ini menunjukkan bahwa hasil tangkapan (catch per
unit effort) ikan depik turun dari rerata 1.17 kg/m2 unit jaring di era 1970an hanya menjadi 0.02
http://www.lintasgayo.com/1834/save­our­self­sos­ikan­di­lut­tawar­diserang­alien.html
2/5
1/29/2016
Save Our Self (SOS) : Ikan di Lut Tawar Diserang Alien ­ Lintas Gayo
kg/m2 unit jaring di Tahun 2009 atau turun drastis 98.3% selama kurun waktu tiga decade
terakhir. Sebagai konsekuensinya, nelayan mencari strategi lain untuk menangkap ikan dengan
lebih efektif yaitu dengan mengunakan jaring insang (gillnet) yang beroperasi tidak mengenal
musim bahkan setiap hari, dan sebagiannya lagi beralih menjadi nelayan pembudidaya, namun
sayangnya sebagian besar dari mereka justru lebih tertarik untuk memelihara ikan alien seperti
ikan mujair, nila, dumbo atau ikan mas. Bukannya ikan pedih/gegaring, peres, ataupun mud atau
ikan lainnya yang telah ada di danau yang indah ini.
Penyebab turunkan populasi ikan endemik di Danau Laut Tawar diantaranya adalah; turunnya
muka air danau akibat daripada kerusakan hutan sehingga menyebabkan banyak spawning
ground (dedesen) dan nursery ground kering, introduksi ikan asing, dan pencemaran dari limbah
rumah tangga, hotel, pertanian dan perikanan turut menyumbangkan dampak negatif terhadap
populasi ikan disini. Jadi bukan salahnya si enceng gondok atau hydrilla!,. Menurut saya yang
patut dipersalahkan adalah cukong­cokung kayu, masyarakat atau pengusaha yang membuang
limbah ke danau dan paling bertanggung jawab lagi adalah pemerintah yang telah membiarkan
semua itu terjadi.
Hasil penelitian kami beberapa waktu lalu mendapati sekurang­kurang ada tujuh species ikan
asing yang diintroduksi baik secara sengaja maupun tidak ke Danau Laut Tawar. Species­species
tersebut adalah Clarias gariepinus (lele dumbo), Cyprinus carpio (ikan mas), Oreochromis
mossambicus (mujair), O. niloticus (nila), plati pedang atau buntok (Xiphophorus helleri) dan,
grass carp atau bawal (Ctenopharyngodon idella), dan bahkan ikan sapu kaca (Hiposarcus
pardalis) dilaporkan oleh neyalan juga telah ada di danau ini.
Ironisnya lagi baru­baru ini (tanggal 28 Oktober 2009) pemerintah setempat telah melakukan
introduksi lebih kurang 35.000 ekor benih ikan bandeng ke Danau Laut Tawar, dengan tujuan
untuk mengatasi pencemaran Danau Laut Tawar(?). Kegiatan ini menunjukkan masih kurangnya
pemahaman akan aspek­aspek penting managemen sumberdaya perikanan yang baik dan benar
(baik belum tentu benar, benar sudah tentu baik). Sepatutnya yang perlu dilakukan adalah
mengatasi factor “penyebab” terjadinya pencemaran, bukan membrantas “akibat” yang
ditumbulkan oleh pencemar itu sendiri.
Lebih ironis lagi program “restocking” juga telah disalah artikan oleh sebagian masyarakat bahkan
pejabat, kegiatan tabur benih ikan nila atau ikan mas ke danau misalnya telah menjadi kegiatan
seremonial rutin jika ada pejabat yang berkunjung di kawasan ini, sayangnya kegiatan ini
disponsori oleh lembaga yang sepatutnya menjaga kelestarian danau.
Sejatinya pengertian restocking adalah melakukan tabur ulang benih ikan yang memang telah
ada dan hidup secara alami disana, namun populasinya semakin berkurang. Oleh karena itu
untuk mendukung restocking ini perlu dilakukan kegiatan lain misalnya koleksi dan domestika
induk­induk, dan selanjutnya dilakukan pemijahan secara terkontrol, benih yang dihasilkan di
restock atau dilepaskan kembali ke alam dengan tujuan populasinya kembali normal dan
seimbang (juga tidak berlebih, karena akan meberi dampak buruk kepada spesies lain dan
menganggu kesimbangan ekologis), oleh karena itu perlu dikontrol dan dimonitoring
perkembangan secara kontinyu. Benih­benih dari hasil pemijahan buatan tersebut dapat juga
digunakan untuk tujuan budidaya. Untuk itu kajian biologi reproduksi perlu dilakukan sebelum
dipijahkan dan jika larva­larva yang dihasilkan ingin digunakan untuk tujuan budidaya secara luas,
aspek kebiasaan makan perlu dikaji agar dapat disiapkan pakan yang sesuai untuk species
berkenaaan. Oleh karena itu kegiatan restocking ini bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri akan
tetapi merupakan hasil dari penelitian yang comprehensive atau terintegrasi.
Kegiatan yang dilakukan sekarang bukanlah restocking akan tetapi lebih kepada reintroducing
species asing ke danau (kegiatan tebar bibit bandeng dapat diketagorikan sebagai introducing
alien species karena pertama kali dilakukan) yang mengancam keberadaan species local
misalnya depik, kawan dan pedih yang merupakan indigenous species dan dua yang pertama
bersifat endemic di Danau Laut Tawar.
Fenomena­fenomena yang kami paparkan diatas tampaknya sudah mulai terjadi di Danau Laut
Tawar, nelayan setempat mengklaim, saat ini populasi ikan depik dan kawan semakin menurun
namun sebaliknya populasi ikan nila semakin dominan. Siapkah kita kehilangan ikan kebanggaan
kita ini? Siapkah kita khususnya orang Gayo untuk tidak bisa lagi merakan sedap dan gurihnya
pepes dan peyek depik? Siapkah kita hanya makan ikan nila atau mujair saja? Jika tidak, kinilah
saatnya untuk bertindak dan berkata:
“STOP INTRODUKSI IKAN ASING KE DANAU LAUT TAWAR, DEPIK DAN KAWAN SANGGUP
MENGHIDUPI KAMI”
Dalam kapasitas sebagai peneliti, kami juga ingin turut mengambil bagian dalam campaign ini,
http://www.lintasgayo.com/1834/save­our­self­sos­ikan­di­lut­tawar­diserang­alien.html
3/5
1/29/2016
Save Our Self (SOS) : Ikan di Lut Tawar Diserang Alien ­ Lintas Gayo
saat ini kami sedang mengkaji sejarah hidup (life history) ikan depik, beberapa seri penelitian
telah dilakukan dan hasilnya sedang dalam proses publikasi di beberapa recognized journal dan
bereputasi international dengan harapan dapat dibaca oleh khalayak ramai dan ikan depik dapat
dikenal oleh komunitas global, beberapa penelitian lainya sedang dijalankan. Hasil­hasil penelitian
ini sangat bermanfaat untuk menyusun rencana pengelolaan atau konservasi ikan depik.
(*Penulis adalah dosen dan peneliti di Universitas Syiah Kuala dan candidate Doktor dalam
bidang Fisheries Management and Aquaculture di Universiti Sains Malaysia, Penang. Malaysia.
Email: [email protected])
Komentar Via Facebook
0 Comments
Sort by Oldest
Add a comment...
Facebook Comments Plugin
Depik
Gayo
Lut Tawar
RELATED POSTS
Longsor Rusip Antara,
Dandim Tinjau Lokasi
KBRI Bangkok Promosikan
Karawang Gayo
Dayah Harus Tangkal Aliran
Sesat
Soal Corat Coret “ Itu Bukan
Perbuatan Pejuang ALA”
5 COMMENTS
ian
04/08/2011 at 11:40 pm
pak Muchsin, sya sangat mendukung program anda, bagus sekali tulisan anda, ikan asli sudah terabaikan, bila
dibiarkan, tunggulah kehancuran/kepunahan. yg saya kuatirkan IKAN DEPIK suatu saat hanya tinggal sejarah
belaka
Reply
Pingback: Ikan Sapu Kaca di Peusangan | Lintas Gayo
ratna
18/03/2011 at 5:15 pm
thanks
Reply
E Setiadi Kartamihardja
17/02/2011 at 5:56 pm
Saya sebagai peneliti bidang sumberdaya ikan dan lingkungan di Badan Litbang Kelautan dan Perikanan
sangat setuju 1000% dengan yang anda sampaikan. Itulah kegiatan latah (“restocking” ikan yang benar adalah
introduksi ikan) dari beberapa pejabat kita tanpa dilandasi hasil kajian ilmiah yang memadai. Introduksi
bandeng di Laut Tawar adalah kegiatan yang salah, yang hanya membabi buta. sudah babi……buta lagi.
Terimakasih mas artikelnya bagus sebagai bahan utk mengingatkan dan mengedukasi beberapa pejabat kita.
Reply
http://www.lintasgayo.com/1834/save­our­self­sos­ikan­di­lut­tawar­diserang­alien.html
4/5
1/29/2016
Save Our Self (SOS) : Ikan di Lut Tawar Diserang Alien ­ Lintas Gayo
A.A.Wira
05/02/2011 at 10:28 pm
Sepakat Pak, untuk melestarikan ikan Depik yang hanya ada di Danau Lut Tawar…..
Reply
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Comment
Name *
Email *
Website
Confirm you are NOT a spammer
I'm not a robot
reCAPTCHA
Privacy - Terms
Post Comment
Copyright © 2010 - 2015 LINTAS GAYO | Hak Cipta Di Lindungi Undang-Undang | Email Redaksi : [email protected] Contact: 081262337482/ 82163603131
Media Partner :
http://www.lintasgayo.com/1834/save­our­self­sos­ikan­di­lut­tawar­diserang­alien.html
5/5