Survey
* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project
* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project
DESAIN SISTEM INFORMASI CUACA DAN IKLIM MARITIM UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT WILAYAH PESISIR Oleh Dr. Agus Safril, M.MT * dan Marjuki M.Si ** * Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan * Kepala Sub Bidang Diseminasi Informasi Agroklimat dan Iklim Maritim BMKG Negara ini menjadi pernah menjadi negara besar dalam bidang maritim pada beberapa abad lalu. Nenek moyang kita mempunyai kemampuan mengarungi samudera luas dalam mencari ikan untuk kesejahteraan masyarakat. Masa kini, potensi laut yang yang dimiliki bukan hanya untuk produksi ikan tetapi juga kandungan alam lainnya yang ada di dalam lautan Indonesia. Hal ini disebabkan kekayaan wilayah maritim Indonesia yang berlimpah. Perairan Indonesia dengan besar wilayahnya merupakan perairan laut dengan zona ekonomi ekslusif menjadi potensi untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau dengan pulau-pulau kecil menjadi potensi bagi pusat pertumbuhan ekonomi baru 17.504 pulau, 13.466 yang baru diberi nama, dan panjang pantai 95.181 kilometer (Dahuri, 2014). Salah satu potensi yang belum banyak tergarap adalah pemberdayaan potensi masyarakat wilayah pesisir. Dengan luas pantai yang sedemikian panjang perlu pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir yang umummya masih terdapat wilayah dengan kondisi miskin (Budi, 2009). Untuk pemberdayaan masyarakat pesisir ini diperlukan sentuhan langsung terhadap kelompok masyarakat sasaran. (Efrizal, 2014). Untuk itu perlu dilakukan terobosan-terobosan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat pesisir dalam membangun diri mereka sendiri. Dalam hal ini BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) sebagai instansi publik dapat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat wilayah pesisir melalui informasi maritim. KARAKTERISTIK MAYARAKAT WILAYAH PESISIR INDONESIA Masyarakat yang hidup di sekitar wilayah laut menggunakan sumber kelautan sebagai mata pencaharian hidupnya. Desa pesisir merupakan entitas sosial, ekonomi, ekologi, dan budaya, 1 yang menjadi batas antara daratan dan lautan, di mana di dalamnya terdapat suatu kumpulan manusia yang memiliki pola hidup dan tingkah laku serta karakteristik tertentu (Fauzi, 2014) Mereka menjadi pelaku utama dalam pembangunan kelautan dan perikanan, serta pembentuk suatu budaya dalam kehidupan masyarakat pesisir. Namun potensi itu belum tergarap dengan baik sehingga masyarakat pesisir umumnya masih terbelakang. Banyak diantaranya faktorfaktor yang menyebabkan masyarakat pesisir menjadi suatu komunitas yang terbelakang atau bahkan terisolasi sehingga masih jauh untuk menjadikan semua masyarakat setempat sejahtera (Zafiraafriza, 2013). Faktor-faktor tersebut diantaranya : 1) Ketergantungan pada musim Karakteristik masyarakat pesisir, terutama nelayan, adalah ketergantungan mereka pada musim. Untuk nelayan kecil ketergantungan pada musim ini besar karena peralatan penangkapan yang relative sederhana. Pada musim yang mendukung untuk melaut pendapatan meningkat. Sebaliknya, pada musim yang tidak mendukung terhadap penangkapan ikan frekuensi melaut menjadi berkurang sehingga mengurangi pendapatan. Untuk wilayah yang mempunyai jumlah penduduk yang padat akan mengalami kelebihan tangkap (overfishing). Kondisi ini mengakibatkan volume tangkapan ikan para nelayan mengecil. 2) Rendahnya Tingkat Kesejahteraan dan Ilmu Pengetahuan Kondisi lingkungan pemukiman masyarakat pesisir umumya masih berpendidikan rendah. Dengan kondisi ini juga mempengaruhi pendapatan mereka karena pola dalam mencari ikan masih bersifat tradisional yang bergantung musim. Untuk itu perlu peningkatan pengetahuan mereka dalam memanfaatkan potensi maritim yang ada. KEBUTUHAN PRODUK INFORMASI IKLIM MARITIM UNTUK MASYARAKAT PESISIR Ada beberapa segmen masyarakat wilayah pesisir yang diperlu diberdayakan sistem ekonominya yaitu 1. Masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan di laut. 2 .Masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakat pesisir yang bekerja di sekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. 3. Masyarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak 2 dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir 4. Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok masyarakat nelayan buruh. (Efrizal, 2014). Iklim Informasi iklim yang diberikan mengacu kepada beberapa kelompok masyarakat tersebut. Potensi ekonomi yang dapat diberdayakan antara lain industri garam, pembukaan sawah baru, wisata pesisir, pemberdayaan pertanian rumput laut, tambak udang dan ikan, dan energi terbarukan. Dalam hal ini informasi cuaca dan iklim maritim diperlukan untuk untuk menunjang keberhasilan program pemberdayaan ekonomi tersebut seperti pada penjelasan berikut ini. 1. Industri garam Garam menjadi komoditi yang layak dikembangkan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Ekspor garam menjadi tugas besar negara ke depan (Dahuri, 2014 ). Produksi garam dapat dioptimalkan dengan memanfaatkan informasi iklim dan cuaca. Informasi tersebut antara lain penyinaran curah hujan, penguapan, matahari. Menurut Heranto Kwartatmono, dalam Adiraga (2013) dan dan Gambar 1. Tambak garam http://www.garamku.com kebutuhan kondisi iklim adalah : a. Curah hujan yang kecil (curah hujan hujan tahunan 1000-1400 mm/tahun) b. Sifat kemarau panjang yang kering (selama musim kemarau tidak terjadi hujan). Lama musim kemarau minimal 4-5 bulan c. Penyinaran matahari yang cukup, makin panas suatu darah penguapan air laut akan semakin cepat d. Kelembaban udara yang rendah 2. Persawahan Tepi Pantai Panjang pantai Indonesia menjadi sumber potensi untuk swasembada pangan. Sawah di pantai seperti pada Gambar 3 menjadi alternatif proses ekstensifikasi lahan pertanian. Informasi yang diperlukan untuk persawahan tanaman antara lain 3 Gambar 3. Sawah di tepi pantai (sumber: http://bandung.bisnis.com) informasi prakiraan musim hujan dan kemarau. Selain prakiraan musim, informasi mengenai gelombang pasang juga diperlukan karena dapat merusak sawah ketika air laut pasang. Sebagai contoh hempasan gelombang pasang dapat menghancurkan tanaman sawah seperti yang disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Buleleng Nyoman pada Rabu pada tanggal (28/1/2015) ketika 10 hektar sawah rusak dilanda gelombang pasar di Bali (Balipost, 2015). 2. Pelayaran rakyat Pelayaran rakyat untuk penangkapan ikan tradisional umumnya kurang dari 2 mil dari pantai (Gambar 4). Untuk itu informasi yang diperlukan adalah model informasi gelombang maritim dalam resolusi tinggi. Informasi tersebut antara lain gelombang, alun, dan Gtambar 4. Pelayaran rakyat gelombang tinggi maksimum dalam resolusi (sumber: http://tempo.co.id) tinggi diperlukan untuk membuat keputusan berlayar atau tidak. 3. Wisata pesisir Informasi kondisi iklim diperlukan untuk wisata pesisir seperti pada Gambar 5 (Handayawati dkk., 2010). Suhu dan kelembaban yang nyaman menjadi daya tarik bagi wisatawan Selain kondisi udara, gelombang yang tinggi di daerah pesisir Gambar 5. Wisata pantai menjadi potensi untuk wisata olah raga selancar. 4. Faktor http://Jakarta.co.id Rumput Laut yang diperlukan untuk pertumbuhan rumput laut (Gambar 6) yang optimal antara lain gelombang laut dan curah hujan. Hal ini disebabkan gelombang yang besar dan curah hujan yang cukup tinggi sangat berpengaruh pada Gambar 6. Wisata pantai http://bisnisukm.com perkembangan rumput laut akibatnya rumput laut terkena banyak penyakit (Merdeka,.2014). Anomali cuaca membuat produksi rumput laut turun 2,2 juta ton pada tahun 2012-2013 4 Pemanfaatan informasi suhu air laut resolusi tinggi untuk investasi rumput laut untuk membudidayakan rumput laut. Bibit rumput laut cukup diikat pada tali tambang dengan ukuran tertentu lalu diletakkan di laut pada kedalaman 2-5 meter (Bisnisukm, 2015). 5. Tambak Udang dan Ikan Informasi pasang surut untuk kebutuhan di bidang pertambakan, contoh tambak udang (Gambar 7). Sebagai contoh sekitar 30 hektar lahan tambak udang dan ikan di Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan, Senin, terendam banjir, akibat pasang air laut atau rob di Gambar 7. Tambak udang http://tempo.co.id perairan Belawan, Sumatera Utara (Republika, 2012). 6. Energi pengganti bahan bakar fosil Oleh karena bahan bakar fosil terbatas maka dikembangkan energi terbaruka. Energi yang dapat dikembangkan adalah energi listrik di ke dalaman lautan (ocean thermal energy conversion/OTEC) (Dahuri.2014). Energi lain yang dapat dikembangkan untuk energi listrik antara lain pasang surut, gelombang, dan angin). Angin di daerah pesisir umumnya mempunyai kecepaatan yang tinggi karena tanpa gesekan dan Gambar 8. Energi terbarukan ini menjadi potensi sumber energi angin begitu juga energi (Gambar 8). Sumber:http://finance. detik.com PERAN BMKG DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR Dari kebutuhan informasi dan parameter iklim tersebut maka perlu dibangun sistem informasi yang diperlukan untuk masyarakat pesisir. Desain sistem layanan informasi maritim untuk masyarakat pesisir terdidari dari tiga komponen yaitu stasiun meteorologi yang menyediakan sistem informasi, masyarakat pesisir sebagai pengguna, dan pemerintah daerah sebagai instansi yang membantu menyebarkan informasi. BMKG bertugas memberikan informasi cuaca dan iklim maritim kepada masyarakat. Layanan informasi yang dimiliki BMKG perlu disosialisikan dan dikembangkan produk-produk lain sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga memberikan nilai tambah untuk meningatkan kesejahteraan masyarakat. Peran BMKG dalam 5 UU no 31 tahun 2009 pasal 3 mendukung kebijaksaan pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Informasi yang dapat diberikan antara lain suhu, tekanan udara, angin, kelembaban, awan, hujan, gelombang laut, suhu permukaan laut, dan pasang surut air laut (Tabel 1). Tabel 1. Matriks kebutuhan informasi maritim untuk masyarakat wilayah pesisir Informasi Suhu permukaan laut Salinitas Suhu laut terhadap kedalaman Arah dan kec.angin Suhu udara Curah hujan Jarak .pandang P. surut Humidity Gelombang Prak.musim Penguapan Arus terhadap kedalaman Pasut (tide) Industri Garam Sawah Pelayaran rakyat Wisata pantai v v v v v v v v v v v v v v v Rumput laut v v v Tambak ikan/u dang Energi v v v v v v v v Peringat an dini Banjir/r ob v v v v v v v v v v v v Agar informasi sampai kepada masyarakat pesisir koordinasi diseminasi informasi cuaca dan iklim maritim perlu terus ditingkatkan dengan instansi terkait seperti pemerintah daerah, lembaga sosial masyarakat dan lain-lain. Informasi yang disampaikan dapat dilakukan dengan layanan komunikasi langsung, melalui penyuluh nelayan, maupun menggunakan tehnologi seperti internet, pesan singkat (short message service), televisi atau radio. Bentuk sistem layanan terpadu BMKG dan pemda sebagaimana dalam Gambar 9 berikut : 6 Stasiun meteorologi maritim Sistem informasi maritim Masyarakat wilayah pesisir Pemerintah daerah Gambar 9. Integrasi tiga komponen pembentuk sistem informasi SISTEM INFORMASI CUACA DAN IKLIM MARITIM UNTUK MASYARAKAT PESISIR Sistem informasi cuaca dan iklim maritim terdiri dari masukan data operasional harian yang diperoleh dari hasil pengamatan stasiun maritim di beberapa wilayah di Indonesia (Gambar 10). Selanjutkan dari masukan data tersebut dihasilkan berbagai informasi yang diperlukan untuk pembangunan yang terdiri dari prakiran awal musiman hujan, gelombang, pasang surut, suhu muka laut maupun curah hujan bulanan. Sistem informasi cuaca dan iklim maritim • Sistem basis data stasiun maritim • • • • Informasi Prakiraan musiman Gelombang Pasang surut Suhu muka laut Curah hujan bulanan • • • • Sarana Web SMS Fax Telepon Pengguna Nelayan Petani garam Petani sawah Petani rumput laut • Wisata • Listrik • • • • Gambar 10. Desain sistem informasi cuaca dan iklim maritim 7 Spesifikasi sistem informasi yang diperlukan dapat digunakan untuk masyarakat dalam menjalankan roda ekonomi masyarakat pesisir maupun investor yang berminat untuk berinvestasi di wilayah Pesisir. Untuk mengatasi ini maka digunakan teknologi informasi untuk memberikan layanan secara real time dan mendukung keputusan. Tahap pertama adalah konsolidasi data maritim dengan menggunakan data warehousing. Setelah data dapat terkondisi dengan baik kemudian dilakukan dikembangkan menjadi data mining. Pengembangan selanjutnya untuk mendapatkan pengetahuan (knowledge discovery) dari sistem basis data. Keluaran yang diharapkan adalah pengguna dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat. Sistem keputusan yang diambil misalnya keputusan apakah akan melaut, kapan siap bertanam padi sawah, kapan bertanam rumput laut yang tepat dan lain-lain 1. Masukan dan pengenalan pola data maritim Data obervasi yang digunakan untuk mendapatkan pola data arah dan kecepatatan angin permukaan, suhu muka laut, kelembaban relatif, perawanan, radiasi matahari, arah dan kecepatan angin, tinggi gelombang daerah pantai, dan tekanan udara. Data diperoleh dari pengamatan alat maupun laporan dari kapal. Infomrasi ini berdasarkan pola umum karakteristik wilayah lokal yang menjadi diperlukan masyarakat pesisir. KDD (Knowledge Discovery in Database) merupakan keseluruhan proses konversi data mentah menjadi pengetahuan yang bermanfaat yang terdiri dari serangkaian tahap transformasi meliputi data preprocessing dan postprocessing. (Fayyad dkk., 1996). Proses mendapatkan pengetahuan bagian masyarakat pesisir dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Seleksi data Pemilihan data dilakukan dengan memilih data yang diperlukan untuk data mining. Data ini dipisah dari data operasional di setiap stasiun maritim. b. Pengolahan data awal Pengolahan data awal dilakukan dengan proses cleaning untuk membuang duplikasi data, memeriksa data yng tidak konsisten, memperbaiki kesalahan, dan menambah data yang diperlukan untuk data mining 8 c. Transformasi Trasformasi data dilakukan untuk mengolahan data mining yang tergantung pada pola informasi yang diperlukan dari basis data. Pola yang dikehendaki sesuai dengan kebutuhan informasi untuk masyarakat pesisir. Data diolah dengan metode statistika sederhana sampai dengan kecerdasan buatan, logika fuzzy, jaringan sarat tiruan, algoritma genetika, tree, dan lain-lain. d. Interprestasi Pola informasi yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk yang dapat dipahami oleh pengguna. Interpestasi untuk mengetahui apakah informasi yang dihasilkan sesuai dengan data observasi. Langkah-langkah membentuk sistem informasi berbasis penemuan pengetahuan seperti pada Gambar 11 berikut. Interprestasi/evaluasi Data mining transformasi Pengetahuan/ Knowledge (masyarakat pesisir) Proses awal Pola pemilihan Xxxxx Xxxx Xxx Data Proses awal DATA Transformasi data Data target Gambar 11. Pengembagan data warehousing kepada penemuan pengetahunan (Fayyad dkk.,1996) Tampilan visual system informasi dalam bentuk world wide web sehingga dapat digunakan secara online dan real time. Informasi yang dihasilkan dalam bentuk grafik curah hujan, suhu, peta dan dan lain-lain. Jenis informasi regular (model iklim maritim) dan ekstrem, analisis khusus pesisir, dan kejadian iklim ekstrem. 9 2. Keluaran Informasi skala lokal Informasi yang diperlukan oleh masyarakat pesisir adalah informasi yang dalam skala lokal. Oleh karena itu keluaran informasi didapat dari model numerik dengan resolusi tinggi. Pengguna di wilayah pantai yang tidak dekat dengan stasiun maritim dapat menggunakan informasi ini. 3. Keluaran Informasi berdasarkan waktu Informasi yang diberikan dalam bentuk informasi jangka panjang dan jangka pendek : a. Jangka panjang : Iklim adalah curah rata-rata, ini untuk memberikan pengetahuan umum jangka panjang kepada masyarakat pesisir. Informasi jangka panjang : 1. Pola curah hujan bulanan di wilayah sekitar wilayah pesisir tujuan, 2. Prakiraan hujan musiman di sekitar pesisir, 3. Rata-rata arah dan kecepatan angin bulanan, 4. Periode pasang surut, 5. Suhu muka laut resolusi tinggi pada beberapa lapisan, 6. Informasi ratarata ekstrem bulanan b. Jangka pendek : Prakiraan gelombang harian, prakiraan arah dan kecepatan angin harian, dan informasi cuaca maritim ekstrem SOSIALISASI INFORMASI CUACA DAN IKLIM MARITIM MASYARAKAT PESISIR Media untuk sosialisasi informasi maritim adalah memanfaatkan pertemuan tatap muka dengan masyarakat untuk mensosialisasikan produk BMKG misalnya melalui sekolah lapang iklim maritim untuk masyarakat pesisir. Agar kesinambungan program terus berjalan dapat bekerja dengan pemerintah daerah setempat secara berkala dan menjadi kegiatan rutin pemerintah daerah (Tabel 2). 10 Tabel 2. Stasiun meteorologi maritim (Sumber; BMKG). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama Stasiun Tanjung Priok Belawan Tanjung Emas Tanjung Perak Paotere Bitung Teluk Bayur Lampung Kendari Pontianak Lokasi Pulau Jakarta Medan Semarang Surabaya Makasar Sulawesi Utara Teluk Bayur Lampung Kendari Pontianak Jawa Sumatra Utara Jawa Tengah Jawa Timur Sulawes Selatan Sulawesi Sumatra Barat Lampung Sulawesi Tenggara Kalimatan Barat EVALUASI TINGKAT AKURASI INFORMASI LAYANAN MARITIM BERKALA Setelah informasi diberikan kepada pengguna (masyarakat) informasi perlu dilakukan evaluasi terhadap apa yang yang sudah dikeluarkan (Gambar 12). Hal ini disebabkan kunci dari keberhasilan pengembangan sistem informasi adalah bila ada kepuasan pengguna terhadap informasi yang diberikan.. Untuk evaluasi dapat digunakan data observasi diperoleh dari dari kapal yang melintas (Volunteer Observing Ship/VOS) tentang informasi iklim maritim yang sudah dilakukan BMKG. Selain itu umpan balik akurasi informasi dari masyarakat juga dapat menjadi bahan untuk meningkatkan akurasi informasi maritim dan meningkatkan kinerja BMKG. Kegiatan evaluasi ini perlu dilakukan secara berkala sehingga produk informasi BMKG menjadi andal (akurat, cepat, tepat, dan terpercaya). BMKG Pengembangan model Hasil model perbaikan Informasi OBSERVASI Pengguna Umpan balik Gambar 12. Evaluasi terhadap informasi yang dikeluarkan BMKG 11 Daftar Pustaka Adiraga (2013), analisis dampak perubahan curah hujan , luas tambak garam, dan jumlah petani garam terhadap produksi usaha garam rakyat di kecamatan juwana kabupaten pati (periode 2003-2012), Skripsi, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang Balipost Bisnis (2015), 10 Hektar Sawah Rawan Terendam Hempasan Air http://balipost.com/read/lingkungan/2015/01/28/28983/10-hektar-sawah-rawanterendam-hempasan-air-laut.html diakses tanggal- 3 Maret 2015 Laut UKM (2015): Potensi Bisnis Budidaya Rumput Laut di Daerah Pesisir http://bisnisukm.com/potensi-bisnis-budidaya-rumput-laut-di-daerah-pesisir.html Budi, U. (2009), Pengentasan Masyarakat Miskin Daerah Pesisir Sumatera Utara Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan BMKG (2014), Grand desain Iklim Maritim, Sub Bidang Desiminasi Informasi Agroklimat dan iklim Maritim BMKG Dahuri , R. (2014) Membangun Indonesia sebagai Negara Maritim yang Maju, Adil-makmur, kuat, dan Berdaulat Rembuk Nasional dan Seminar Kebangsaan Laut sumber Kemakmuran dan Kedaulatan Bangsa” Pemuda Kawasan Timur Indonesia DKPP dan BMKG (2005), Informasi Cuaca Dan Iklim www.p3sdlp.litbang.kkp.go.id/.../buku-a-technical-documentation Tambak Garam Efrizal, (2014), Pembangunan kelautan dalam konteks pemberdayaan masyarakat pesisir www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/10691/2407 diakses- 9 Februari 2015 Fauzi A.(2014) : Karakteristik Sosial Masyarakat Pesisir Terhadap Perkembangan Sumber Alam Lingkungan Laut http://famif08.student.ipb.ac.id/ -diakses 11 Februari 2015 Handayawati H.S, Budiono, dan Soemarno (2015), Potensi Alam Wisata Bahari http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2011/12/ANALISIS-POTENSI-WISATA-ALAMBAHARI.pdf – diakses tanggqal 10-2-2015 Merdeka (2013), Anomali cuaca buat produksi rumput laut turun 2,2 juta ton http://www.merdeka.com/uang/kkp-anomali-cuaca-buat-produksi-rumput-laut-tahunini-turun.html- diakses tanggal 2 Februari 2015 Republika (2012), Puluhan Hektare Tambak Terendam Banjir di Medan http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/05/08/m3ogda-puluhanhektare-tambak-terendam-banjir-di-medan 12 U. Fayyad Shapiro, G.P, dan S. Padhraic (1996): From Data Mining to Knowledge Discovery in Data Bases, America Association for Artificial Intelegence Zafiraafriza (2013), Karakteristik Masyarakat Pesisir Di Indonesia http://zafiraafriza.blogspot.com/2013/06/karakteristik-masyarakat-pesisir-di.html Diakses tanggal 20 Februari 2015 13