Download Optimalisasi penanganan kasus prostetik dengan perawatan

Survey
yes no Was this document useful for you?
   Thank you for your participation!

* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project

Document related concepts
no text concepts found
Transcript
86
Dentofasial, Vol.10, No.2, Juni 2011:86-88
Optimalisasi penanganan kasus prostetik dengan perawatan ortodontik
Optimalization of prosthetic case management with orthodontic treatment
Eddy Heriyanto Habar
Bagian Ortodonsi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Makassar, Indonesia
ABSTRACT
Management of certain prosthetic cases can be established with optimal result when prior orthodontic treatment is
undertaken, such as example cases of missing teeth with diastema or abnormal arch form. A 24-year-old female
patient came with the complaint of diastema as a result of tooth loss and need a denture. After the examination, it
was found that the teeth were unarranged and the arch form was abnormal. Orthodontic treatment was firstly
undertaken to arrange the teeth, establish the space for denture and fix the arch form. The denture was made after
finishing the orthodontic treatment.
Keyword: prosthetic cases, orthodontic treatment, denture
ABSTRAK
Penanganan kasus prostetik tertentu bisa lebih memberikan hasil yang optimal jika dilakukan perawatan ortodontik
terlebih dahulu, misalnya pada kasus kehilangan gigi dengan kondisi gigi bercelah atau bentuk lengkung geligi yang
tidak normal. Seorang penderita perempuan berusia 24 tahun datang dengan keluhan gigi bercelah oleh karena
kehilangan gigi dan ingin dibuatkan gigitiruan. Setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan bahwa susunan gigi geligi
tidak rapi dan bentuk lengkung geligi juga tidak normal. Dilakukan perawatan ortodontik terlebih dahulu untuk
merapikan gigi, mempersiapkan ruang untuk pembuatan gigitiruan serta memperbaiki bentuk lengkung geligi.
Setelah perawatan ortodontik selesai, kemudian dibuatkan gigitiruan.
Kata kunci: kasus prostetik, perawatan ortodontik, gigitiruan
Koresponden: Eddy Heriyanto Habar, Bagian Ortodonsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Jl.
Kandea No.5, Makassar, Indonesia, email: [email protected].
PENDAHULUAN
Saat ini, banyak kasus kompleks melibatkan
sistem
stomatognatik
dapat
ditangani.
Keberhasilan estetik dan fungsional dapat
diperoleh dengan pendekatan beberapa cabang
ilmu kedokteran gigi dan memberi kepuasan pada
fungsi, pengucapan dan penampilan estetik.1
Perawatan ortodontik dilakukan untuk
memperbaiki posisi dan kesejajaran gigi sebelum
kehilangan gigi diganti dengan gigitiruan.
Perawatan ortodontik ini dilakukan misalnya
untuk memperoleh kesejajaran gigi penyangga
yang digunakan untuk memegang gigitiruan,
menyiapkan atau mempersiapkan ruang untuk
pontik dan implan gigi. Perawatan ortodontik juga
memungkinkan penutupan ruang atau mereposisi
gigi akibat kehilangan gigi.2,3
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk
melaporkan penanganan kasus prostetik setelah
terlebih dahulu dirawat ortodontik untuk
memperoleh hasil yang lebih optimal.
LAPORAN KASUS
Seorang penderita perempuan, umur 24
tahun, datang dengan keluhan gigi bercelah oleh
karena kehilangan gigi dan ingin dibuatkan
gigitiruan. Setelah dilakukan pemeriksaan,
diketahui bahwa gigi geligi tidak rapi dan bentuk
lengkung gigi juga tidak normal (Gambar 1A).
Gigi yang tidak ada pada rahang atas adalah 13
dan 14, dan pada rahang bawah adalah 33, 32, 31,
41, 42 dan 43 (Gambar 2A, 3A, dan 4A).
Ditemukan juga inklinasi gigi geligi anterior
rahang atas salah. Pada kasus ini, direncanakan
perawatan ortodontik untuk merapikan giginya
dan memperbaiki inklinasi serta bentuk lengkung
geliginya agar hasil pembuatan gigitiruannya bisa
lebih optimal.
TATALAKSANA PERAWATAN
Pada laporan kasus ini, prosedur perawatan
ortodontik dilakukan sebagai persiapan untuk
pemasangan gigitiruan. Sebelum perawatan,
dilakukan foto sefalometri dan panoramik untuk
menganalisis keadaan tulang dan gigi geliginya.
Selain itu juga dilakukan pembersihan karang gigi
sebagai salah satu syarat perawatan ortodontik
cekat.
Dilakukan pencabutan gigi 24, selanjutnya
dipasang alat ortodontik cekat (Gambar 1B).
Eddy H. Habar: Optimalisasi penanganan kasus prostetik dengan perawatan ortodontik
Setelah itu dilakukan leveling gigi-gigi rahang atas
dan bawah, menyiapkan ruangan antara gigi 12
dan 15 sebagai persiapan insersi gigitiruan
A
(Gambar 2B). Juga dilakukan perbaikan bentuk
lengkung geligi rahang atas dan rahang bawah
(Gambar 3B dan 4B).
B
Gambar 1. A. Awal perawatan tampak depan. B. Pemasangan gigitiruan setelah perawatan ortodontik di
rahang bawah, dan tahap akhir perawatan ortodontik di rahang atas. Tampak angulasi yang tidak tepat pada
gigi 11 dan 12.
A
B
Gambar 2. A. Awal perawatan tampak samping kanan. Tampak edentulus 13 dan
14. B. Tahap akhir perawatan ortodontik sebagai persiapan pembuatan gigitiruan.
Tampak ruangan yang memadai untuk pembuatan gigitiruan (tanda panah).
A
B
Gambar 3. A. Awal perawatan tampak oklusal rahang atas. B. Tahap akhir perawatan ortodontik
tampak oklusal. Tampak perbaikan lengkung geligi dan diastema multipel telah diperbaiki.
A
87
B
Gambar 4.A. Awal perawatan tampak oklusal rahang bawah. B. Pemasangan gigitiruan setelah
perawatan ortodontik selesai. Tampak perbaikan bentuk lengkung gigi dan berkurangnya edentulus.
88
Setelah prosedur perawatan ortodontik
selesai, gigi geligi rahang atas maupun rahang
bawah telah level dan sejajar serta bentuk
lengkung geligi telah normal, maka telah siap
untuk dibuatkan gigitiruan. Pada kasus ini pilihan
gigitiruan untuk rahang atas adalah gigitiruan
cekat atau gigitiruan sebagian lepasan dan untuk
rahang bawah pasien memilih gigitiruan sebagian
lepasan.
PEMBAHASAN
Kehilangan
gigi
dapat
menyebabkan
gangguan sistem stomatognatik. Gigi yang
berdekatan dengan daerah yang tak bergigi akan
bergerak ke arah daerah tak bergigi tersebut
sehingga menyebabkan diastema pada sisi yang
berlawanan. Hal ini juga dapat menyebabkan
inklinasi dari gigi yang bergerak atau bergeser
tersebut menjadi berubah. Hal ini menyebabkan
terjadinya interdigitasi yang salah antara gigi
rahang atas dan rahang bawah.4
Pada kasus ini, pasien telah kehilangan gigi
13 dan 14 dan gigi 33, 32, 31, 41, 42 dan 43.
Edentulus tersebut menyebabkan diastema antara
gigi 11 dan 12 serta antara 12 dan 15, dan ekstrusi
gigi 12. Juga ditemukan bentuk lengkung geligi
rahang atas dan rahang bawah yang salah.
Pasien dirawat dengan alat cekat dengan
menggunakan sistem edgewise. Sebelumnya
dilakukan pencabutan pada gigi 24 untuk koreksi
garis median. Gigi geligi rahang atas disejajarkan,
kemudian diastema antara 11 dan 12 ditutup,
sekaligus menyiapkan ruang antara 12 dan 15
untuk persiapan pembuatan gigitiruan. Bentuk
lengkung geligi yang salah juga turut diperbaiki.
Pada rahang bawah dilakukan dilakukan perbaikan
Dentofasial, Vol.10, No.2, Juni 2011:86-88
bentuk lengkung geligi. Pada kasus ini ruang yang
tidak bergigi berkurang oleh karena perbaikan
bentuk lengkung geligi sehingga yang sebelumnya
membutuhkan lima unit gigi artifisial berubah
menjadi tiga unit.5,6
SIMPULAN
Kehilangan
gigi
dapat
menyebabkan
perubahan
pada
sistem
stomatognatik,
ketidaknyamanan,
perubahan
fonasi
dan
berkurangnya estetik. Perawatan prostodontik
diperlukan untuk mengganti kehilangan gigi
tersebut untuk mengembalikan fungsi pada sistem
stomatognatik. Hasil perawatan prostodontik pada
kasus tertentu akan lebih optimal jika dilakukan
perawatan ortodontik terlebih dahulu, misalnya
untuk mensejajarkan gigi geligi dan menyiapkan
ruang
untuk
persiapan
gigitiruan
serta
memperbaiki bentuk lengkung geligi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arslan SG, Tacir IH, Kama JD. Orthodontic and
prtosthetic rehabilitation of unilateral free-end
edentulous space. Aus Dent J 2006; 51(4): 338.
2. Hagg U, Corbet EF, Rabie AM. Adult orthodontic
and its interface with other diciplines. HKMJ 1996;
2: 190.
3. Ling PH. Improved protocol for temporary pontic:
combined prosthodontic-orthodontic treatment. J
Clin Dent Assoc 2007; 73(6): 487.
4. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary
orthodontics. 4th Ed. New York: Mosby Inc; 2007:
167-9.
5. Bishara SE. Textbook of orthodontics. Philadelphia:
WB Saunders Co; 2001: 232-9.
6. Nanda. Biomechanics in clinical orthodontics.
Philadelphia: WB Saunders Co; 1997: 156-67.