Download issue 3 (Perubahan Iklim)

Survey
yes no Was this document useful for you?
   Thank you for your participation!

* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project

Document related concepts
no text concepts found
Transcript
Policy Brief
Direktorat Analisis
Dampak Kependudukan
Volume 1, Issue 3
Daftar Isi:
Abstrak
1
Latar Belakang
2
Permasalahan
3
Dampak Kependudukan terhadap Penyakit
dalam Hubungan dengan Variasi Perubahan Iklim
dan Kontribusi Emisi Gas Rumah Kaca
di Sumatera Utara
Metoda Analisis
Dampak
Kependudukan
3
Abstrak
Hasil Kajian
4
Kesimpulan
7
Rekomendasi
7
Daftar Pustaka
8
KATA KUNCI
Pertambahan Penduduk
Energi
Gas Rumah Kaca
Perubahan Iklim
Penyebaran Penyakit
Pertambahan penduduk dunia membawa konsekuensi terhadap
meningkatnya penggunaan energi dan sumber daya alam lainnya. Sejalan
dengan itu terjadi peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfir, yang
pada gilirannya membawa pengaruh terhadap perubahan iklim dunia.
Perubahan iklim telah mempengaruhi kesehatan manusia melalui
kecenderungan meningkatnya prevalensi penyakit-penyakit tertentu.
Pada tingkat regional dan nasional di Indonesia, analisis sebaran dan
perubahan berbagai penyakit yang terkait dengan perubahan iklim serta
kontribusi emisi sebagai gambaran perilaku dalam menghadapi perubahan
iklim masih sangat terbatas. Oleh kerena itu, penting dilakukan penelitian
untuk mengetahui perubahan populasi penduduk dan penyakit yang terkait
dengan perubahan iklim dan perilaku masyarakat yang menghasilkan emisi
GRK. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan
kebijakan dan penyusunan program aksi baik pada tingkat regional dan
nasional baik berupa adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim.
Hasil kajian menunjukkan pertambahan penduduk memiliki kecenderungan terhadap peningkatan emisi
CO2 dan perubahan iklim seperti suhu, dan peningkatan kejadian penyakit demam berdarah, diare, dan
malaria. Berdasarkan hal ini perlu dilakukan upaya penurunan laju pertumbuhan penduduk secara
signifikan, peningkatan kualitas kesehatan dan perilaku dan kebijakan yang konsisten dan tepat dalam
penggunaan bahan bakar serta penggunaan energi alternatif yang ramah lingkungan.
Latar Belakang
Saat ini jumlah penduduk dunia telah mencapai angka 7 miliar. Diperkirakan pada tahun 2050
penduduk dunia akan meningkat lebih dari 9,3 miliar (UNFPA, 2011). Pertambahan penduduk yang
cepat secara signifikan dapat meningkatkan emisi karbon dioksida (CO2) global (ADB, 2009).
Pertumbuhan populasi sebesar 1% menyumbang penambahan peningkatan emisi sebesar 1.28% (Shi,
2001). Jumlah populasi yang besar memberikan dampak terhadap peningkatan kebutuhan energi
untuk daya, industri, dan transportasi sehingga meningkatkan emisi bahan bakar fosil, peningkatan
terhadap kerusakan hutan (forest degradation), dan kehilangan hutan (deforestation) akibat konversi
hutan menjadi penggunaan lainnya sehingga menyumbang emisi gas rumah kaca secara signifikan (Shi,
2001).
Dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi yang cepat Asia Tenggara akan menyumbang
lebih dari 12% total gas emisi rumah kaca (ADB, 2009). Diperkirakan perlambatan pertumbuhan
penduduk dapat berkontribusi secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 1629% pada tahun 2050 sehingga dapat menjaga suhu global dari timbulnya dampak serius dari
perubahan iklim.
Para ahli percaya bahwa peningkatan emisi GRK telah meningkatkan suhu rata-rata bumi.
Dalam skenario emisi tinggi, suhu tahunan rata-rata di empat Negara Asia Tenggara (Indonesia,
Filipina, Thailand, dan Vietnam) diperkirakan meningkat rata-rata 4,8°C sampai tahun 2100 dari
tingkat suhu rata-rata pada tahun 1990; permukaan laut dunia rata-rata diperkirakan meningkat 70
cm selama periode yang sama (ADB, 2009).
Akibat perubahan iklim, tahun 1990-an bencana seperti angin topan, banjir, dan kebakaran
menyebabkan kerugian sebesar $608 triliun di seluruh dunia, suatu jumlah yang lebih besar
dibandingkan yang terjadi selama 4 dekade terakhir (Bullard, 2009). Penyakit kardiovaskuler dan
penyakit pernafasan juga meningkat (Bullard, 2009).
Bersamaan dengan itu, penyebaran vektor pembawa penyakit menular seperti nyamuk dan
kutu telah diketahui meningkat dan berubah pola sebarannya menjadi makin luas akibat perubahan
iklim (Zell, 2004; Kovats et al., 2005; McMichael & Lindgren, 2011), menyebabkan peningkatan jumlah
penderita penyakit ini. Banyak penyakit seperti malaria, kolera, diare, demam berdarah, demam Rift
Valley, pes, dan penyakit infeksi baru seperti hantavirus, demam berdarah Ebola, dan virus West Nile
sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan curah hujan (Bullard, 2009). Bersamaan dengan itu,
penyebaran vektor pembawa penyakit menular seperti nyamuk dan kutu telah diketahui meningkat
dan berubah pola sebarannya menjadi makin luas akibat perubahan iklim (Zell, 2004; Kovats et al.,
2005; McMichael & Lindgren, 2011), menyebabkan peningkatan jumlah penderita penyakit ini.
Peningkatan jumlah penderita penyakit ini telah memberikan sumbangan terhadap peningkatan biaya
kesehatan secara signifikan.
Page 2
Volume 1, Issue 3
Permasalahan
·
Apakah perubahan populasi penduduk berpengaruh signifikan terhadap jumlah emisi gas-gas
rumah kaca (GRK) sebagai faktor pemicu perubahan iklim?
·
Bagaimana hubungan antara perubahan emisi GRK di suatu wilayah dengan perubahan iklim
seperti suhu, curah hujan dan jumlah hari hujan di suatu wilayah tersebut?
·
Apakah perubahan iklim suatu wilayah berpengaruh pada perubahan kejadian penyakit (demam
berdarah dengue (DBD), diare, dan malaria) di suatu wilayah?
·
Adakah hubungan antara perubahan populasi penduduk suatu wilayah dengan kejadian penyakit
(DBD, diare, dan malaria) di wilayah tersebut?
Metode Analisis Dampak Kependudukan
1. Desain Analisis
Rancangan analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah metode kuantitatif.
2. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis tren dan korelasi untuk menguji hubungan antar
berbagai variabel (peubah) yang digunakan dalam kajian ini.
3. Penentuan lokasi
Unit analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah provinsi Sumatera Utara dengan kepadatan
penduduk 178 jiwa/km2.
4. Sumber Data
Data yang dianalisis dalam kajian ini adalah data sekunder dari berbagai instansi terkait, seperti :
- Iklim bulanan (suhu, curah hujan, jumlah hari hujan)
- Populasi penduduk: jumlah penduduk per tahun
- Populasi terkena penyakit:jumlah kejadian penyakit DBD, diare dan malaria
- Emisi karbon: sector energy, sector berbasis lahan
Setelah data aktivitas dari setiap sektor penyumbang emisi karbon didapatkan, penghitungan emisi
karbon kemudian mengikuti rumus dasar sebagai berikut:
Emisi GRK = ?
?
Ai x EF i
dimana:
Emisi GRK = Emisi suatu gas rumah kaca (misal CO2, CH4, N2O)
Ai
= Konsumsi bahan jenis i atau jumlah produk i
EFi
= Faktor Emisi dari bahan jenis i atau produk i
Volume 1, Issue 3
Page 3
Untuk mengetahui faktor emisi (emission factor) setiap bahan atau produk diperlukan penelitian yang
sangat spesifik untuk setiap bahan atau produk tersebut atau merujuk kepada penelitian yang sudah
ada. Dalam kajian ini, faktor emisi yang digunakan sebagian besar mengacu pada IPCC (2006).
Data-data tersebut (Tabel 1) kemudian dianalisis untuk mengetahui:
1. Populasi dan laju pertumbuhan penduduk setiap propinsi dalam kurun waktu yang tersedia
2. Variasi dan perubahan iklim setiap propinsi dalam kurun waktu yang tersedia
3. Populasi dan perubahan prevalensi penyekit DBD, diare dan malaria serta tingkat kematian (bila
data tersedia) yang disebabkan oleh penyakit dimaksud.
4. Kontribusi emisi GRK terutama karbon setiap provinsi dalam kurun waktu yang tersedia
5. Berdasarkan data-data hasil analisa pada point 1 s.d. 4 tersebut akan dilanjutkan dengan uji
korelasi untuk menentukan besaran hubungan antara
a. kejadian penyakit (D) yang diteliti dengan variasi dan perubahan iklim (CC), sehingga D = f
(CC)
b. variasi dan perubahan iklim (CC) dengan emisi GRK yang dihasilkan (E), sehingga CC = f (E)
HASIL KAJIAN
Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara
Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara terus meningkat dari setiap sensus penduduk yang
dilakukan (Gambar 1). Berdasarkan sensus penduduk tahun 1971, penduduk Provinsi Sumatera
Utara berjumlah 6.621.831 jiwa dan pada tahun 2010 menjadi 12.982.204 jiwa. Meskipun jumlah
penduduk Sumatera Utara terus meningkat, namun rata-rata pertumbuhan penduduk dalam rentang
waktu 1971 sampai 2010 terus menurun, yakni dari 2,62% dalam kurun waktu 1971-1980, dan
kemudian terus menurun menjadi 1,09% dalam kurun waktu 2000-2010.
Gambar 1. Perkembangan jumlah penduduk Pronvisi Sumatera Utara
berdasarkan hasil sensus penduduk dalam kurun waktu
1971 s.d. 2010
Page 4
Volume 1, Issue 3
Gambar 2. Rata-rata pertumbuhan penduduk Provinsi Sumatera Utara
dalam kurun waktu 1971 s.d. 2010
Hubungan Jumlah Penduduk dan Emisi GRK
Hasil uji korelasi Pearson antara variabel bebas populasi penduduk dengan variabel terikat emisi GRK
(total) menunjukkan bahwa populasi penduduk berpengaruh nyata (p = 0,017) terhadap emisi GRK
yang dilepaskan ke atmosfir. Model hubungan antara populasi penduduk dengan emisi GRK yang
didapatkan (Gambar 3) adalah
Y = - 2594374,715 + 1,335 X
dimana:
Y = Emisi GRK (ton CO2e), yakni total emisi GRK dari penggunaan BBM
(sektor energi) dan aktivitas sawah dan ternak (sektor berbasis lahan)
X = Populasi penduduk (jiwa)
Gambar 3. Model prediksi emisi GRK berdasarkan jumlah penduduk
di Sumatera Utara (n = 11)
Volume 1, Issue 3
Page 5
Berdasarkan persamaan tersebut terlihat bahwa emisi GRK berkorelasi positif dengan jumlah
penduduk, sehingga peningkatan populasi penduduk di Sumatera Utara menyebabkan peningkatan
emisi GRK yang dilepaskan ke udara. Oleh karena itu, aktivitas pengelolaan pertumbuhan penduduk
sangat penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim, terutama pengendalian emisi GRK dari sektor
energi dan sektor berbasis lahan.
Hubungan Kejadian Penyakit dengan Kondisi Iklim
Hasil analisis satu peubah tunggal (suhu) terhadap kejadian penyakit disajikan pada Tabel 1.
Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson, diketahui bahwa dari 3 kejadian penyakit yang diuji dalam
kajian ini, hanya kejadian penyakit DBD yang secara nyata dipengaruhi oleh rata-rata suhu tahunan (p
< 0,05), sedangkan 2 kejadian penyakit lainnya, yakni diare dan malaria tidak secara nyata dipengaruhi
oleh perubahan suhu. Selain itu, model hubungan yang didapatkan menunjukkan bahwa peningkatan
rata-rata suhu tahunan akan menyebabkan meningkatnya kejadian penyakit DBD.
Tabel 1. Model hubungan kejadian penyakit (peubah terikat; Y) dengan
rata-rata suhu tahunan (peubah bebas; X; oC) di Sumatera Utara
No
Peubah Terikat
Y = a + bX
n
a
b
R2
p
1.
DBD
11
- 147.541
5.587,5
0,522
0,021*
2.
Diare
7
- 1.430.593,36
59.352,54
0,200
0,306
3.
Malaria
6
- 477854
20535
0,076
0,602
Keterangan: * = rata-rata suhu tahunan berpengaruh secara nyata pada kejadian penyakit (p < 0,05)
Hasil uji korelasi berganda antara kejadian penyakit dengan 2 peubah bebas dari faktor iklim, yakni
rata-rata suhu tahunan (X1) dan curah hujan tahunan (X2) (Tabel 2) menunjukkan bahwa kejadian
penyakit secara nyata tidak dipengaruhi oleh kombinasi kedua faktor iklim tersebut (p > 0,05). Hal
yang sama juga terlihat dengan menggunakan tiga peubah bebas dari faktor iklim (Tabel 3) juga
tidak berpengaruh terhadap semua kejadian penyakit yang diuji dalam penelitian ini.
Page 6
Volume 1, Issue 3
Tabel 2. Model hubungan kejadian penyakit (peubah terikat; Y) dengan dua peubah faktor
iklim, yakni di Sumatera Utara rata-rata suhu tahunan (X1; oC) dan curah hujan tahunan
(X2; mm)
No.
Peubah Terikat
Y = a + bX1 + cX2
n
a
b
Ra2
p
c
1.
DBD
11
-145045,448
5508.763
– 0,158
0,406
0,051
2.
Diare
7
-1268290,658
54157,394
– 9,651
0,182
0,620
3.
Malaria
6
-805154,205
30526,414
24,222
0,430
0,795
Tabel 3. Model hubungan kejadian penyakit (peubah terikat; Y) dengan tiga peubah faktor
iklim, yakni di Sumatera Utara rata-rata suhu tahunan (X1; oC), curah hujan tahunan (X2;
mm) dan jumlah hari hujan (X3; hari)
No.
Peubah Terikat
Y = a + bX1 + cX2 + dX3
n
A
1.
DBD
11
2.
Diare
3.
Malaria
-144121,767
b
c
Ra2
P
d
5744,890
0,603
– 43,002 0,344
0,122
7
-1312665,564 87233,011
92,647
– 5183,528 0,346
0,284
6
-581901,478 29442,658
17,309
– 841,119 0,430
0,930
KESIMPULAN
Pertambahan penduduk memiliki kecenderungan terhadap peningkatan emisi CO2 dan
perubahan iklim seperti suhu, dan peningkatan kejadian penyakit demam berdarah, diare, dan malaria.
REKOMENDASI
Kecenderungan terjadinya peningkatan emisi CO2 dan perubahan iklim seperti suhu, dan
peningkatan kejadian penyakit infeksi sehubungan dengan peningkatan jumlah penduduk
memerlukan perhatian untuk melakukan adaptasi dan mitigasi. Langkah bersama dalam pencegahan
dan respon untuk menanggulangi dampak perubahan iklim harus diambil dalam bentuk tetap
mengendalikan atau menekan laju pertumbuhan penduduk, dan membuat serta menerapkan atau
melanjutkan kebijakan di bidang energi seperti pemanfaatan sumber energi yang lebih ramah
lingkungan secara konsisten.
Volume 1, Issue 3
Page 7
Daftar Pustaka
ADB, 2009. Ekonomi perubahan iklim di Asia Tenggara:Tinjauan regional (Intisari).ADB. Mandaluyong
City. Philippines.
Bullard, R.D. 2009. Workshop on Sociological Perspectives on Global Climate Change. May 30-31,
2008. Report prepared by Nagel J, Dietz T, Broadbent J. Sociology Program Directorate
for Social, Behavioral and Economic Sciences. National Science Foundation 2009.
Ford, J. D., L. Berrang-Ford, M. King & C. Furgal. 2010. Vulnerability of aboriginal health systems in
Canada to climate change. Global Environmental Change 20: 668–680.
IPCC. 2006. Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC)
Kovats, R.S., D. Campbell-Lendrum & F. Matthies. 2005. Climate change and human Health: Estimating
avoidable deaths and disease. Risk Analysis 25 (6): 1409-1418.
McMichael,A.J. & E. Lindgren. 2011. Climate change: present and future risks to health, and necessary
responses. Journal of Internal Medicine 270: 401–413.
Shi,A. 2001. Population growth and global carbon dioxide emissions. Paper to be presented at IUSSP
Conference in Brazil/session-s09. Development Research Group.The World Bank.
UNFPA. 2011. People and possibilities in a world of 7 billion. UNFPA.
Zell, R. 2004. Global climate change and the emergence/re-emergence of infectious diseases.
International Journal of Medical Microbiology 293, Suppl. 37: 16-26.
Page 8
Volume 1, Issue 3