Download Dakhîl al-Naqli dalam Alquran dan Tafsirnya Departemen Agama RI

Survey
yes no Was this document useful for you?
   Thank you for your participation!

* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project

Document related concepts
no text concepts found
Transcript
Dakhîl al-Naqli dalam
Alquran dan Tafsirnya
Departemen Agama RI edisi 2004
Executive Summary
Mendapat Bantuan Dana dari DIPA UIN SGD Bandung
Tahun Anggaran 2009
Oleh
Dr. Ibrahim Syuaib Z
NIP : 150283229
Lembaga Penelitian
Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati Bandung
2009
DAKHÎL AL-NAQLI DALAM ALQURAN DAN TAFSIRNYA
DEPARTEMEN AGAMA RI EDISI 2004
A. ABSTRAKSI
Pengertian al-dakhîl dalam tafsir adalah; Penafsiran Alquran dengan alma'tsûr yang tidak sahih, penafsiran Alquran dengan al-ma'tsûr yang sahih tetapi
tidak memenuhi syarat-syarat penerimaan atau penafsiran Alquran dengan
pendapat yang salah.
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini ialah; kemungkinan keberadaan
al-dakhîl al-naqli dalam sepuluh juz pertama Alquran dan Tafsirnya Departemen
Agama RI Edisi 2004, bentuk dan faktornya. Kemungkinan itu dijaring dengan
sembilan bentuk al-dakhîl naqli. Contoh cara kerja penelitian ini sebagai berikut;
bila Alquran dan Tafsirnya merujuk hadis dalam menafsirkan ayat, maka diteliti
kualitas kesahihannya. Bila data-data yang ditemukan menunjukkan bahwa hadis
tersebut daif yang tidak layak dijadikan hujjah, maka tafsir dikategorikan sebagai
dakhîl al-naqli pertama.
Setelah
dilakukan
penelitian
dan
pembahasan
terhadap
pokok
permasalahan, ternyata dalam sepuluh juz pertama Alquran dan Tafsirnya
Departemen Agama RI Edisi 2004 terdapat 16 (enam belas) tafsir dakhîl al-naqli.
2
B. PENDAHULUAN
Alquran adalah kitab suci yang agung, karena ia seperti disebut di
dalamnya memberi petunjuk kepada jalan yang paling lurus dan paling akurat.
Karena keagungan Alquran inilah kaum muslimin sejak priode awal Islam
hingga dewasa ini mencurahkan tenaga dan pikiran dalam rangka memahami dan
menafsirkannya. Mereka telah menulis kitab tafsir dalam jumlah yang sangat
besar. Setiap kitab tafsir mencerminkan pandangan penulisnya, dan dipengaruhi
oleh mazhab yang dianutnya dan wawasan keilmuannya.
Alquran dan Tafsirnya Departemen Agama RI telah berulang kali dicetak
dan diterbitkan oleh pemerintah maupun oleh kalangan penerbit swasta. Ini
merupakan indikasi bahwa ia mendapat sambutan yang baik dari masyarakat.
Dalam upaya menyediakan kebutuhan masyarakat di bidang pemahaman kitab
suci Alquran, Departemen Agama telah melakukan upaya penyempurnaan tafsir
Alquran yang bersifat menyeluruh.
Sekalipun
para
penyusun
Alquran
dan
Tafsirnya
dan
tim
penyempurnaannya adalah para pakar yang memiliki otoritas dalam bidang tafsir
namun tidak tertutup kemungkinan bahwa di dalamnya terdapat kekeliruan
(dakhîl).
Landasan teoretis dalam penelitian ini adalah al-dakhîl, seperti yang ditulis
oleh Prof. Dr. Ibrâhîm Khalîfah dalam karyanya al-Dakhîl fî al-Tafsîr. Diterbitkan
oleh Dâr al-Bayân di Kairo Mesir tahun 1404 H. Teori al-dakhîl tersebut penulis
beri beberapa penjelasan dengan merujuk beberapa buku keislaman.
Masalah yang dibahas dalam tulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut;
Apakah dalam Alquran dan Tafsirnya Departemen Agama RI Edisi 2004 ada aldakhîl al-naqli?
Objek kajian penelitian ini dibatasi pada sepuluh juz pertama Alquran dan
Tafsirnya Departemen Agama RI Edisi 2004.
Tujuan penelitian ini adalah; Pertama, mengumpulkan data yang
berkenaan dengan rumusan masalah. Kedua, mensosialisasikan salah satu disiplin
ilmu yang relatif baru kepada umat Islam Indonesia, khususnya mahasiswa UIN,
IAIN, STAIN dan PTAIS di Indonesia. Ketiga, menguji tesis yang menyatakan
bahwa tafsir tidak lepas dari subjektivitas penafsirnya.
3
Berdasar data yang tersedia di Perpustakaan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, ditemukan bahwa belum ada skripsi, tesis, dan
disertasi di lembaga tersebut yang membahas al-dakhîl dalam Tafsir Departemen
Agama RI. Bahkan belum ada skripsi, tesis, maupun disertasi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang mengangkat al-dakhîl sebagai ilmu yang akan
dibangun.
C. AL-DAKHÎL
Kata kerja yang terdiri dari huruf al-dâl, al-khâ dan al-lâm dengan
penglafalan dakhila bermakna: bagian dalamnya rusak, dan ditimpa oleh
kerusakan dan mengandung cacat.
Sedang al-dakhîl bermakna antara lain; a. orang yang berafîliasi kepada
yang bukan komunitasnya, b. tamu, c. kata serapan, dan d. orang asing yang
datang untuk tujuan eksploitasi.
Pengertian al-dakhîl dalam tafsir adalah; Penafsiran Alquran dengan alma'tsûr yang tidak sahih, penafsiran Alquran dengan al-ma'tsûr yang sahih tetapi
tidak memenuhi syarat-syarat penerimaan atau penafsiran Alquran dengan
pendapat yang salah.
Unsur al-dakhîl dalam tafsir ada tiga, yaitu; Pertama, penafsiran Alquran
dengan al-ma´tsûr (riwayat) yang tidak sahih.
Faktor dakhîl pada unsur ini adalah sanad al-ma´tsûr. Kedua, penafsiran
Alquran dengan al-ma´tsûr yang sahih tetapi tidak memenuhi syarat-syarat
penerimaan. Faktor dakhîl pada unsur ini bukan sanad al-ma´tsûr, tetapi
matannya. Ketiga, penafsiran Alquran dengan pendapat yang salah. Faktor dakhîl
pada unsur ini bukan sanad al-ma´tsûr, bukan pula matannya, tetapi pendapat
yang salah.
Bentuk ashîl al-naqli ada 7 (tujuh), yaitu sebagai berikut;
1. Menafsirkan Alquran dengan Alquran.
2. Menafsirkan Alquran dengan hadis yang layak dijadikan hujah.
3. Menafsirkan Alquran dengan pendapat sahabat yang setara dengan hadis
marfû`.
4. Menafsirkan Alquran dengan hasil ijmak para sahabat atau tabii.
4
5. Keempat bentuk ashîl al-naqli ini wajib diterima sebagai penafsir Alquran
sesuai dengan urutannya, dengan syarat bentuk ashîl al-naqli yang manapun
dari keempat bentuk ashîl al-naqli itu tidak kontradiktif dalam bentuk
kontradiksi yang kontras dan tidak dapat dikompromikan dengan logika
positif. Bila kontradiksi seperti ini terjadi maka ashîl al-naqli tersebut wajib
ditakwil.
6. Menafsirkan Alquran dengan pendapat sahabat yang kontradiktif dengan
pendapat sahabat lain, tetapi kontradiksinya tidak kontras dan dapat
dikompromikan dan ditarjih.
7. Menafsirkan Alquran dengan pendapat sahabat yang tidak merupakan hasil
ijmak sahabat dan tidak pula kontradiktif dengan pendapat sahabat lain.
8. Menafsirkan Alquran dengan hadis mursal yang setara dengan hadis marfû´
dan yang mengutarakannya adalah termasuk salah seorang tokoh tafsir yang
belajar kepada sahabat atau hadis mursal tersebut diperkuat oleh hadis mursal
lain.
Tiga bentuk ashîl al-naqli yang terakhir ini tidak wajib diterima
sebagai penafsir Alquran, tetapi hanya sekedar berada pada posisi layak dan
rajih untuk diterima sebagai penafsir Alquran. Kelayakannya itu sepanjang
tidak kontradiktif dalam bentuk kontradiksi yang kontras dan tidak dapat
dikompromikan dengan logika, sekalipun hanya dengan logika asumtif dan
bukan dengan logika positif. Bila kontradiksi seperti ini terjadi maka tiga
bentuk ashîl al-naqli ini menjadi dakhîl al-naqli.
Bentuk dakhîl al-naqli ada 9 (sembilan), yaitu;
1. Menafsirkan Alquran dengan hadis yang tidak layak dijadikan hujah. Seperti
menafsirkan Alquran dengan hadis palsu dan daif.
2. Menafsirkan Alquran dengan pendapat sahabat yang tidak valid, seperti
menafsirkan Alquran dengan hadis mauqûf yang palsu atau sanad hadis
mauqûf itu daif.
3. Menafsirkan Alquran dengan pendapat sahabat yang matannya mengenai
masalah-masalah yang berada di luar ruang lingkup nalar (suprarasional),
sedang sahabat yang mengutarakannya adalah sahabat yang dikenal sebagai
5
sahabat yang menjadikan Bani Israil sebagai sumber informasi dan
pendapatnya itu berhubungan dengan Israiliyat. Pendapat sahabat ini
dikelompokkan ke dakhîl al-naqli dengan sebuah syarat, yaitu; tidak adanya
ayat Alquran atau hadis sahih yang sesuai dan senada dengannya. Sebaliknya,
bila ada ayat Alquran atau hadis sahih yang sesuai dan senada dengan
pendapat sahabat itu, maka pendapat sahabat itu tidak masuk ke dalam
kelompok dakhîl al-naqli, tetapi masuk ke dalam kelompok ashîl al-naqli.
Termasuk ke dalam bentuk dakhîl al-naqli yang ketiga ini; Israiliyat yang
kontradiktif dengan Alquran dan hadis sahih, dan Israiliyat yang tidak sesuai
dan senada dengan Alquran dan hadis sahih dan tidak pula kontradiktif
dengannya, seperti Israiliyat yang matannya mengenai suatu masalah yang
tidak diutarakan dan dijelaskan sedikitpun di dalam Alquran dan hadis sahih.
4. Menafsirkan Alquran dengan pendapat sahabat yang kontradiktif dengan
pendapat sahabat lain, sedang kontradiksinya sangat kontras yang tidak dapat
dikompromikan dan ditarjih.
5. Menafsirkan Alquran dengan pendapat tabii yang tidak valid, seperti
menafsirkan Alquran dengan hadis mursal yang palsu atau sanad hadis
mursal itu daif.
6. Menafsirkan Alquran dengan hadis mursal yang matannya mengenai
Israiliyat, sekalipun hadis mursal itu sesuai dan senada dengan Alquran dan
hadis sahih, selama hadis mursal itu tidak diperkuat oleh sesuatu yang dapat
mengangkat statusnya ke posisi hadis hasan li ghairih.
7. Menafsirkan Alquran dengan salah satu bentuk ashîl al-naqli dari empat
bentuk ashîl al-naqli pertama yang kontradiktif yang kontradiksinya sangat
kontras dan tidak dapat dikompromikan dengan logika positif.
8. Menafsirkan Alquran dengan salah satu bentuk ashîl al-naqli dari tiga bentuk
ashîl al-naqli yang terakhir yang kontradiktif yang kontradiksinya sangat
kontras dan tidak dapat dikompromikan dengan logika, sekalipun logika itu
asumtif.
9. Menafsirkan Alquran dengan salah satu bentuk ashîl al-naqli dari tujuh
bentuk ashîl al-naqli yang kontradiktif yang kontradiksinya sangat kontras
6
dan tidak dapat dikompromikan dengan bentuk ashîl al-naqli yang lebih kuat
darinya.
Bila dalam menafsirkan suatu ayat tidak ditemukan salah satu dari empat
bentuk tafsir bî al-ma´tsûr yang dapat dijadikan sebagai penafsirnya yaitu;
Alquran, hadis sahih, pendapat sahabat dan tabiin yang valid, maka penafsirannya
dilakukan dengan ijtihad (tafsir bî al-ra´yi). Ijtihad dilakukan setelah syaratsyaratnya terpenuhi. Kosakata dan susunan ayat ditafsirkan sesuai dengan makna
literal yang mudah dipahami, selama tidak ada indikator yang mengindikasikan
makna lain. Pengandaian adanya kata yang dibuang tidak dilakukan selama teks
masih logis. Karena mengganggap kalimat sebagai kalimat yang utuh adalah lebih
utama daripada pengandaian adanya bagiannya yang dibuang. Juga tidak
memaknainya dengan makna majazi selama makna hakiki masih mungkin.
Karena mengabaikan makna hakiki yang masih mungkin digunakan berarti
mengabaikan dalil itu sendiri dengan tanpa dasar. Di samping itu klaim adanya
bagian kalimat yang dibuang sedang makna kalimat sudah benar dan logis, atau
memaknai kosakata dengan makna majazi sedang makna hakikinya masih
mungkin digunakan adalah suatu bentuk pengingkaran total terhadap fungsi dan
makna bahasa.
Sebaliknya bila ada indikator yang mengindikasikan ke arah itu, maka
pengandaian adanya kata yang dibuang dan penggunaan makna metaforis dapat
diterima dan dibenarkan. Dalam menafsirkan ayat (Dan datanglah Tuhanmu,
sedang malaikat berbaris-baris) (al-Fajr, 22), ditafsirkan bahwa yang datang
adalah kekuasaan dan perintah-Nya. Dalam menafsirkan ayat (Dan Dia bersama
kamu di mana saja kamu berada) (al-Hadîd, 4), ditafsirkan dengan makna
metaforisnya yaitu ilmu dan kekuasaan-Nya senantiasa meliputi manusia.
Bentuk–bentuk dakhîl al-ra´yi ada 7 (tujuh), yaitu;
1. Dakhîl karena faktor kesalahpahaman akibat kurang terpenuhinya (defisien)
syarat-syarat ijtihad, tetapi penafsirannya didasari oleh niat yang baik.
7
2. Dakhîl karena faktor pemutarbalikan logika dan pengabaian makna literal.
Dakhîl karena faktor ini sering dilakukan oleh kelompok Mu'tazilah dan
sebagian filosof muslim.
3. Dakhîl karena faktor kekakuan dalam penggunaan makna literal dan
pengabaian logika. Dakhîl karena faktor ini sering dilakukan oleh kelompok
Musyabbihah dan Mujassimah.
4. Dakhîl karena faktor pemaksaan dan ekstremitas dalam pengungkapan
makna-makna filosofis yang mendalam. Dakhîl karena faktor ini sering
dilakukan oleh kelompok sufi falsafi.
5. Dakhîl karena faktor pemaksaan dalam menonjolkan kemampuan bahasa dan
deklinasi. Dakhîl karena faktor ini sering dilakukan oleh sebagian ahli
bahasa.
6. Dakhîl faktor pengungkapan aspek-aspek mukjizat Alquran yang diadaadakan dan aneh, khususnya aspek ilmiahnya. Dakhîl karena faktor ini sering
dilakukan oleh sebagian ilmuan yang menguasai ilmu-ilmu kontemporer.
7. Dakhîl karena faktor pengingkaran terhadap ayat-ayat Alquran dan merusak
Islam.
D. DAKHÎL AL-NAQLI DALAM ALQURAN
DEPARTEMEN AGAMA RI EDISI 2004
DAN
TAFSIRNYA
1. Kekeliruan Alquran dan Tafsirnya dalam menafsirkan al-Baqarah ayat 73
adalah menggunakan hadis daif.
2. Kekeliruan Alquran dan Tafsirnya dalam menafsirkan al-Baqarah ayat 115
ialah; Pertama, menggunakan hadis daif. Kedua, menafsirkan tidak sesuai
konteksnya.
3. Kekeliruan Alquran dan Tafsirnya dalam menafsirkan al-Baqarah ayat 186
adalah menggunakan hadis daif.
4. Kekeliruan Alquran dan Tafsirnya dalam menafsirkan al-Baqarah ayat 188
adalah menggunakan hadis daif.
8
5. Kekeliruan Alquran dan Tafsirnya dalam menafsirkan al-Baqarah ayat 221
ialah menjadikan kisah Martsad al-Ghanawi sebagai sebab turunnya ayat
221 surah al-Baqarah.
6. Kekeliruannya yang lain pada ayat yang sama ialah menggunakan hadis
daif.
7. Kekeliruan Alquran dan Tafsirnya dalam menafsirkan al-Baqarah ayat 231
ialah menggunakan hadis daif.
8. Kekeliruan Alquran dan Tafsirnya dalam menafsirkan al-Baqarah ayat 271
adalah manafsirkannya dengan hadis daif.
9. Kekeliruan Alquran dan Tafsirnya dalam menafsirkan Âli `Imrân ayat 185
adalah menggunakan hadis daif.
10. Kekeliruan Alquran dan Tafsirnya dalam menafsirkan al-Nisâ´ ayat 11
adalah menggunakan hadis daif.
11. Kekeliruan Alquran dan Tafsirnya dalam menafsirkan al-Nisâ´ ayat 54
adalah menggunakan hadis daif.
12. Kekeliruan Alquran dan Tafsirnya dalam menafsirkan al-An`âm Ayat 159
adalah menggunakan hadis daif.
13. Kekeliruan Alquran dan Tafsirnya dalam menafsirkan al-A`râf ayat 126
adalah menggunakan hadis daif.
14. Kekeliruan Alquran dan Tafsirnya dalam menafsirkan al-A`râf ayat 206
adalah menggunakan hadis daif.
15. Kekeliruan Alquran dan Tafsirnya adalah manafsirkan al-Anfâl ayat 25
ialah menggunakan hadis hadis daif.
16. Kekeliruan Alquran dan Tafsirnya dalam menafsirkan al-Taubah ayat 18
adalah manafsirkannya dengan hadis palsu.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
sepuluh juz pertama Alquran dan Tafsirnya Departemen Agama RI Edisi
2004 terdapat enam belas dakhîl al-naqli. Perinciannya sebagai berikut;
9
a.
14 (empat belas) tafsir karena menggunakan hadis daif, yaitu pada alBagarah ayat 73, 115, 186, 188, 221, 231, 271, Âli `Imrân ayat 185,
al-Nisâ´ ayat 11, 54, al-An`âm ayat 159, al-A`râf ayat 126, 206, dan
al-Anfâl ayat 25.
b.
1 (satu) tafsir karena menggunakan hadis palsu, yaitu pada al-Taubah
ayat 18.
c.
1 (satu) tafsir karena menggunakan pendapat sahabat yang kontradiksi
dengan hadis sahih, yaitu pada al-Baqarah ayat 221.
2. Saran
Dari penjelasan di atas, penulis menyarankan sebagai berikut:
a.
Agar Alquran dan Tafsirnya Departemen Agama RI Edisi 2004 dapat
diedit ulang dengan memperhatikan teori-teori al-dakhil sehingga
terhindar dari kekeliruan.
b.
Mensosialisasikan dan mengajarkan al-dakhîl sebagai salah satu
disiplin ilmu yang relatif baru kepada mahasiswa UIN, IAIN, STAIN
dan PTAIS di Indonesia. Karena al-dakhîl dalam pengertian suatu
disiplin ilmu yang mandiri dalam rumpun Ulûm al-Qurân baru
disusun secara sistematis dan diajarkan di Al-Azhar Kairo Mesir pada
sekitar tahun delapan puluhan. Pelopornya adalah Prof. Dr. Ibrahim
Abdurrahman Khalifah, dengan karyanya al-Dakhîl Fî al-Tafsîr.
Sampai saat ini –sepanjang pengetahuan penulis- al-dakhîl belum
diajarkan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dua lembaga perguruan tinggi Islam negeri
tertua di Indonesia.
F. DAFTAR PUSTAKA
Âbâdî, Muhammad Syams al-Haq al-`Azhîm, `Aun al-Ma´bûd, Beirut: Dâr alKutub al-`Ilmiyah, 1415 H
`Abdul Baqî, Muhammad Fuad, al-Lu´lu´ wa al-Marjân, Riyad: Maktabah Dâr alSalâm, 1994
10
`Abdul Wahhâb, `Abdullâh ibn Muhammad ibn, Mukhtashar Sîrah al-Rasûl,
Riyad: Maktabah Dâr al-Salâm, 2000
Abu Syahbah, Muhammad ibn Muhammad, al-Isrâiliyât wa al-Maudhû`ât fî
Kutub al-Tafsîr, Kairo: Maktabah al-Sunnah, 1408 H
Abu Zahrah, Muhammad, Ushûl al-Fiqh, Kairo: Dâr al-Fikr al-`Arabi, tth.
Abu Zahw, Muhammad ibn Muhammad, al-Hadîts wa al-Muhaddîtsûn, tt., alMaktabah al-Taufiqiyah, tth.
Al-Albânî, Muhammad Nâshir al-Dîn, Silsilah al-Ahâdîts al-Dha`ifah wa alMaudhû`ah wa Atsaruha al-Sayyi´ fî al-Ummah, Riyadh; Maktabah alMa`ârif, 1988
-------------, Dha`if Sunan Ibnu Majah, Riyadh; Maktabah al-Ma`ârif, 1987
-------------, Dha`if Sunan al-Turmuzi, Riyadh; Maktabah al-Ma`ârif, 1987
-------------, Shahîh Sunan Abî Dâwud, Riyadh; Maktabah al-Ma`ârif, 1988
al-Alûsi, Mahmûd Abu al-Fadhl, Rûh al-Ma`âni, Beirut: Dâr Ihyâ al-Turâts al`Arabi, tth.
Amîn, Ahmad, Fajr al-Islâm, Kairo: Mathba`ah Lajnah al-Ta`lîf wa al-Tarjamah
wa al-Nasyr, 1933
Amin, Muhammad, Kualitas Asbâb al-Nuzûl Dalam Tafsir Al-Azhar, (manuskrip
yang belum diterbitkan) Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007
Anîs, Ibrâhîm, Dr, Dilâlah al-Alfâzh, Kairo: Maktabah al-Anjlo al-Mashriyah,
1980
al-Ashfahâni, al-Râghib, al-Mufradât Fî Gharîb Alqurân, Libanon: Dâr alMa'rifah, tth.
al-`Asqalâni, Ibnu Hajar, Ahmad ibn `Ali, Fath al-Bârî bi Syarh Shahîh alBukhâri, Beirut: Dâr al-Ma`rifah, 1379 H
-------------, Kitâb Tahdzîb al-Tahdzîb, Beirut: Dâr al-Fikr, 1995
-------------, al-Ishâbah fî Tamyîz al-Shahâbah, Beirut: Dâr al-Jail, 1992
-------------, Lisân al-Mîzân, Beirut; Dâr al-Fikr, 1993
al-`Awâri, `Abdullâh al-Syamandi `Abdullâh, Dirasât fî al-Tanbîh `ala mâ fî alTafsîr min al-Dakhîl wa al-Isrâiliyât, Kairo: tp., 1997
11
al-Baidhâwi, `Abdullâh ibn `Umar, Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta´wîl, Beirut:
Dâr al-Fikr, 1996
al-Baihaqi, Ahmad ibn Husein ibn `Ali ibn Musa, Sunan al-Baihaqi al-Kubrâ,
Makkah: Maktabah Dâr al-Bâz, 1994
Bukan Konflik Suni-Syiah, Tabloid Republika Dialog Jumat, Jakarta, 13 April
2007
al-Bukhâri, Abi `Abdillâh Muhammad ibn Isma`îl, Shahîh Bukhâri, Singapura:
Sulaiman Marâ`i, tth.
al-Dârimi, `Abdullah ibn `Abdurrahmân Abu Muhammad, Sunan al-Dârimi,
Beirut: Dâr al-Kitâb al-`Arabi, 1987
al-Dâyah, Fâyez, Dr., `Ilm al-Dilâlah al-`Arabi, Damaskus: Dâr al-Fikr, tth.
Departemen Agama RI, Alquran dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan),
Jakarta: Departemen Agama RI, 2004
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1997
al-Dzahabi, Muhammad Husein, al-Isrâ´iliyât fî al-Tafsîr wa al-Hadîts, Kairo:
Maktabah Wahbah, 1990
------------, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Kairo: Maktabah Wahbah, 1992
Al-Dzahabî, Abî `Abdullâh Muhammad ibn Ahmad ibn `Utsmân, Mizân al-I`tidâl
fî Naqd al-Rijâl, ttp, Dâr al-Fikr, tt.
------------, Siyar A`lâm al-Nubalâ, Beirut: Mu´assasah al-Risâlah, 1413 H
Fâyed, `Abdul Wahhâb `Abdul Wahhâb, al-Ahâdîts al-Maudhû`ah fî al-Tafsîr,
Kairo, tp, 1980
al-Ghalâyaini, Mushthafâ, al-Syeikh, Jâmi` al-Durûs al-`Arabiyah, Beirut: alMaktabah al-`Ashriyah, 1987
Ghalwâs, Mushthafâ, DR, al-Bu`d al-Râbi` fî Nazhariyah al-Ma`rifah, Kairo:
Maktabah al-Azhar, 1985
al-Ghazâli, Abu Hamîd, al-Mustashfâ fî `Ilm al-Ushûl, Beirut: Dâr al-Kutub al`Ilmiyah, 1997
-------------, al-Munqidz min al-Dhalâl, Damaskus, tpn., 1352 H
-------------, al-Iqtishâd fî al-I`tiqâd, Kairo: tpn., 1327 H
al-Haitsami, `Ali ibn Abî Bakr, Majma` al-Zawâ´id, Kairo; Dâr al-Rayyân, 1407H
12
al-Hajjâj, Muslim ibn, al-Imâm, Shahîh Muslim, Kairo: al-Amîriyah, 1325 H
al-Hâkim, Muhammad ibn `Abdullâh, al-Naisâburi, al-Mustadrak `alâ alShahihain, Beirut: Dâr al-Kutub al-`Ilmiyah, 1990
-----------, Kitâb Ma`rifah `Ulûm al-Hadîts, al-Madinah al-Munawwarah; alMaktabah al-`Ilmiyah, 1977
Harun Yahya, Keajaiban Alquran, Pemisahan Langit dan Bumi, Tabloid
Republika, Dialog Jumat, (Jakarta), Jumat, 5 Januari 2007
---------------, Keajaiban Alquran, Lapisan-Lapisan Atmosfer, Tabloid Republika,
Dialog Jumat, (Jakarta), Jumat, 19 Januari 2007
Hasan, Hasan Ibrâhîm, Târîkh al-Islâm, Kairo: Mathba`ah Lajnah al-Ta´lîf, 1958
Huwaidi, Fahmi, Azamah al-Wa`yi
al-Dîni, Yaman; Dâr al-Hikmah al-
Yamâniyah, 1988
Ibnu `Adî, `Abd Allâh, al-Kâmil fî Dhu`afâ´ al-Rijâl, Beirut; Dâr al-Fikr, 1984
Ibnu al-`Arabi, Ibnu Bakr Muhammad ibn ´Abdillah, Ahkâm al-Qur´ân, Beirut:
Dâr al-Fikr, Cetakan I, 1988
Ibnu Hanbal, Ahmad, Musnad al-Imâm Ahmad, Kairo:Dâr al-Ma`ârif, 1980
Ibnu Hazm, `Ali ibn Ahmad ibn Sa`îd al-Zhâhiri, al-Muhhalla, Beirut: Dâr alAfâq al-Jadîdah, tth.
Ibnu Katsîr, Abu al-Fidâ Isma`îl, Tafsîr al-Qurân al-`Azhîm, Kairo: Dâr al-Hadîts,
1988
Ibnu Majah, Abi `Abdillâh ibn Yazîd, Sunan Ibn Mâjah, Beirut; Dâr Ihyâ alKutub al-`Arabiyah, 1987
al-Ifrîqi, Ibnu Manzhûr, Lisân al-`Arab, Beirut: Dâr Shâdir, 1956
Jârullâh, Zuhdi Hasan, al-Mu`tazilah, Kairo: Syirkah Musâhamah Mishriyah,
1947
al-Jauzi, Ibnu, `Abdurrahmân ibn `Ali ibn Muhammad, Zâd al-Masîr fî `Ilm alTafsîr, Beirut: al-Maktab al-Islâmi, 1404 H
Jibrîl, Muhammad Sayyid, Dr., al-Mafhûm al-Islâmi fî al-Harb wa al-Salâm,
Kairo; Dâr al-Bayân, 1983
Khalîfah, Ibrâhîm, al-Dakhîl fî al-Tafsîr, Kairo; Dâr al-Bayân, 1404 H
---------------, Dirasât fî Manâhij al-Mufassirîn, tt, tpn, tth.
13
Khallâf, `Abdul Wahhâb, `Ilm Ushûl al-Fiqh, Kairo: Maktabah al-Da´wah alIslamiyah, tth.
al-Khawâruzmi, Abu Bakr, Rasâ´il al-Khawâruzmi, Kairo: tp., 1894
al-Khurbuthâly, `Ali Husni, al-Rasûl fî al-Madînah, Kairo: al-Majlis al-A`lâ,
1973
Lubis, Ismail, MA, Dr, Falsifikasi Terjemahan
Alquran Departemen Agama
Edisi 1990, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 2001
Malik ibn Anas, al-Imam, al-Muwaththa´, Beirut : Dâr Ihyâ´ al-`Ulûm, 1988
al-Manshûri, Al-Syeikh Mushthafâ al-Khairi al-Hishni al-Manshûri, al-Muqtathaf
Min ´Uyûn al-Tafâsîr, Diedit oleh al-Syeikh Muhammad `Ali al-Shâbûni,
Kairo: Dâr al-Salâm, Cetakan I, 1996
Mansyur, Moh., Studi Kritis Terhadap al-Quran dan Terjemahnya Departeman
Agama Republik Indonesia, Fakultas Pasca Sarjana Institut Agama Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1998
al-Maqdisi, Syamsuddîn, Ahsan al-Taqâsim fî Ma`rifah al-Aqâlim, Leiden, tp.,
1906
al-Mâwardi, Abu al-Hasan `Ali al-Bashri, Adab al-Dunyâ wa al-Dîn, Beirut:
Maktabah al-Hayât, 1987
Menjadi ‘Hired Gun’ di Irak, Republika, (Jakarta), 8 Oktober 2006
Al-Mubârakfûrî, Muhammad ibn `Abdurrahmân ibn `Abdurrahîm, Tuhfah alAhwadzî, Beirut; Dâr al-Kutub al-´Ilmiyah, tth.
Mushthafâ, Ibrâhîm, et al., al-Mu`jam al-Wasîth, Istanbul, Turki: Dâr al-Da´wah,
1990
al-Nasafi, `Abdullâh ibn Ahmad ibn Mahmûd, Madârik al-Tanzîl wa Haqâiq alTa´wîl, Beirut: Dâr al-Kutub al-`Ilmiyah, 1995
Al-Nasâi, Ahmad ibn Syu´aib Abu `Abdurrahmân, Sunan al-Nasâi, Halb; Maktab
al-Mathbû`ât al-Islâmiyah, 1986
Nasution, Harun, Dr. Prof. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta; UI
Press, 1985
al-Nawâwî, Yahyâ ibn Syaraf, Abu Zakariâ, Muhyi al-Dîn, Syarh al-Nawâwî `alâ
Shahîh Muslim, Beirut; Dâr Ihyâ al-Turâts al-`Arabi, 1392 H
14
Nota Kesepahaman Pemerintah RI dan GAM, Kompas, (Jakarta), Selasa, 16
Agustus 2005
Pluto Bukan Lagi Planet, dan ‘Pluto Telah Mati’, Republika, (Jakarta), Sabtu, 26
Agustus 2006
Al-Qâsimi, Muhammad Jamâl a-Dîn, Mahâsin al-Ta´wîl, Beirut: Dâr al-Fikr,
Cetakan III, 1978
Al-Qi`iy, Muhammad `Abdul Mun`îm, Dr., Qânûn al-Fikr al-Islâmiy, Kairo:
Maktabah al-Kulliyât al-Azhariyah al-`Ilmiyah, 1981
Qutb, Sayyid, Fî Zhilâl al-Qurân, Beirut: Dâr al-`Arabiyah, 1992
al-Qurthubi, Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Bakr, al-Jâmi` li Ahkâm al-Qurân,
Kairo: Dâr al-Sya`b, 1372 H
al-Qurthubi, Ibnu Rusyd, Bidâyah al-Mujtahid wa Nihâyah al-Muqtashid, tt., Dâr
al-Fikr, tth.
al-Râzi, Fakhru al-Dîn, Muhammad ibn `Umar ibn al-Husain, Mafâtîh al-Ghaib,
Kairo: Dâr al-Ghad al-`Arabi, 1991
Ridhâ, Muhammad, Muhammad Rasûlullâh, Kairo: Dâr al-Ihyâ, 1973
al-Sa`di, `Abdurrahmân ibn Nâshir, Taisîr al-Karîm al-Rahmân fî Tafsîr Kalâm
al-Mannân, Riyadh: Dâr al-Salâm, 2002
Salomo Simanungkalit, Bahasa dan Tantowi, Kompas, (Jakarta), Sabtu, 14
Agustus 2004
Syâkir, Ahmad Muhammad, al-Bâ`its al-Hatsîts Syarh Ikhtishâr `Ulûm al-Hadîts
li al-Hâfidz Ibn Katsîr, Riyadh, Dâr al-Salâm, 2000
al-Sayûthi, Jalâl al-Dîn `Abdurrahmân, al-Itqân fî `Ulûm al-Qurân, Kairo: Dâr alFikr, tth.
-------------, Tadrîb al-Râwi, Riyadh: Maktabah al-Riyâdh al-Hadîtsah, tth.
-------------, Lubâb al-Nuqûl fî Asbâb al-Nuzûl, Beirut: Dâr Ihyâ´ al-`Ulûm, tt.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbâh, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur´an,
Jakarta: Penerbit Lentera Hati, Cetakan VII, 2006
al-Sibâ`î, Mushthafâ, al-Sunnah wa Makânatuha fî al-Tasyrî` al-Islâmi, Kairo;
Dâr al-Salâm, 1998
al-Sijistâni, Abu Dâud, Sulaimân ibn al-Asy`ats, Sunan Abi Dâud, Beirut: alMaktabah al-`Ashriyah, tth.
15
al-Subki, `Abdul Wahhâb ibn Taqiy al-Dîn, Thabaqât al-Syâfî`iyyah al-Kubrâ,
Kairo: tpn., 1906
Sudjiman, Panuti, dkk., Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah, Jakarta; tp., Cetakan
VIII, 1998
al-Syahrastâni, Muhammad ibn `Abdul Karîm, al-Milal wa al-Nihal, Beirut: Dâr
Sha`b, 1986
al-Sya`râwi, Al-Syeikh Mutawalli, Tafsir al-Sya`râwi (Khawâthir Haul al-Qur´an
al-Karîm), Kairo: Dâr Akhbâr al-Yaum, 1991
al-Syâthibi, Abu Ishâq, al-Muwâfaqât fî Ushûl al-Syarî`ah, Beirut: Dâr alMa`rifah, tth.
al-Syaukâni, Muhammad ibn `Ali ibn Muhammad, Fath al-Qadîr, Beirut: Dâr alFikr, tth.
al-Thabari, Abu Ja`far Muhammad, Jâmi` al-Bayân fî Tafsîr al-Qurân, Kairo:
Mushthafâ al-Bâbi al- Halâbi, 1954
Tim IAIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi,
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta; PT. Hikmat Syahid Indah,
Cetakan Ketiga, 1994
al-Turmuzi, Muhammad ibn `Isa Abu `Isa al-Turmuzi al-Salmi, Sunan alTurmuzi, Beirut: Dâr Ihyâ al-Turâts al-`Arabi, tth.
Al-Wâhidî, Abi al-Hasan `Ali ibn Ahmad, Asbâb al-Nuzûl, Beirut; Dâr al-Fikr,
2005
Wehr, Hans, A Dictionary of Modern Written Aarabic, Beirut: Maktabah Lubnan,
1974
al-Zarkâsyi, Muhammad ibn Abdillâh, al-Burhân fî `Ulûm al-Qurân, Beirut: Dâr
al-Ma`rifah, 1391 H
al-Zarqâni, Muhammad `Abdul `Azhîm, Manâhil al-`Irfân fî `Ulûm al-Qurân,
Kairo: Mathba`ah Dâr Ihyâ al-Kutub al-`Arabiyah, 1980
al-Zuhaili, Wahbah, al-Tafsîr al-Munîr fi al-`Aqîdah wa al-Syarî`ah wa alManhaj, Damaskus: Dâr al-Fikr, 1991
16