Download BEHAVIORISlME - WordPress.com

Survey
yes no Was this document useful for you?
   Thank you for your participation!

* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project

Document related concepts
no text concepts found
Transcript
Hakikat behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan
didalam psikologi pendidikan yang didasari
keyakinan bahwa anak dapat dibentuk sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh orang yang
membentuknya. (Martini Jumaris 2012)
lingkungan
Objek
Pilot
Pendidkan
Pelukis
Pelukis
presiden
Ustadz
perawat
Pelukis
Arsitek
pramugari
pengacara
TEORI TEORI BEHAVIORISME
Menurut Martiini Jumarnis Teori Behaviorisme
diklasifikasikan kedalam dua bagian:
Classical
Conditioning
Operant
Conditioning
Tokoh-tokoh Behaviorisme
menurut Classical Conditioning
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
• Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan
klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui
percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli
dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat
secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi
yang diinginkan.
3 tahapan percobaan yang dilakukan oleh Pavlov
Sebelum pengkondisian
Selama pengkondisian
Setelah pengkondisian
Hasil penemuan Pavlov melalui penelitiannya, yaitu classical
conditioning merupakan penemuan penting didalam sejarah
perkembangan psikologi karena temuan tersebut meletakan
dasar-dasar behavioral psykology. Prinsip-prinsip yang terdapat
dalam classical conditioning masih tetap diterapkan dalam
berbagai modifikasi perilaku diberbagai bidang, seperti bidang
pendidikan, terapi medis, terapi terhadap pobia, anxiatiy, dan
panik yang berlebihan
Penerapan classical conditioning merupakan
metode terapi dalam merubah perilaku yang
bersifat maladaptif dan mengubahnya
menjadi perilaku yang adaptif misalnya rasa
takut terhadap pelajaran matematika di ubah
menjadi rasa senang dengan pelajaran
matematika.
John B. Watson (1878-1958)
Bapak Behaviorisme
 Stimulus → Respons
 Menolak adanya pengaruh naluri (instinct).
 Makan → lapar
 Kegiatan makan bukan karena naluri tetapi
karena adanya stimulus dan respon.
Watson mengadakan eksperimen terhadap
Albert, seorang bayi berumur sebelas bulan.
Albert adalah seorang bayi yang gembira dan
tidak takut bahkan senag bermain-main dengan tikus
putih berbulu halus. Dalam ekperimennya watson
memulai proses pembiasaannya dengan cara memukul
sebatang besi dengan sebuah palu setiap kali Albert
mendekati dan ingin memegang tikus putih itu.
Akibatnya, tidak lama kemudian Albert menjadi takut
terhadap tikus putih juga kelinci putih. Bahkan terhadap
semua benda putih, termasuk jaket dan topeng
Sinterklas yang berjenggot putih.


Teori Pembiasaan atau yang terkenal
dengan teori Trial and Error
Pembelajaran merupakan rangkaian panjang
dari respons-respons yang dibiasakan.
Percobaan Thorndike yang terkenal dengan binatang coba kucing yang
telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan
pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di
dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori
“trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu
terjadi
dengan
melaksanakan
cara
mencoba-coba
coba-coba
ini,
dan
kucing
membuat
tersebut
salah.
Dalam
cenderung
untuk
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap
response menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini
akan menimbulkan response lagi, demikian selanjutnya, sehingga dapat
digambarkan sebagai berikut:
S
R
S1
R1
dst
Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukumhukum belajar sebagai berikut :
1. Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu
organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka
pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan
individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
2. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah
laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin
kuat.
3. Hukum akibat(law of effect), yaitu hubungan stimulus respon
cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan
Contoh :
ketika sedang belajar bersepeda atau belajar
bahasa seperti pengucapan kata-kata yang
sulit. Kegagalan diulang terus-menerus lamakelamaan akan berhasil
Operant
Conditioning
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai
tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi
langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui
proses operant conditioning. Di mana seorang dapat
mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian
reinforcement (penguatan) yang bijaksana dalam
lingkungan
relatif
besar.
Dalam
beberapa
hal,
pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning
klasik.
Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar
dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui
pengulangan dan latihan.
Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa
usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan
proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada
perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan
apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant
Conditioning adalah suatu proses perilaku operant
( penguatan positif atau negatif) yang dapat
mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang
kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Penerapan Behaviorisme dalam Pendidikan
dan Pembelajaran
1. Modifikasi Perilaku
2. Pembelajaran berbasih Behaviaviorisme
3. Pembelajaran berdasarkan sistem
4. Pembelajaran terprogram
1. Modifikasi perilaku
Modifikasi atau perubahan perilaku atau behavior modivication sering disebut
istilah b mood adalah teknik terapi yang dikembangkan berdasarkan hasi
penelitian skinner “ Operant Conditioning”.
Teknik ini dilakukan dengan cara mengatur penerapan reinforcement untuk
menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Metode ini telah digunakan
dalam mengatasi berbagai masalaha psikologi, seperti masalah
ketergantungan pada obat, neurosest, pemalu, autism, bahkan
escehizoporemia atau perilaku yang kurang tepat yang diperlihatkan anak
dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh sebab itu, modifikasi
lebih efektif digunakan untuk anak-anak.
Modifikasi perilaku dilakukan berdasarkan
perencanaan yang dikembangkan secara sistematis
dan terdiri atas beberapa langkah berikut:
 Menetapkan tujuan perubahan perilaku
 Menetapkan rienforcement yang sesuai
 Menetapkan prosedur perubahan perilaku
 Melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan dan
mencatat hasi penerapan prosedur.
 Melakukan evaluasi dan revisi
Modifikasi perilaku
Memperkuat perilaku
Melemahkan perilaku
Positive reinforcement
Negative
reinforcement
Andi tidak lagi ribut
setelah gurunya
memberik pujian
pada waktu ia duduk
dan belajar dengan
tenang.
Guru mendudukan
siswa di bangu
depan untuk
mengurangi
kebiasaan ribut dan
mengobrol pada
waktu belajar.
2. Pembelajarn berbasis behaviorisme
Penerapan teaori behaviorisme didalam pembelajaran dimulai
dengan melakukan
analisis kebutuhan siswa kemudian
dilanjutkan
denganmenetapkan
tujuan
pendidikan
atau
pembelajaran dalam pendektana behaviorisme. Hala ini disebut
dengan behavioral autsism.
Penerapan behaviorisme dalam dunia pendidikan dapat tercermin
adri perumudsan tujuan pembelajarn, penerapan mesin belajar
atau teaching mechine yang dapat juga di sebut dengan istilah
pembelajar programed instruction, pembelajaran individual atau
individulized intructional, pembelajarn dengan bantuan komputer
atau computer-assisted learning dan pendekatan sistem.
Tujuan pembelajarn menurut behaviorisme adalah behavioral learning
ourcome dinyatakan secara spesifik berikut ini:
 A- Audience adalah siswa
 B Behavior perilaku atau kompetensi yang perlu ditampilkan setelah
proses belajar dilakukan, seperti” menjawab dengan benar”.
 C, Condition- setelah menyelesaikan unit pembelajaran yang di
evaluasi diakhir proses pembelajaran
 D. Degree, yaitu pencapaian hasil belajar, misalnya 90 %
Integrasi dari kempat faktor tersebut maka dirumuskan tunjuan
pembelajaran sebagai berikut:
“siswa kelas tiga SD dapat jenjawab dengan benar soal-soal yang
berkaitan dengan operasi bilangan setelah memperlajari materi yang
membahas operasi bilangan dengan tingkat pencapaian hasil belajar
90%.
3. Pembelajaran berdasarkan sistem
Pendekatan sistem didalam pembelajaran dapat
digambarkan melaui diagram berikut ini.
Analisis
Kebutuhan
Penetapan proses
pembelajaran
Sarana/prasarana
pembelajaran
Penetapan tujuan
umum kompetensi
Penetapkan tujuan
khusus
Pengembangan
evaluasi
pembelajaran
Metode
pembelajaran
Tenaga pengajar
Pengembangan
materi
pembelajaran
Tempat dan waktu
pembelajaran
Umpan balik
Evaluasi
pembelajaran
4. Pembelajaran terprogram
Pembelajaran terprogram merupakan serangkaian kegiatan
pembelajaran yang diprogram secara khusus dengan tujuan
agar peserta didik dapat membelajarkan dirinya sendiri.
Prinsip-prinsip yang selalu diperhatikan dalam mengembangkan
pembelajaran terprogram adalah sebagai berikut:
 Metetapkan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik
setelah proses pembelajaran yang dilaksanakan
 Merumuskan kompetensi yang perlu dikuasai peserta didik dalam
rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
 Memecahkan kompetensi yang perlu dikuasai menjadi kompetensi
terbatas dan spesifik
 Mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai dengan pencapaian
tujuan yang akan dicapai
 Meberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sesuai dengan tingkat kemampuannya.
 Membrikan umpan balik secepatnya agar peserta didik mengetahui
apakah respon yang diberikannya adaah benar atau salah.
Kritik terhadap Behaviorisme
 Behaviorisme menggunakan pendekatan satu arah dan tidak
memperhatikan faktor-faktor internal seperti kecerdasan dan
suasana hati dan perasaan manusia
 Manusia dan hewan mampu melakukan penyesuaian perilaku untuk
merespon lingkunganny a, walaupun pola perilaku sebelumnya
telah terbentuk.
Kekuatan dan Kelemahan
Behaviorisme
 Melakukan penelitian berdasarkan hal yang nampak atau observeble
behaviors, oleh sebab itu mempermudah proses penelitian karena
prilaku dapat dikuantifikasikan.
 Teknik terapai perilaku yang efektif secara intensif menggunakan
intervensi berbasis behaviorisme . Pendekatan ini sangat bermanfaat
dalam mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif, dan
dapat diterapkan paad anak dan orang dewasa.
 Behaviorisme sangat dikenal dengan pandangannya bahwa pembelajar
adalah individu yang pasif yang bertugas hanya memberi respon
kepada stimulus yang diberikan. Pembentukan perilaku sangat
ditentukan oleh penerapan reinforcement atau punishment. Oleh
karena itu belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku.
 Behavioris menjeneralisir hasil eksperimen terhadap
hewan kepada manusia. Oleh sebab itu generalisasi
tersebut kurang berhasil apabila diterapkan kepada
orang dewasa.