Download Hubungan Lama Paparan Bising dengan Kejadian Kurang

Survey
yes no Was this document useful for you?
   Thank you for your participation!

* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project

Document related concepts
no text concepts found
Transcript
Artikel Penelitian
Hubungan Lama Paparan Bising
dengan Kejadian Kurang Pendengaran
pada Musisi
Muyassaroh, Halim Habibi
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang
Abstrak: Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) adalah hilangnya sebagian atau seluruh
pendengaran seseorang yang bersifat menetap, mengenai satu atau dua telinga yang disebabkan
oleh paparan bising terus menerus di lingkungan sekitarnya. GPAB tidak hanya terjadi pada
pekerja industri namun dapat terjadi pada musisi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan antara lama paparan bising terhadap kejadian kurang pendengaran pada musisi.
Desain cross-sectional dengan consecutive sampling, menggunakan musisi sebagai sampel
penelitian. Empat puluh tujuh musisi yang memenuhi kriteria inklusi. Pemeriksaan fisik telinga
dengan otoskopi, pemeriksaan pendengaran dengan audiometri nada murni. Intensitas bising
diukur dengan sound level meter. Data dideskripsikan dalam bentuk tabel, dilakukan uji Chisquare untuk rasio prevalensi. Kejadian GPAB akibat bising pada musisi sebanyak 10,6% Uji
Chi-square didapatkan lama paparan berhubungan dengan kejadian GPAB (p=0,051;
RR=8,923; CI 95%=0,906-87,840). Ditemukan adanya kecenderungan pada musisi yang telah
terpapar bising >5 tahun.
Kata kunci: GPAB, musisi, lama paparan
200
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 5, Mei 2011
Hubungan Lama Paparan Bising dengan Kejadian Kurang Pendengaran
Association Between Duration of Noise Exposure with
Noise Induced Hearing Loss in Musician
Muyassaroh, Halim Habibi
ENT Departement Medical Fakulty Diponegoro University, Semarang
Abstract: Noise induced hearing loss (NIHL) is irreversible sensorineural hearing loss, affect one
or two ears because of exposure to excessive levels of noise in environment. Prevalence of NIHL
not only occur in industrial worker but also in musician. This study was aimed to elucidate the
association between duration of noise exposure with noise induced hearing loss in musician. This
was a cross-sectional study with consecutive sampling using musician as a sample. Forty seven
musicians fulfilled inclusion criterias. Ear examination with otoskop, hearing examination with
pure tone audiometry and noise intensity measure by sound level meter. Data will be described on
table, tested with chi-square. For prevalence ratio. The prevalence NIHL on musician was
10.6%. Fisher test between duration of noise exposure with noise induced hearing loss p=0.051;
RR=8.923; CI95%=0.906-87.840. We found a tendency of NIHL in musicians working in noisy
environment for >5 yrs
Keyword: noise-induced hearing loss, musician, duration of noise exposure
Pendahuluan
Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) atau
noice induce hearing loss (NIHL) adalah gangguan
pendengaran akibat terpajan bising yang cukup keras dalam
jangka waktu cukup lama dan biasanya diakibatkan bising
lingkungan kerja.1-3 Paparan bising dapat pula timbul dari
aktivitas rekreasi seperti konser musik, arena hiburan, dan
tempat hiburan malam.1
GPAB dapat terjadi pada semua musisi.4,5 Intensitas
bising yang dihasilkan dari amplifier band pop/rock mencapai
120-130 dB, pertunjukan orkestra 83-112 dB, dan jenis musik
jazz, blues, country sebesar 80-101dB. Musisi biasa berlatih
atau show empat hingga delapan jam perhari dengan
intensitas lebih dari 85 dB.6
GPAB pada musisi sering bersifat asimetris, mungkin
berkaitan dengan letak instrumen yang digunakan. Sebagai
contoh pemain drum lebih cenderung mengalami gangguan
telinga kiri karena berdekatan dengan high-hat cymbal.6
Axelsson et al.5 mendapatkan kejadian NIHL pada
musisi sebanyak 15%5 Phillips et al. mendapatkan 45%.4
Kejadian GPAB bersifat irreversibel namun dapat
dicegah dengan edukasi dan pemeriksaan audiometri secara
berkala.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan
lama paparan bising dengan kejadian GPAB pada musisi.
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penyuluhan
khususnya terhadap pemain musik sehingga dapat dilakukan
penanganan secara dini dan pencegahan terhadap kerusakan
yang lebih berat.
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 5, Mei 2011
Metode
Penelitian potong lintang pada musisi yang berlatih di
studio musik Javanoa Semarang. Variabel bebas adalah lama
paparan bising yang dikategorikan menjadi lebih dari dan
kurang dari lima tahun. Variabel tergantung yaitu, ada
tidaknya kejadian GPAB dari gambaran audiogram frekuensi
2-8 kHz, dan didapatkan takik pada frekuensi 4 kHz.
Kriteria inklusi: subjek berusia 20-35 tahun dan berlatih
rutin minimal 1 kali dalam satu minggu. Kriteria eksklusi:
adanya riwayat konsumsi obat ototoksik, riwayat ketulian
dalam keluarga, riwayat otorre, perforasi membran timpani,
dan riwayat kurang pendengaran sebelum bermusik dieksklusikan. Besar sampel estimasi suatu populasi didapatkan
44 sampel. Intensitas bising diukur di ruang studio musik
dengan sound level meter. Pemeriksaaan audiometri minimal
14 jam bebas bising kemudian dilakukan anamnesis, dan
pemeriksaan fisik THT.
Analisis data meliputi analisis deskriptif dan uji hipotesis
x2. Batas kemaknaan p<0,05. Pengaruh faktor risiko terhadap
kejadian GPAB dianalisis dengan analisis bivariat, dengan
uji chi-square. Variabe yang dinyatakan sebagai faktor risiko
bila RR >1 dengan interval kepercayaan 95%.
Hasil
Sebanyak 47 subjek didapatkan dalam penelitian ini, dan
5 orang di antaranya menderita GPAB (10,6%). Usia termuda
20 tahun dan tertua 35 tahun dengan rata-rata usia 24,4 dan
SD±4,42. laki-laki 42 (89,4%) dan perempuan 5(10,6%).
Kejadian GPAB semua ditemukan pada laki-laki.
201
Hubungan Lama Paparan Bising dengan Kejadian Kurang Pendengaran
Tabel 1. Distribusi Personil Band dengan Hasil Audiometri
Personil Band
Hasil Audiometri
GPAB
Normal
Total
Drum (102,4-110,7 dBA)
Gitar (96,9-105,8 dBA)
Vokal (95-102,7 dBA)
Bass (94,5-103 dBA)
Keyboard (93,4-103,4 dBA)
2
2
1
0
0
(4,3%)
(4,3%)
(2,1%)
(0%)
(0%)
8 (17,0%)
13 (27,7%)
8 (17,0%)
9 (19,1%)
4 (8,5%)
10 (21,3%)
15 (31,9%)
9 (19,1%)
9 (19,1%)
4 (8,5%)
Total
5 (10,6%)
42 (89,4%)
47 (100%)
Distribusi personil band didapatkan pemain drum
10(21,3%), pemain gitar 15(31,9%), pemain keyboard 4(8,5%),
vokal 9(9%), pemain bass 9(9%). Kejadian GPAB pada pemain
drum 2(4,3%), pada pemain gitar 2(4,3%), pemain vocal
1(2,1%). Tidak didapatkan GPAB pada pemain bass dan
keybord.
Tabel 2. Hubungan Lama Paparan Bermusik dengan Hasil
Audiometri
Lama Paparan
(tahun)
Hasil Audiometri
GPAB
Normal
Total
>5
<5
4 (8,5%)
1 (2,1%)
13 (27,7%)
29 (61,7%)
17 (36,2%)
30 (63,8%)
Total
5 (10,6%)
42 (89,6%)
47 (100%)
p=0,051; RR=8,923; CI 95% = 0,906-87,84.
Tabel 2 menunjukkan GPAB terjadi pada 4 musisi (80%)
bermusik lebih dari lima tahun dan 1(20%) telah bermusik
kurang dari lima tahun. Sepuluh pemain drum didapatkan 2
(4,3%) mengalami GPAB diantaranya telah bermusik lebih
dari lima tahun dan kurang dari lima tahun. Dengan uji fisher
tidak didapatkan ada perbedaan insiden terjadinya GPAB
antara musisi dengan paparan bahwa >5 tahun dan <5 tahun
walau demikian terdapat kecenderungan bahwa terjadi GPAB
lebih banyak dialami oleh musisi yang telah terpapar bising
>5 tahun.
Tabel 3. Kejadian NIHL Pada Pemain Drum dan Nondrum
Intensitas Bising
Hasil Audiometri
GPAB
Normal
Total
Drum
Nondrum
2 (4,3%)
3 (6,4%)
8 (17%)
34 (72,3%)
10 (21,3%)
37 (78,7%)
Total
5 (10,6%)
42 ( 89,6%) 47 (100%)
x2=1,17; df=1; p=0,285; CI 95% = 0,475-12,808
Intensitas bising pada permainan drum rata-rata 102,4110,7 dBA, hasil ini lebih tinggi dibandingkan lainnya. Namun
secara uji statistik, tidak didapatkan perbedaan insiden GPAB
antara pemain drum dan nondrum.
202
Diskusi
GPAB adalah hilangnya sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat menetap, mengenai satu
atau dua telinga yang disebabkan oleh paparan bising terus
menerus di lingkungan sekitarnya. Bising yang dihasilkan
tidak terbatas di lingkungan kerja saja namun dapat timbul
dari aktivitas rekreasi seperti konser musik, arena hiburan
mainan anak dan tempat hiburan malam.1
Penelitian mengenai kurang pendengaran akibat bising
suara musik sudah banyak diteliti khususnya pada musisi
rock and roll. Mereka terpapar bising dengan intensitas diatas
85 dB dengan durasi latihan rata-rata dua sampai empat jam
yang memiliki risiko merusak pendengaran khususnya telinga
dalam7 sedangkan di Indonesia khususnya di Semarang belum
pernah dilaporkan angka kejadian maupun hubungan lama
paparan dengan kejadian GPAB.
Faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kurang
pendengaran akibat bising adalah intensitas, lama paparan,
kerentanan individu, jarak dari sumber bunyi dan tipe bising
yang dihasilkan instrumen.2
Pada penelitian ini didapatkan 5(10,6%) mengalami GPAB
(Tabel 3). Angka ini tidak jauh beda dengan penelitian
Axelsson et al.5 (1995) yang mendapatkan 13% dari 83 musisi
pop/rock memiliki ambang batas pendengaran di atas 20 dB
pada frekuensi empat, enam, dan delapan kHz.5
Stenklev et al. (2007) mendapatkan sebanyak 20% musisi
rock mengalami kurang pendengaran permanen. Ostri et al
(1989) mendapatkan 58% dari 95 musisi klasik Royal Danish
Teater memiliki ambang pendengaran yang berkurang / lebih
dari 20 dB pada frekuensi tiga hingga enam kHz.dikutip dari 4
Melalui uji statistik, tidak didapatkan hubungan lama
paparan atau aktivitas bermusik terhadap kejadian GPAB (p=
0.051) namun terdapat kecenderungan bahwa musisi dengan
paparan bising >5 tahun lebih sering terkena GPAB. Lama
paparan bising 5 tahun mempunyai risiko terjadi GPAB 7,05
kali dibanding lama paparan bising kurang dari 5 tahun.
Kejadian GPAB pada umumnya terjadi setelah terpapar
bising lebih dari lima tahun. GPAB dapat terjadi lebih awal
kemungkinan disebabkan berbagai macam faktor antara lain,
kerentanan subjek terhadap bising, tipe bising yang dihasilkan
instrumen, jenis instrumen yang dimainkan, dan jarak telinga
dari sumber bunyi.2
Penelitian ini mendapatkan hanya satu musisi pemain
drum (2,1%) dengan lama aktivitas kurang dari lima tahun
mengalami GPAB. Hal ini kemungkinan dipengaruhi kerentanan seseorang terhadap bising.
Lima musisi mengalami GPAB, dua diantaranya pemain
drum, dua pemain gitar, dan satu vokal (tabel 1). Intensitas
tertinggi terdapat pada pemain drum (102,4-110,7 dBA),
intensitas pada amplifier gitar (96,9-105,8 dBA dan pada vokal
(95-102,7 dBA). satu pemain drum mengalami GPAB pada
telinga kiri dan satu pemain drum lainya pada telinga kiri dan
kanan. Pemain drum cenderung mengalami GPAB pada telinga
kiri, dikarenakan high-hat cymbal yang memiliki intensitas
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 5, Mei 2011
Hubungan Lama Paparan Bising dengan Kejadian Kurang Pendengaran
paling tinggi dibandingkan bagian drum lainnya.7
Tipe bising yang dihasilkan drum termasuk bising yang
impulsive, lebih bersifat destruktif dibandingkan jenis bising
yang lain dan jarak telinga pemain drum terhadap high-hat
cymbal sangat dekat (kurang dari satu meter).7 Dua pemain
gitar mengalami GPAB bilateral dengan lama bermusik lebih
dari lima tahun dan satu orang vokal mengalami GPAB pada
telinga kiri dengan lama bermusik lebih dari lima tahun. Hal
ini disebabkan karena pemain gitar dan vokal berlatih bersama
dengan pemain drum dalam satu ruangan studio sehingga
intensitasnya lebih tinggi dibandingkan bila mereka berlatih
sendiri-sendiri. Secara uji statistik, tidak didapatkan perbedaan antara pemain drum dan nondrum (p>0,05).
Kesimpulan dan Saran
Kejadian GPAB pada musisi sebanyak 10,6%. Ditemukan
adanya kecenderungan terjadi GPAB pada musisi yang telah
terpapar bising >5 tahun dibandingkan dengan paparan <5
tahun. Disarankan pemakaian pelindung telinga pada saat
latihan atau show musik untuk pencegahan terjadinya GPAB
dan pemeriksaan audiometri berkala agar dapat terdeteksi
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 5, Mei 2011
lebih dini apabila terjadi GPAB.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Thais CM. Hearing disorder. In : Barry S, David H, Sherry L,
Rosemarry K, editors. Occupational and environmental health
recognizing and preventing disease and injury. Philadelphia:
Lippincot Williams & Wilkins; 2006.p.588-9.
Meyer S F. Pemaparan bising industri dan kurang pendengaran.
In: Ballenger JJ, editor. Penyakit telinga hidung tenggorok, kepala
dan leher. Ed 13. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997.p.305-31.
Bashiruddin J, Soetirto I. Gangguan pendengaran akibat bising
(noise induced hearing loss). Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi
VI. Jakarta: FKUI. 2007.p.49-51.
Phillips SL, Henrich VC, Mace ST. Prevalence of noise-induced
hearing loss in student musicians. Int J Audiol. 2010;49(4):30916.
Axelsson A, Eliasson A, Israelsson B. Hearing in pop/rock musicians: a follow-up study. Ear Hear. 1995;16(3):245-53.
Chasin M. Musician and the prevention of hearing loss: An Introduction 2008. Audiologi online. Available via the Articles Archive
on http://www.Audiologyonline.com
Ostri B, Eller N, Dahlin E, Skylv G. Hearing impairment in orchestral musicians. Scand Audiol. 1989;18(4):243-9.
YY
203