Download Minister, ambassador launch Coral Reef and Climate

Survey
yes no Was this document useful for you?
   Thank you for your participation!

* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project

Document related concepts
no text concepts found
Transcript
Minister, ambassador launch Coral Reef and Climate Change Guide
The Jakarta Post, Jakarta | Fri, 05/20/2011 4:13 PM | National
Maritime Affairs and Fisheries Minister Fadel Muhammad and Australian Ambassador to Indonesia Greg
Moriarty on Friday launched the Indonesian version of the University of Queensland‟s publication Coral Reefs
and Climate Change: A Guide for Education and Awareness.
Fadel, working in collaboration with the University of Queensland, had arranged for the book to be translated
into Indonesian.
“Australia is widely recognized for its world-class research in environmental sciences. We are pleased that
through this book we will be able to contribute and work together in conserving the beautiful reefs of
Indonesia,” Moriarty said in a release received by The Jakarta Post on Friday.
The book aims to increase awareness of coral reef science and preservation. It includes recent scientific research
with informative images and covers topics including oceanography, coral reef biology and the implications of
climate change.
It provides practical tools and recommendations to chart and measure the health of coral reefs and a program to
encourage public involvement in reef conservation.
The original publication was launched in Australia in November 2009 and was produced and published by the
Coral Watch Foundation at the University of Queensland.
http://www.thejakartapost.com/news/2011/05/20/minister-ambassador-launch-coral-reef-andclimate-change-guide.html
Inspirasi Para Pemuda Peduli Laut
JAKARTA-Menteri Kelautan dan Perikanan
Fadel Muhammad mengharapkan,
peluncurkan buku Terumbu Karang dan
Perubahan Iklim serta Karbon Biru bisa
menginspirasi anak-anak muda untuk peduli
laut. ‟‟Buku ini juga bisa masuk ke kampuskampus, menjadi isnpirasi bagi para
mahasiswa untuk menciptakan buku yang
berhubungan dengan perubahan iklim,
karena sangat minim penulis-penulis di
negeri kita ini,‟‟ ungkap Fadel usai
peluncuran dua buku bersama Menteri
Lingkungan Hidup Gusti M. Hatta, Asisten
Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim Agus Purnomo, dan Duta Besar Australia untuk Indonesia HE Mr Greg
Moriarty di Gedung Mina Bahari III, Jakarta, Jumat (20/5).
Buku Terumbu Karang dan Perubahan Iklim bukan hanya sebuah buku informasi tentang terumbu karang dan
perubahan iklim. Isinya merupakan pesan kepada masyarakat untuk melindungi sumber daya alam untuk masa
depan. Terumbu karang telah digunakan sebagai contoh ekosistem yang sedang mengalami ancaman. ‟‟Kami
berharap buku ini bisa membantu masyarakat Indonesia, bagimana pentingnya kita bisa sama-sama merawat
laut dan mengantisipasi peribahan iklim,‟‟ Justin Mashall, salah seorang penulis buku tersebut. Buku yang
diterjemahkan dari judul aslinya “Coral Reefs and Climate Change” memberikan contoh kontribusi masyarakat
serta solusi untuk mengurangi dampak perubahan iklim baik dalam skala kecil maupun besar. Sedangkan buku
Karbon Biru yang judul aslinya “Blue Carbon”, menjelaskan betapa pentingnya dimensi laut dalam menangkap
karbon.
Buku itu menjabarkan bagaimana karbon ditangkap oleh pantai-pantai dan lautan di dunia. Sebagian besar
karbon tersebut disimpan di ekosistem mangrove, padang lamun, dan rawarawa berair asin, yang dikenal
sebagai vegetasi pantai. Karbon biru memainkan peranan penting dalam mengurangi CO2 dari atmosfer oleh
molekul karbon yang mengikat bagi proses metabolisme. Molekul karbon akan disimpan dalam sedimen dengan
jangka waktu yang sangat lama. (nel)
http://www.indopos.co.id/index.php/nasional/34-berita-nasional/12014-inspirasi-para-pemudapeduli-laut.html
http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1305890401/buku-perubahan-iklim
Siaran Media
20 Mei 2011
Menteri Kelautan dan Perikanan RI dan Dubes Australia Luncurkan
Panduan Terumbu Karang dan Perubahan Iklim
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty bersama Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Fadel
Muhammad, hari ini meluncurkan buku versi Indonesia berjudul ‘Terumbu Karang dan Perubahan Iklim:
Panduan Pendidikan dan Kesadaran’ atau ‘Coral Reef and Climate Change: The Guide for Education and
Awareness’ yang diterbitkan oleh Universitas Queensland, di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Fadel Muhammad, bekerja sama dengan Universitas Queensland mengatur
penerjemahan buku tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
“Penelitian kelas dunia Australia dalam ilmu-ilmu lingkungan hidup diakui secara luas. Kami gembira bahwa
melalui buku ini, kami akan mampu memberi sumbangsih dan bekerja sama dalam pelestarian terumbu karang
Indonesia yang indah,” ujar Dubes Moriarty.
Buku ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ilmu dan pelestarian terumbu karang. Hal ini mencakup
penelitian ilmiah mutakhir dengan foto-foto yang informatif yang mencakup topik-topik termasuk oseanografi,
biologi terumbu karang dan dampak perubahan iklim.
Buku ini memberi alat dan rekomendasi yang praktis untuk merencanakan dan mengukur kesehatan terumbu
karang dan program untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam pelestarian terumbu karang.
Buku ini diterbitkan pertama kali di Australia pada November 2009. Buku ini diproduksi dan diterbitkan oleh
CoralWatch Foundation di Universitas Queensland.
Pertanyaan Pers:
Ray Marcelo (Atase Pers) tel. (021) 2550 5290 hp. 0811 187 3175
http://www.indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/SM11_046.html
Minggu, 22 Mei 2011 14:37
Australia Peduli Kerusakan Terumbu Karang Indonesia
Jakarta, PAB Online
Kerusakan sejumlah terumbu karang di kawasan laut Indonesia mendapat perhatian para ilmuwan dan peneliti
dari Australia. Kurang pedulinya masyarakat terhadap terumbu karang akan berdampak cukup luas terhadap
sumber daya ikan dan biota laut lainnya. Bahkan, kerusakan terumbu karang di Indonesia lambat laut akan
berdampak terhadap kelestarian terumbu karang di kawasan laut Australia.
Sehingga bukan hal yang mengada-ada kalau Australia sangat peduli terhadap kerusakan terumbu karang di
Indonesia. Selain melakukan kerjasama dalam berbagai bentuk penelitian, para peneliti dan ilmuwan Australia
juga menerbitkan sejumlah buku yang bisa dimanfaatkan acuan untuk pelestarian terumbu karang.
Menteri Kelautan dan Perikanan Dr Fadel Muhammad, Menteri Lingkungan Hidup Dr Gusti Mohammad Hatta,
bersama dengan Asisten Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim Agus Purnomo, dan Duta Besar Australia
untuk Indonesia HE Mr Greg Moriarty secara resmi meluncurkan dua buku bertema lingkungan. Kedua buku itu
adalah, “Terumbu Karang dan Perubahan Iklim" atau Coral Reefs and Climate Change, dan, "Karbon Biru" atau
Blue Carbon, di Jakarta, belum lam ini.
“Terumbu karang ini sifatnya berhubungan. Kalau terumbu karang yang di atasa rusak, maka yang di bawah
lambat laun akan rusak juga. Begitu juga, kalau banyak terumbu karang di Indonesia rusak, maka akan
berdampak terhadap deretan terumbu karang di Australia,” kata Fadel Muhammad.
Menurut Fadel, kedua buku ini bisa dijadian panduan untuk melestarikan terumbu krang di Indonesia. Memang,
buku ini ditujukan untuk kalangan perguruan tinggi (PT) dan nantinya bisa disosialisasikan ke masyarakat.
Buku Terumbu Karang dan Perubahan Iklim bukan hanya sebuah buku informasi tentang terumbu karang dan
perubahan iklim, tetapi juga sebuah pesan kepada masyarakat untuk melindungi sumber daya alam untuk masa
depan.Buku ini berisi grafik kesehatan karang sederhana yang dikembangkan oleh University of Queensland.
Pada bab terakhir dari buku "Kekuatan Kami" atau Power of Us menjabarkan bagaimana setiap orang dapat
melakukan kontribusi untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Yang pasti, buku ini bisa digunakan untuk pendidikan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Di dalam buku
tersebut ada petunjuk atau bagan kesehatan karang yang dikembangkan oleh CoralWatch, sehingga siswa dapat
mengukur sendiri kesehatan dari setiap karang dan berbagi informasi.
Sementara itu, dalam buku Karbon Biru menjelaskan betapa pentingnya dimensi laut dalam menangkap karbon.
Karbon Biru adalah total karbon ditangkap oleh pantai-pantai dan lautan di dunia. Sebagian besar karbon itu
disimpan di ekosistem mangrove, padang lamun dan rawa-rawa berair asin, yang dikenal sebagai vegetasi
pantai.
Setelah diserap oleh pasir dan lumpur, dapat tinggal di sana untuk waktu yang sangat lama. Jika ini adalah
secara akurat terukur, ia menyediakan dasar untuk perdagangan obligasi REDD, seperti dalam program-program
kehutanan REDD.
Pada Manado Ocean Declaration (MOD) mengamanatkan bahwa negara harus berkomitmen melindungi lautan
dan ekosistem pesisir dalam rangka memaksimalkan kapasitasnya untuk mengikat karbon. Buku Karbon Biru
akan membantu kita menjelaskan bagaimana hal itu terjadi dan apa yang dibutuhkan untuk mencapai
penyerapan karbon yang diperlukan. (idt/pab)
http://www.pab-indonesia.com/berita/liputan-khusus/2859-australia-peduli-kerusakan-terumbukarang-indonesia.html
http://lomboknews.com/2011/05/20/peluncuran-buku-terumbu-karang-dan-karbon-biru/
http://merapi.peduli.org/2011/05/ri-australia-kerjasama-terbitkan-buku-terumbu-karang/
KKP RI dan Dubes Australia Luncurkan Panduan
Terumbu Karang
Oleh Astra Desita Amd.Graf
Jum'at, 20 Mei 2011 | 15:23
+ | Normal | Jakarta, Info Publik Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty bersama Menteri Kelautan dan
Perikanan RI, Fadel Muhammad, Jumat (20/5) meluncurkan buku versi Indonesia berjudul „Terumbu Karang
dan Perubahan Iklim: Panduan Pendidikan dan Kesadaran’ atau ‘Coral Reef and Climate Change: The Guide
for Education and Awareness’ yang diterbitkan oleh Universitas Queensland, di Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Jakarta.
“Kami gembira bahwa melalui buku ini, kami akan mampu memberi sumbangsih dan bekerja sama dalam
pelestarian terumbu karang Indonesia yang indah,” ujar Dubes Moriarty.
Buku ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ilmu dan pelestarian terumbu karang. Hal ini mencakup
penelitian ilmiah mutakhir dengan foto-foto yang informatif yang mencakup topik-topik termasuk oseanografi,
biologi terumbu karang dan dampak perubahan iklim.
Faedah khusus buku ini, kata dia, memberi alat dan rekomendasi yang praktis untuk merencanakan dan
mengukur kesehatan terumbu karang dan program untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam pelestarian
terumbu karang.
Buku ini diterbitkan pertama kali di Australia pada November 2009. Selanjutnya Menteri Kelautan dan
Perikanan RI, Fadel Muhammad, bekerja sama dengan Universitas Queensland mengatur penerjemahan buku
tersebut ke dalam bahasa Indonesia. (rm)
http://infopublik.depkominfo.go.id/?page=news&newsid=2392
RI dan Australia Luncurkan Panduan Terumbu Karang dan Perubahan
Iklim
Jumat, 20 Mei 2011 14:14
berita2.com (Jakarta): Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty bersama Menteri Kelautan dan
Perikanan RI, Fadel Muhammad, meluncurkan buku versi Indonesia berjudul ‘Terumbu Karang dan Perubahan
Iklim: Panduan Pendidikan dan Kesadaran’ atau ‘Coral Reef and Climate Change: The Guide for Education and
Awareness’ yang diterbitkan oleh Universitas Queensland, di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Fadel Muhammad, bekerja sama dengan Universitas Queensland
mengatur penerjemahan buku tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
“Penelitian kelas dunia Australia dalam ilmu-ilmu lingkungan hidup diakui secara luas. Kami gembira bahwa
melalui buku ini, kami akan mampu memberi sumbangsih dan bekerja sama dalam pelestarian terumbu karang
Indonesia yang indah,” ujar Dubes Moriarty dalam siaran pers Kedutaan Besar Australia yang diterima
berita2.com, Jumat 20 Mei 2011.
Buku ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ilmu dan pelestarian terumbu karang. Hal ini mencakup
penelitian ilmiah mutakhir dengan foto-foto yang informatif yang mencakup topik-topik termasuk oseanografi,
biologi terumbu karang dan dampak perubahan iklim.
Buku ini memberi alat dan rekomendasi yang praktis untuk merencanakan dan mengukur kesehatan terumbu
karang dan program untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam pelestarian terumbu karang.
Buku ini diterbitkan pertama kali di Australia pada November 2009. Buku ini diproduksi dan diterbitkan oleh
CoralWatch Foundation di Universitas Queensland.
http://www.berita2.com/nasional/umum/9851-ri-dan-australia-luncurkan-panduan-terumbu-karang-danperubahan-iklim.html
RI-Australia Pantau Terumbu Karang
21 May 2011


Nasional
Pikiran Rakyat
JAKARTA, (PR).Pemerintah Indonesia bersama Australia akan memantau terumbu karang di perairan tanah air untuk mengetahui
tingkat kerusakan akibat perubahan iklim.
Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad di Jakarta, Jumat (20/5) mengatakan, Australia juga
memiliki kepentingan terhadap kelestarian terumbu karang di Indonesia.
"Oleh karena itu, Australia sama-sama ingin menjaga terumbu karang di Indonesia," katanya dalam peluncuran
buku Terumbu Karang dan Perubahan Iklim dan Karbon Biru. Hadir Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg
Moriarty.
Fadel menyatakan, terbitnya kedua buku tersebut akan sangat membantu Indonesia dalam memantau ancaman
pemanasan global yang sedang berlangsung di perairan Indonesia.
Dengan kedua buku itu Indonesia dapat berupaya untuk melindungi lautan dan ekosistem pesisir sebagaimana
yangdiamanatkan dalam Manado Ocean Declaration (MOD) tahun 2009 lalu yang diadopsi oleh 76 negara di
dunia.
Buku yang diterjemahkan dari judul aslinya Coral Reefs and Climate Change itu, selain berisi mengenai
informasi tentang terumbu karang dan perubahan iklim juga memuat pesan kepada masyarakat untuk terus
melindungi sumber daya alam bagi kebutuhan generasi mendatang.
Buku tersebut berisi grafik kesehatan karang sederhana yang dikembangkan oleh University of Queensland
Australia.
Sementara buku Karbon Biru yang judul aslinya Blue Carbon menjelaskan betapa pentingnya dimensi laut
dalam menangkap karbon. Karbon Biru menjabarkan bagaimana karbon ditangkap oleh pantai-pantai dan lautan
di dunia.
Sebagian besar karbon tersebut disimpan di ekosistem mangrove, padang lamun, dan rawa-rawa berak asin yang
dikenal sebagai vegetasi pantai. (Ant)*"
http://www.bataviase.co.id/node/682194
Sabtu, 21 Mei 2011-17:48:50
Kontributor : Teks; Selvianna C /Foto-Foto: IsT
Australia-RI; Rilis Buku Terumbu Karang
Selamatkan Terumbu Karang
Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg Moriarty bersama
Menteri Kelautan dan Perikanan RI Fadel Muhammad hari ini
meluncurkan buku versi Indonesia.
Jakarta, Kabarindo- Buku yang berjudull "Terumbu Karang dan Perubahan
Iklim: Panduan Pendidikan dan Kesadaran" atau "Coral Reef and Climate
Change: The Guide for Education and Awareness" yang diterbitkan oleh
Universitas Queensland, di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Fadel Muhammad, bekerja sama dengan
Universitas Queensland mengatur penerjemahan buku tersebut ke dalam
bahasa Indonesia.
"Penelitian kelas dunia Australia dalam ilmu-ilmu lingkungan hidup diakui
secara luas. Kami gembira bahwa melalui buku ini, kami akan mampu
memberi sumbangsih dan bekerja sama dalam pelestarian terumbu karang Indonesia yang indah," kata Dubes
Moriarty seperti dilansir dari laman Bisnis.
Buku ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ilmu dan pelestarian terumbu karang. Hal ini mencakup
penelitian ilmiah mutakhir dengan foto-foto yang informatif yang mencakup topik-topik termasuk oseanografi,
biologi terumbu karang dan dampak perubahan iklim.
Buku ini memberi alat dan rekomendasi yang praktis untuk merencanakan dan mengukur kesehatan terumbu
karang dan program untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam pelestarian terumbu karang.
Buku ini diterbitkan pertama kali di Australia pada November 2009 dan diproduksi dan diterbitkan oleh
CoralWatch Foundation di Universitas Queensland.
http://www.kabarindo.com/index.php?act=dnews&no=18577
Fadel Luncurkan Buku Perubahan Iklim dan Karbon Biru
Jakarta | Sabtu, 21 May 2011
Sapariah
MENTERI Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),
Jumat (11/5) meluncurkan dua buku yang bisa sebagai acuan bagi dunia pendidikan di Indonesia menyikapi
perubahan iklim.
Didampingi Menteri Lingkungan Hidup Gusti Mohammad Hatta, Asisten Khusus Presiden Untuk Perubahan
Iklim Agus Purnomo, dan Duta Besar Australia untuk Indonesia Mr Greg Moriarty, Fadel menyatakan, buku
berjudul Terumbu Karang dan Perubahan Iklim dan Karbon Biru akan membantu Indonesia memantau ancaman
pemanasan global. „•Dengan kedua buku ini, Indonesia dapat berupaya melindungi lautan dan ekosistem pesisir
sebagaimana yang diamanatkan dalam Manado Ocean Declaration tahun 2009 yang diadopsi 76 negara di
dunia,„•katanya dalam pernyataan pers.
Buku yang diterjemahkan dari judul asli Coral Reefs and Climate Change,
ini bukan hanya berisi informasi tentang terumbu karang dan perubahan iklim. Juga pesan kepada masyarakat
untuk melindungi sumber daya alam bagi kebutuhan generasi mendatang. Buku ini, berisi grafik kesehatan
karang sederhana yang dikembangkan University of Queensland Australia. Lalu, menjabarkan bagaimana setiap
orang dapat berkontribusi mengurangi dampak perubahan iklim.
Sedang, buku Karbon Biru dengan judul asli Blue Carbon menjelaskan betapa penting dimensi laut dalam
menangkap karbon. Karbon Biru menjabarkan bagaimana karbon ditangkap pantai-pantai dan lautan di dunia.
Sebagian besar karbon tersebut disimpan di ekosistem mangrove, padang lamun, dan rawa-rawa berair asin. Ini
dikenal sebagai vegetasi pantai. Sapariah
http://nasional.jurnas.com/halaman/5/2011-05-21/170410
Menteri Kelautan dan Perikanan RI dan Dubes Australia Luncurkan Panduan Terumbu Karang dan Perubahan
2011-05-20 16:30:44
(Vibizportal - Jakarta) Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty bersama Menteri Kelautan dan
Perikanan RI, Fadel Muhammad, hari ini meluncurkan buku versi Indonesia berjudul „Terumbu Karang dan
Perubahan Iklim: Panduan Pendidikan dan Kesadaran‟ atau „Coral Reef and Climate Change: The Guide for
Education and Awareness‟ yang diterbitkan oleh Universitas Queensland, di Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Jakarta.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Fadel Muhammad, bekerja sama dengan Universitas Queensland mengatur
penerjemahan buku tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
“Penelitian kelas dunia Australia dalam ilmu-ilmu lingkungan hidup diakui secara luas. Kami gembira bahwa
melalui buku ini, kami akan mampu memberi sumbangsih dan bekerja sama dalam pelestarian terumbu karang
Indonesia yang indah,” ujar Dubes Moriarty.
Buku ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ilmu dan pelestarian terumbu karang. Hal ini mencakup
penelitian ilmiah mutakhir dengan foto-foto yang informatif yang mencakup topik-topik termasuk oseanografi,
biologi terumbu karang dan dampak perubahan iklim.
Buku ini memberi alat dan rekomendasi yang praktis untuk merencanakan dan mengukur kesehatan terumbu
karang dan program untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam pelestarian terumbu karang.
Buku ini diterbitkan pertama kali di Australia pada November 2009. Buku ini diproduksi dan diterbitkan oleh
CoralWatch Foundation di Universitas Queensland.
http://vibizportal.com/update_vibizdaily/index/1355
RI-Australia kerjasama terbitkan buku terumbu karang
Sabtu, 21 Mei 2011 11:59:26
JAKARTA: Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg Moriarty bersama Menteri Kelautan dan Perikanan RI
Fadel Muhammad hari ini meluncurkan buku versi Indonesia berjudul "Terumbu Karang dan Perubahan Iklim:
Panduan Pendidikan dan Kesadaran" atau "Coral Reef and Climate Change: The Guide for Education and
Awareness" yang diterbitkan oleh Universitas Queensland, di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Fadel Muhammad, bekerja sama dengan Universitas Queensland mengatur
penerjemahan buku tersebut ke dalam bahasa Indonesia.
"Penelitian kelas dunia Australia dalam ilmu-ilmu lingkungan hidup diakui secara luas. Kami gembira bahwa
melalui buku ini, kami akan mampu memberi sumbangsih dan bekerja sama dalam pelestarian terumbu karang
Indonesia yang indah," kata Dubes Moriarty.
Buku ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ilmu dan pelestarian terumbu karang. Hal ini mencakup
penelitian ilmiah mutakhir dengan foto-foto yang informatif yang mencakup topik-topik termasuk oseanografi,
biologi terumbu karang dan dampak perubahan iklim.
Buku ini memberi alat dan rekomendasi yang praktis untuk merencanakan dan mengukur kesehatan terumbu
karang dan program untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam pelestarian terumbu karang.
Buku ini diterbitkan pertama kali di Australia pada November 2009 dan diproduksi dan diterbitkan oleh
CoralWatch Foundation di Universitas Queensland. (Bisnis Indonesia/JIBI/Herry Suhendra)
http://www.harianjogja.com/beritas/detailberita/HarjoBerita/23861/ri-australia-kerjasama-terbitkan-bukuterumbu-karang-view.html
EKOSISTEM LAUT
KKP Akan Ajukan UU
Perlindungan Terumbu Karang
Sabtu, 21 Mei 2011
JAKARTA (Suara Karya): Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad berencana
mengajukan pembuatan undang-undang (UU) mengenai perlindungan terumbu karang. Ini
mengingat pentingnya terumbu karang bagi kehidupan ekosistem laut dan kehidupan manusia
yang saat ini kerusakannya sudah sangat memprihatinkan.
"Terumbu karang harus dilindungi oleh UU agar mempunyai dasar hukum yang kuat. Jadi,
dengan adanya UU, masyarakat tidak semena-mena lagi melakukan perusakan terhadap
terumbu karang," kata Fadel di sela-sela acara peluncuran buku Perubahan Iklim dan
Karbon Biru di gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Jumat (20/5).
Dia mengatakan, selama ini, nelayan atau masyarakat umum secara sadar maupun tidak
telah melakukan perusakan terhadap terumbu karang dengan cara melakukan
pengeboman saat melakukan pencarian ikan di dasar laut. Bahkan ada juga yang dengan
sengaja melakukan pengambilan terumbu karang hidup untuk dijual.
"Untuk memperbaiki satu terumbu karang dibutuhkan waktu sekitar 40 tahun. Kalau
kerusakan sudah lebih dari 50 persen, harus berapa tahun perbaikan/pemulihan itu
dilakukan? Maka itu, perlindungan hukumnya harus jelas bagi perusak atau pencuri
terumbu karang hidup," ujarnya.
Fadel juga menyayangkan minimnya kontribusi masyarakat, termasuk kalangan
akademisi, dalam melahirkan karya ilmiah mengenai perlindungan ekosistem laut.
Padahal, pengaruh kehidupan di laut sangat berkorelasi dengan kehidupan yang ada di
darat, baik itu kepada manusia maupun makhluk hidup lain.
Terkait hal ini, pihaknya menantang kalangan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi
untuk melakukan penulisan mengenai pentingnya melindungi ekosisten laut. "Seperti
terumbu karang demi kelangsungan kehidupan dan menghadapi perubahan iklim,"
tuturnya.
Sekadar diketahui, pada salah satu dari dua buku yang diluncurkan berjudul Blue Carbon
tersebut membahas secara detail pentingnya dimensi laut dalam menangkap karbon.
Penjabarannya yakni bagaimana karbon biru ditangkap oleh pantai-pantai dan lautan
dunia. Nantinya karbon tersebut akan disimpan oleh ekosistem laut seperti mangrove,
padang lamun, dan rawa-rawa berair asin yang dikenal sebagai vegetasi pantai.
"Karbon biru memainkan peranan penting dalam mengurai CO2 dari atmosfer oleh molekul
karbon yang mengikat bagai proses metabolisme. Kemudian molekul karbon akan
disimpan dalam sedimen dengan jangka waktu yang sangat lama," katanya. (Bayu)
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=279012
Perubahan Iklim
Fajar Sudrajat |
Jumat, 20/05/2011 23:45 WIB
Fadel Muhammad
Berita Terkait

Rp 3 Triliun Akan Dialokasikan untuk Kesejahteraan Nelayan
Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad meluncurkan dua buku yang digunakan sebagai
acuan bagi dunia pendidikan dalam menyikapi terjadinya perubahan iklim.
"Dengan kedua buku ini, maka Indonesia dapat berupaya untuk melindungi lautan dan ekosistem pesisir
sebagaimana yang diamanatkan dalam Manado Ocean Declaration (MOD) tahun 2009 lalu yang diadopsi oleh
76 negara di dunia," ujar Fadel, dalam siaran persnya yang diterima wartawan, Jumat (20/5/2011).
Kedua buku tersebut berjudul "Terumbu Karang dan Perubahan Iklim" serta, "Karbon Biru" nantinya sangat
membantu Indonesia dalam memantau ancaman pemanasan global yang ssedang berlangsung di perairan
Indonesia.
Buku yang diterjemahkan dari judul aslinya “Coral Reefs and Climate Change”, ini bukan hanya berisi
mengenai informasi tentang terumbu karang dan perubahan iklim, tetapi juga sebuah pesan kepada masyarakat
untuk terus melindungi sumber daya alam bagi kebutuhan generasi mendatang.
Sedangkan, Buku Karbon Biru yang judul aslinya “Blue Carbon”, menjelaskan betapa pentingnya dimensi laut
dalam menangkap karbon. Karbon Biru menjabarkan bagaimana karbon ditangkap oleh pantai-pantai dan lautan
di dunia. Sebagian besar karbon tersebut disimpan di ekosistem mangrove, padang lamun, dan rawa-rawa berair
asin, yang dikenal sebagai vegetasi pantai. Karbon Biru memainkan peranan penting dalam mengurangi CO2
dari atmosfir oleh molekul karbon yang mengikat bagi proses metabolisme. Molekul Karbon akan disimpan
dalam sedimen dengan jangka waktu yang sangat lama. (fjr/fjr)
http://today.co.id/read/2011/05/20/33315/fadel_luncurkan_buku_acuan_menyikapi_perubahan_iklim
KKP Akan Ajukan UU Perlindungan Terumbu Karang
Posted on admin on May 21, 2011 // Leave Your Comment
Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad berencana mengajukan pembuatan undang-undang (UU)
mengenai perlindungan terumbu karang. Ini mengingat pentingnya terumbu karang bagi kehidupan ekosistem
laut dan kehidupan manusia yang saat ini kerusakannya sudah sangat memprihatinkan.
“Terumbu karang harus dilindungi oleh UU agar mempunyai dasar hukum yang kuat. Jadi, dengan adanya UU,
masyarakat tidak semena-mena lagi melakukan perusakan terhadap terumbu karang,” kata Fadel di sela-sela
acara peluncuran buku Perubahan Iklim dan Karbon Biru di gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Jakarta, Jumat (20/5).
Dia mengatakan, selama ini, nelayan atau masyarakat umum secara sadar maupun tidak telah melakukan
perusakan terhadap terumbu karang dengan cara melakukan pengeboman saat melakukan pencarian ikan di
dasar laut. Bahkan ada juga yang dengan sengaja melakukan pengambilan terumbu karang hidup untuk dijual.
“Untuk memperbaiki satu terumbu karang dibutuhkan waktu sekitar 40 tahun. Kalau kerusakan sudah lebih dari
50 persen, harus berapa tahun perbaikan/pemulihan itu dilakukan? Maka itu, perlindungan hukumnya harus jelas
bagi perusak atau pencuri terumbu karang hidup,” ujarnya.
Fadel juga menyayangkan minimnya kontribusi masyarakat, termasuk kalangan akademisi, dalam melahirkan
karya ilmiah mengenai perlindungan ekosistem laut. Padahal, pengaruh kehidupan di laut sangat berkorelasi
dengan kehidupan yang ada di darat, baik itu kepada manusia maupun makhluk hidup lain.
Terkait hal ini, pihaknya menantang kalangan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk melakukan
penulisan mengenai pentingnya melindungi ekosisten laut. “Seperti terumbu karang demi kelangsungan
kehidupan dan menghadapi perubahan iklim,” tuturnya.
Sekadar diketahui, pada salah satu dari dua buku yang diluncurkan berjudul Blue Carbon tersebut membahas
secara detail pentingnya dimensi laut dalam menangkap karbon.
Penjabarannya yakni bagaimana karbon biru ditangkap oleh pantai-pantai dan lautan dunia. Nantinya karbon
tersebut akan disimpan oleh ekosistem laut seperti mangrove, padang lamun, dan rawa-rawa berair asin yang
dikenal sebagai vegetasi pantai.
“Karbon biru memainkan peranan penting dalam mengurai CO2 dari atmosfer oleh molekul karbon yang
mengikat bagai proses metabolisme. Kemudian molekul karbon akan disimpan dalam sedimen dengan jangka
waktu yang sangat lama,” katanya. Suara Karya
ilustrasi: nadia-ungu.blogspot.com
[Translated]
Minister of Maritime Affairs and Fisheries Fadel Muhammad planned to propose legislation (Act) regarding the
protection of coral reefs. This is due to the importance of coral reefs for marine life ecosystems and human life
are now the damage is already very poor.
"Coral reefs must be protected by the Act to have a strong legal basis. So, with the law, people are not arbitrarily
longer perform the destruction of coral reefs, "the governor said at the sidelines of the launch of the book
Climate Change and Carbon Blue in building the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries, Jakarta, Friday (20
/ 5).
He said, during this, the fishermen or the general public consciously or not have made the destruction of coral
reefs by bombing during a search of fish on the seabed. Even some who deliberately taking live coral for sale.
"To repair a coral reef takes about 40 years. If the damage was more than 50 percent, how many years should
the repair / restoration was done? Thus, legal protection should be clear to the vandal or thief living coral reefs,
"he said.
Fadel also deplore the lack of contribution to society, including academia, in the birth of scientific papers
concerning the protection of marine ecosystems. In fact, the effect on marine life is highly correlated with life
on land, either to humans or other living creatures.
Related to this, it was challenged by students from various universities to do the writing on the importance of
protecting marine ekosisten. "Like the coral reefs in the continuity of life and deal with climate change," he said.
Just to note, in one of two books that launched titled Blue Carbon is discussed in detail the importance of marine
dimension in carbon capture.
Penjabarannya ie, how blue carbon captured by the beaches and oceans of the world. Later carbon is saved by
marine ecosystems such as mangroves, seagrass beds, and aqueous salt marsh known as beach vegetation.
"Carbon blue play an important role in breaking down CO2 from the atmosphere by carbon molecules that bind
various metabolic processes. Then carbon molecules are stored in the sediments with a very long period of time,
"he said. Suara Karya
http://www.indomaritim.com/?p=2855