Survey
* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project
* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project
DETEKSI FELINE CORONA VIRUS (FCoV) DENGAN METODE REVERSE TRANSCRIPTASE POLYMERASE CHAIN REACTION (RT-PCR) DI BALI Oleh : I Putu Cahyadi Putra Pendahuluan Penyakit Feline Infectious Peritonitis (FIP) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Feline Corona Virus (FCoV). Penyakit ini menyerang kucing dengan gejala klinis dibagi menjadi dua bentuk. FIP bentuk kering memiliki gejala, letargi, demam, kehilangan nafsu makan, terdapat gejala syaraf yaitu paralisis, kehilangan keseimbangan, tremor, retensi urin, konvulsi, perubahan tingkah laku, pupil ireguler serta daya hidup hanya satu tahun setelah tampaknya gejala. FIP bentuk basah memiliki gejala khas yaitu akumulasi cairan serofibrinous pada rongga-rongga tubuh seperti abdomen dan rongga thoraks. Lapisan serosa organ pencernaan, hati dan usus banyak terdapat granuloma yang bersifat translucent dan berdiameter dua millimeter (Carlton dan McGavin, 1995). Banyak laporan kucing yang terserang peritonitis dan diduga disebabkan oleh FCoV. Arimbi (2010) dan Aswar (2009) melaporkan kejadian kasus kucing dengan gejala peritonitis di Surabaya dan diduga disebabkan oleh FCoV. Widyamartha (2010) telah memaparkan gambaran histopatologi hati kucing yang diduga terserang FIP. Namun untuk meneguhkan diagnosa definitif suatu penyakit salah satunya dapat menggunakan uji RT-PCR sebagai pengujian genome dari virus. FCoV merupakan virus beramplop dan ssRNA. Genom FCoV memiliki lebih dari 29.000 nukleotida dan 11 open reading frames (ORF) sebagai gen structural, non struktural dan aksesoris. Yang bergerak sebagai gen reseptor adalah gen S yang terdapat pada protein permukaan. HR1 dan HR2 bergerak sebagai gen fusi. Ke 23 dari 5’ dari virus ini terdapat ORF1a dan ORF1b. ORF1a berperan sebagai inisiasi translasi ribosome. ORF memiliki empat protein struktural yaitu spike (S) nukleokapsid (N), membrane (M) dan envelope (E) (Kipar dan Meli, 2014; Pedersen, 2014). Salah satu primer yang dapat digunakan untuk mendeteksi FCoV adalah pada gen nsp14 yaitu primer depan nsp14-F (5′-GTGATGCTATCATGACTAG-3′) dan primer belakang nsp14-F (5′-GTGATGCTATCATGACTAG-3′) yang menghasilkan produk PCR 417 bp (Tanaka et al., 2015). Namun banyak metode modifikasi PCR untuk mendeteksi FCoV yaitu mRNA PCR (Simons et al., 2005) dan nested RT-PCR (Benetka et al., 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kejadian FIP pada kucing di Bali dengan menggunakan metode RT PCR. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran kejadian FIP di Bali dengan diagnosa definitif untuk kajian penyakit pada kucing. Mengingat belum ada data tentang kejadian maupun seroprevalensi tentang FIP di Bali, sedangkan kasus di praktisi telah banyak ditemukan kejadian peritonitis yang diduga disebabkan oleh FCoV. Metode Penelitian Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel dari cairan ascites, efusi pleura, darah dan feses kucing. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kit Trizol untuk isolasi RNA Virus, sepasang primer (Tanaka et al., 2015), enzim SuperScriptTM III One Step RT PCR System with Platinum® Taq DNA Polymerase (Invitrogen) dan gel agarose 1%. Alat yang digunakan adalah tip mikropipet, mikropipet, ependorf, kaca bengkok, ose, vortex, inkubator, lemari pendingin, bunsen, timbangan elektrik, steerer, laminar flow, water bath, tube 2 ml, alat sentrifugasi, spectrophotometer, autoclave, mesin Thermalcycler Model TC25/H, alat elektroforesis, UV transilluminator, kamera digital. Metode yang digunakan adalah isolasi RNA dengan Trizol, RT-PCR dengan Taq Polymerase dengan mesin Termocycler serta elektroforesis kemudian dilanjutkan dengan sequencing dan identifikasi di Gen Bank (Mahardika et al., 2015). Daftar Pustaka Arimbi. 2010. Studi Kasus : Suspect Feline Infectious Peritonitis (FIP) Pada Kucing Ras di Surabaya. Veterinaria Medika 3 (2) : 109-114. Aswar. 2009. Studi Kasus Patologi Feline Infectious Peritonitis pada Anak Kucing (Felis catus). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Benetka V, Kubber-Heiss A, Kolodziejek J, Nowotny N, Hofmann-Parisot M, Mostl K. 2014. Prevalence of feline coronavirus types I and II in cats with histopathologically verified feline infectious peritonitis. Veterinary Microbiology 99 (2004) 31–42. Carlton WW, McGavin MD. 1995. Thomson’s special Veterinary Pathology Second Edition. Missouri : Mosby-Year Book, Inc. Kipar A, Meli ML. 2014. Feline Infectious Peritonitis : Still an Enigma?. Veterinary Pathology 51(2) : 505-526. Mahardika IGNK, Astawa INM, Kencana GAY, Suardana IBK, Sari TK. 2015. Teknik Lab Virus. Udayana University Press. Denpasar. Pedersen NC. 2014. An update on feline infectious peritonitis: Virology and immunopathogenesis. The Veterinary Journal 201 (2014) 123–132 Simons FA, Vennema H, Rofina JE, Pol JM, Horzinek MC, Rottier PJM, Egberink HF. 2005. A mRNA PCR for the diagnosis of feline infectious peritonitis. Journal of Virological Methods 124(2005) 111–116. Tanaka Y, Sasaki T, Matsuda R, Uematsu Y, Yamaguchi T. 2015. Molecular epidemiological study of feline coronavirus strains in Japan using RT-PCR targeting nsp14 gene. BMC Veterinary Research (2015) 11:57. Widhyamartha GR. 2010.Kajian Histopatologi Hati Kucing yang Terpapar Feline Infectious Peritonitis (FIP). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.