Survey
* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project
* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project
F -X C h a n ge F -X C h a n ge W N O y bu to k lic c u -tr a c k ANALOG SIGNAL CONDITIONING By Mohammad Khoirul Effendi .d o o .c m C m w o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! PD ! PD c u -tr a c k .c F -X C h a n ge F -X C h a n ge W N O y bu to k lic c u -tr a c k m Inverting amp Non inverting amplifier Principles of analog Signal conditioning Differential Instrument. amp Voltage to current converter Concept of loading Analog signal conditioning Divider circuits Op amp circuits In instrumentation Passive circuits Current to voltage converter integrator RC Filters differentiator Op amp characteristic Op amp specification .c Voltage follower convertions Bridge circuits c u -tr a c k Introduction Linearization Filtering and Impedance matching .d o o .c Signal level and Bias change C m w o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! PD ! PD Linearization Operational amplifiers Design guide lines F -X C h a n ge W N O y bu to k lic w .d o m PENDAHULUAN o m o .c C W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w F -X C h a n ge ! PD ! PD c u -tr a c k Signal conditioning didefinisikan sebagai suatu operasi untuk mengubah signalsignal hidup ke dalam bentuk lain sehingga signal-signal tersebut sesuai ketika dihubungkan dengan elemen lain dalam suatu proses kontrol loop .c Signal level and bias change liniearization Signal conditioning convertions Filtering and impedance matching Concept of loading ! W N O y bu to k w .d o m PENGELOMPOKAN SIGNAL CONDITIONING o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k .c F -X C h a n ge a. b. W N O y bu to .d o m w o m o .c C lic SIGNAL LEVEL AND BIAS CHANGE k W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w F -X C h a n ge ! PD ! PD c u -tr a c k Dalam hal ini siganal conditioning berperan sebagai Penyesuai suatu level/harga. Pembuat nilai nol (bias/zero value) dari beberapa tegangan yang menggambarkan sebuah variabel di dalam proses. Mis sebuah sensor dengan output 0.2 Volt - 0.6 Volt. Tetapi equipment yang menerima output sensor tersebut hanya hanya bisa menerima sinyal tegangan dengan range sebesar 0 Volt – 5 Volt. Maka suatu ASC diperlukan untuk menjembatani ketidaksesuaian ini. Output sensor Sunstaining 0,2 V 0.2 V 0,6 V 0.2 V zero shift Output sensor Multiply 0V 12.5 V 0.4 V 12.5 V amplification Output sensor 0V 5V attenuation adalah kebalikan dari amplification .c Seperti kita ketahui bahwa ada hubungan ketergantungan antara output dari sensor dengan keterbatasan peralatan dalam menerima output dari sensor seperi pada contoh diatas. Proses linearisasi ini perlu dilakukan karena beberapa alasan diantaranya 1. Keterbatasan desain proses control dalam menggambarkan hubungan antara output sensor dengan peralatan yang menerima sinyal dari sensor. 2. Menghasilkan output yang berubah secara linier dengan berubahnya beberapa macam variabel, sekalipun output yang dihasilkan sensor tidak linier. ! W N O y bu to k w .d o m LINEARIZATION o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k .c F -X C h a n ge Signal transmission convertions Digital interface W N O y bu to k lic w .d o m CONVERTIONS o m o .c C W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w F -X C h a n ge ! PD ! PD c u -tr a c k .c Seringkali sinyal elektris yang keluar dari sensor harus diubah untuk menghindari gangguan selama proses transfer. Seperti halnya apabila output yang keluar dari sensor berupa hambatan, maka akan ada perubahan nilai hambatan tersebut ketika ada pengaruh dinamik variabel seperti panas dll (ada hubungan antara panas dengan besar hambatan). Oleh karena itu seringkali sinyal output diubah ke dalam bentuk lain seperti tegangan dan arus yang relatif lebih tahan terhadap gangguan dinamik variabel Dalam hal ini ASC berfungsi sebagai penghubung antara sensor dengan peralatan penerima sinyal dari sensor sehingga sinyal yang dikeluarkan sensor dapat langsung diolah peralatan tersebut F -X C h a n ge F -X C h a n ge .c .d o W N O y bu c u -tr a c k Gain Tool to filtering And impedance matcing Aktive sircuit Feed back divider circuits Passive circuit Low pass RC filters High pass RC filters bridge circuits Band pass RC filters RC filters Band reject RC filters Dalam industri sering kali terdapat sinyal kuat yang menyebabkan terganggunya pentransmian sinyal antar elemen dalam proses kontrol frekuensi pengganggu sebesar 60Hz yang dihasilkan ketika motor di jalankan secara transient. filter pasif (yang tersusun atas resistor, kapasitor, dan induktor) atau filter aktif (gain dan feedback) m o m w o c u -tr a c k C lic k to W N O y bu to C lic k FILTERING AND IMPEDANCE MATCHING w w .d o w w w ! PD ! PD .c F -X C h a n ge W N O y bu to k lic w .d o m CONCEPT OF LOADING o m o .c C W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w F -X C h a n ge ! PD ! PD c u -tr a c k Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam analog signal conditioning adalah pembebanan satu sirkuit terhadap sirkuit lainya. Hal ini menyebabkan ketidak tahuan besar tegangan ketika melewati proses pengukuran. .c F -X C h a n ge F -X C h a n ge c u -tr a c k W N O y bu to k lic .d o m PASSIVE CIRCUITS w o .c C m o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! PD ! PD c u -tr a c k Sebuah sirkuit pasif terdiri atas resistor, induktor dan capasitor sering kali digunakan untuk mengeliminasi gangguan frekuensi baik yang rendah maupun yang tinggi tanpa merubah signal informasi yang diharapkan divider circuits Passive circuits bridge circuits Low pass RC filters High pass RC filters RC filters Band pass RC filters Band reject RC filters .c F -X C h a n ge F -X C h a n ge W N O y bu to k .d o m w o m o .c lic k to bu y DIVIDER CIRCUITS lic C c u -tr a c k w w .d o w w w C N O W ! PD ! PD c u -tr a c k .c Komponen ini bisa digunakan untuk menghasilkan perubahan output tegangan dengan cara merubah besar resistansi yang ada Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan divider circuits a. Perubahan besar VD terhadap R1 maupun R2 adalah tidak linier. b. Output impedansi efektiv dari divider adalah pararel dengan kombinasi R1 dan R2, maka efek loading harus diperhitungkan c. Terjadi pembangkitan daya ketika arus melewati ke2 resistor dan daya masukan dari sensor. VD R2 V S R1 R2 F -X C h a n ge F -X C h a n ge c u -tr a c k W N O y bu to k lic .d o m BRIDGE CIRCUITS w o .c C m o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! PD ! PD c u -tr a c k .c Komponen ini bisa digunakan untuk menghasilkan perubahan output tegangan dengan cara merubah besar impedansi yang ada. Komponen ini sangat berguna ketika perubahan impedansinya sangat kecil. Keuntungan menggunakan bridge circuits a. Dapat disesain sedemikian rupa sehingga tegangan outputnya bervariasi di sekitar nilai 0 (nol). b. Mempresisikan pengukuran statis dari sebuah impedansi Va V V R3 R1 R3 V R3 R1 R3 V R4 R2 R 4 Vb V V R4 R2 R4 V R3 R2 R1 R3 R1 R4 R 2 R4 ! W N O y bu to k .d o m w o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o GALVANOMETER DETECTOR ON BRIDGE CIRCUIT w w w PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k Alasan penggunaan galvanometer sbg null detector pada bridge circuit dikarenakan karena perbedaan perhitungan. Hal ini disebabkan karena jeleknya pendeteksi resistansi, dan dan juga karena perlunya menentukan offset current pada bridge circuit tersebut. Maka perlu suatu modifikasi perumusan apabila bridge circuit tidak bisa dalam keadaan null. .c ! W N O y bu to k w .d o m BRIDGE RESOLUTION o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k Resolusi dari bridge circuit adalah kemampuan dari bridge circuit itu sendiri untuk mendeteksi adanya bridge offset. .c ! W N O y bu to k .d o m w o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w BRIDGE CIRCUITS LEAD COMPENSATION PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k Pada banyal proses kontrol seringkali sensor yang mengindikasikan perubahan hambatan jauh terpisah dari bridge circuit. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan sinyal/ hambatan yang dihasilkan oleh sensor karena pengaruh frekuensi, temperatur, tegangan, serta uap bahan-bahan kimia. Tetapi apabila kita merancang sebuah cirkuit seperti di atas. Apabila terjadi perubahan pada kawat (2) maka secara otomatis akan terjadi juga perubahan pada kawat (1) karena kawat (1) dan kawat (2) ditempatkan pada lingkungan yang sama. Sehingga pada akhirnya efek dari sinyal pengganggu dapat teratasi. .c E = ac offset voltage E = sine wave excitation voltage Z1, Z2, Z3, Z4 = bridge impedances Zero offset voltage E = 0, maka Z3 x Z2 = Z1 x Z4 ! W N O y bu to .d o m w o m o Dimana k W N O y bu to k .c F -X C h a n ge lic AC BRIDGES lic C c u -tr a c k w w .d o w w w PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k .c F -X C h a n ge F -X C h a n ge c u -tr a c k W N O y bu to k lic w .d o m BRIDGE APPLICATION o .c C m o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! PD ! PD c u -tr a c k Kegunaan utama dari bridge circuits di dalam modern proses kontrol signal conditioning adalah merubah variasi hambatan ke dalam variasi tegangan yang kemudian variasi tegangan ini akan di interface dengan ADC atau sistem lainya. Jika output sensor linear dengan input, maka output dari bridge circuit adalah nonlinear. Tetapi bila variansi dari hambatan kecil dan terpusat pada null value, maka ketidak linieran ini akan bernilai kecil pula. .c Vout Vin ! W N O y bu to k w .d o m LOW PASS RC FILTERS o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k 1 1 fc f fc 2 0.5 1 2 RC Low pass RC filter adalah suatu komponen yang menghalangi signal dengan frekuensi tinggi, dan membiarkan lewat signal dengan frekuensi rendah .c ! W N O y bu to k w .d o m HIGH PASS RC FILTERS o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k f fc Vout Vin 1 f fc 2 0.5 High pass RC filter adalah suatu komponen yang menghalangi signal dengan frekuensi rendah, dan membiarkan lewat signal dengan frekuensi tinggi .c F -X C h a n ge F -X C h a n ge c u -tr a c k W N O y k lic .d o m w o BAND FILTERS to bu .c C m o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! PD ! PD c u -tr a c k .c Band pass filters adalah komponen yang menghalangi frekuensi di bawah dan di atas limit, serta membiarkan lewat frekuensi signal yang mempunyai harga diantara batas atas dan batas bawah. Band reject filters adalah komponen yang menghalangi frekuensi signal yang mempunyai harga diantara batas atas dan batas bawah. Serta membiarkan lewat frekuensi signal yang mempunyai harga diatas batas atas dan dibawah batas bawah. PD F -X C h a n ge OPERATIONAL AMPLIFIER W N O y bu to k lic c u -tr a c k .d o o .c m C m w o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k .c +VS Inverting _ i(-) vid Noninverting RO Ri A -VS i(+) Output vO = Advid + • i(+), i(-) : Currents into the amplifier on the inverting and noninverting lines respectively • vid : The input voltage from inverting to nonnon-inverting inputs • +VS , -VS : DC source voltages, usually +15V and –15V • Ri : The input resistance, ideally infinity • A : The gain of the amplifier. Ideally very high, in the 1x1010 range. • RO: The output resistance, ideally zero • vO: The output voltage; vO = AOLvid where AOL is the openopen-loop voltage gain F -X C h a n ge W N O y bu to .d o m w o m o .c C lic KARAKTERISTIK OP AMP k W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w F -X C h a n ge ! PD ! PD c u -tr a c k Fungsi : 1. Untuk merubah suatu impedance (signal) ke dalam bentuk lain 2. Penguatan 3. Atau operasi lainya yang kesemuanya dilakukan oleh IC (integrated circuit) yang dinamakan op amps (operational amplifiers) Karakteristik op amp dapat dijabarkan sebagai berikut Sebuah sirkuit yang tersusun atas beberapa resistor, transistor, dioda, dan kapasitor. Mempunyai 2 inputan, yakni inputan inverting dan inputan non-inverting Op-amp ideal memiliki open loop gain yang tak terhingga besarnya, sehingga menyebabkan op-amp tidak stabil dan penguatanya tidak terukur. Oleh karena itu diperlukan negatif feedback. Range tegangan input lebih kecil dari 1 milivolt, sebaliknya tegangan saturasinya mencapai 10 volt. Input impedansinya tinggi / tak terbatas (biasanya melebihi 1 M ) sebaliknya keluaran impedansinya sangat rendah biasanya lebih kecil dari 100 ) Arus input pada tiap masukkanya adalah 0. Impedance outputnya nol .c ! W N O y bu to k .d o m w o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w KARAKTERISTIK OP AMPS PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k .c Op amps mempunyai 2 supply power, yakni V+ dan V-. Gambar b menunjukkan hubungan antara perbedaan tegangan yang masuk yang dinamakan differential input votage dengan tegangan tegangan output yang terjadi. Jika V2 – V1 > 0 maka V out yang terjadi akan bernilai negatif demilian pula sebaliknya. Inilah alasan mengapa V2 dinamakan terminal inverting, sedangkan pada V1 dinamakan terminal non inverting. Di daerah sempit pada gambar yang diberi label V, dimana terjadi tegangan saturasi yang bernilai negatif sampai positif. Umumnya pada daerah tersebut tegangan saturasi yang terjadi bernilai 10 Volt sedangkan differential output voltage yang terjadi dalam skala mikrovolt. Maka terjadi slope /peningkatan tegangan yang sangat curam yakni 100.000 Volt V / V outyang tejadi ! W N O y bu to k .d o m w o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w IDEAL OP AMPS PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k Pada gambar di atas dimana kaki tegangan positif di ground, maka tagangan output yang keluar bernilai negatif. Pada summing point jika tidak ada feed back dan terminal + di ground, maka jika Vin > 0, maka output saturasinya bernilai negatif, sedangkan apabila Vin < 0, maka output saturasinya bernilai positif. .c F -X C h a n ge F -X C h a n ge W N O y bu to k GOLDEN RULE OF OP-AMPS lic c u -tr a c k .d o m w o .c C m o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! PD ! PD c u -tr a c k Ada dua aturan penting dalam melakukan analisa rangkaian op-amp berdasarkan karakteristik op-amp ideal. Aturan ini dalam beberapa literatur dinamakan golden rule, yaitu : 1. tegangan antara input v+ dan v- adalah nol (v+ v- = 0 atau v+ = v- ) 2. Arus pada input Op-amp adalah nol (i+ = i- = 0) .c F -X C h a n ge W N O y bu to k lic w .d o m NON IDEAL OP AMPS o m o .c C W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w F -X C h a n ge ! PD ! PD c u -tr a c k Parameter yang digunakan dalam menganalisa op-amps non ideal adalah sbb: 1. Open loop gain yang terbatas. Gain didefinisikan sebagai slope dari transfer fungsi tegangan. A Vout (V2 V1 ) 2Vsat V 2. Input impedansi yang terbatas. Sehingga ketika tegangan masuk melalui ke 2 terminalnya, maka akan ada arus yang terjadi. 3. Output impedansinya tidak bernilai nol. Realnya pada output op amps mempunyai hambatan walaupun hanya beberapa ohm saja. .c F -X C h a n ge F -X C h a n ge W N O y bu to .c 1. 2. 3. 4. 5. Input offset voltage Input offset current Input bias current Slew rate Unity gain frequency bandwidth .d o c u -tr a c k m o m c u -tr a c k C lic k OP AMP SPECIFICATIONS w o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! PD ! PD .c F -X C h a n ge F -X C h a n ge W y bu to k .d o c u -tr a c k Untuk mengatasi input offset maka dipasang hambatan yang besarnya sama antara terminal positif dan negatif. Dimana pemasangan antara ke dua hambatan tersebut pararel satu sama lain o w m lic .c C m o C lic k to bu y N O KOMPENSASI DARI ARUS OFFSET c u -tr a c k w w .d o w w w N O W ! PD ! PD .c ! W N O y bu to k w .d o m KOMPENSASI DARI TEGANGAN OFFSET o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k Untuk mengatasi tegangan offset ini maka ada 2 cara yang bisa dilakukan 1. Memasang variabel resisitor pada ke dua terminal op amps dan variabel resistor tersebut di set sehingga offset voltage tidak terjadi. 2. Memasang tegangan bias yang dapat mengkompensasi tegangan offset yang terjadi .c F -X C h a n ge F -X C h a n ge c u -tr a c k W N O y bu to .d o m w o .c C lic k CONTOH PRODUK OP AMPS m o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! PD ! PD c u -tr a c k .c Saat ini banyak terdapat tipe-tipe op-amp dengan karakterisktik yang spesifik. Op-amp standard type 741 dalam kemasan IC DIP 8 pin sudah dibuat sejak tahun 1960-an. Untuk tipe yang sama, tiap pabrikan mengeluarkan seri IC dengan insial atau nama yang berbeda. Misalnya dikenal MC1741 dari motorola, LM741 buatan National Semiconductor, SN741 dari Texas Instrument dan lain sebagainya. Tergantung dari teknologi pembuatan dan desain IC-nya, karakteristik satu op-amp dapat berbeda dengan op-amp lain. Tabel-1 menunjukkan beberapa parameter opamp yang penting beserta nilai idealnya dan juga contoh real dari parameter LM714. Voltage follower Inverting amplifiers Non inverting amplifiers Differential instrumentation amplifiers Voltage to current converter Op amp circuits Current to voltage converters integrator differentiator Linearization ! W N O y bu to k w .d o m SIKUIT OP AMP DALAM PERALATAN o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k .c F -X C h a n ge F -X C h a n ge c u -tr a c k W N O y bu to k lic .d o m VOLTAGE FOLLOWER w o .c C m o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! PD ! PD c u -tr a c k Pada dasarnya sirkuit ini merubah tegangan masuk dengan impedansi yang tinggi, menjadi tegangan output dengan impedansi yang rendah . Input impedansi yang masuk pada dasarnya adalah impedansi dari op amp itu sendiri, yang nilainya lebih besar dari 100 M . Arus keluaranya dibatasi oleh sirkuit pendek dalam op amp itu sendiri, sehingga impedansi keluarannya lebih kecil dari 100 . .c ! W N O y bu to k .d o m w o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o INVERTING AMPLIFIERS w w w PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k Input non-inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke ground, atau v+ = 0. Dengan mengingat dan menimbang aturan 1 (lihat aturan 1), maka akan dipenuhi v- = v+ = 0. Karena nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung ke ground, input op-amp v- pada rangkaian ini dinamakan virtual ground. Dengan fakta ini, dapat dihitung tegangan jepit pada R1 adalah vin – v- = vin dan tegangan jepit pada reistor R2 adalah vout – v- = vout. Kemudian dengan menggunakan aturan 2, di ketahui bahwa :iin + iout = i- = 0, karena menurut aturan 2, arus masukan op-amp adalah 0. iin + iout = vin/R1 + vout/R2 = 0 Selanjutnya vout/R2 = - vin/R1 .... atau vout/vin = - R2/R1 Jika penguatan G didefenisikan sebagai perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan masukan, maka dapat ditulis …(1) Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai impedansi input dari sinyal masukan terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini diketahui adalah 0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja adalah Zin = R1. .c F -X C h a n ge F -X C h a n ge c u -tr a c k INVERTING AMPLIFIER SUMMING AMPLIFIER V1 V2 Vout R2 Vin R1 Vout R2 V1 R1 R2 V2 R3 W N O y bu to k lic .d o m INVERTING AMPLIFIERS w o .c C m o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! PD ! PD c u -tr a c k .c ! W N O y bu to k w .d o m NON INVERTING AMPLIFIERS o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k Dengan menggunakan aturan 1 dan aturan 2, kita uraikan dulu beberapa fakta yang ada, antara lain : vin = v+ v+ = v- = vin ..... lihat aturan 1. Dari sini ketahui tegangan jepit pada R2 adalah vout – v- = vout – vin, atau iout = (vout-vin)/R2. Lalu tegangan jepit pada R1 adalah v- = vin, yang berarti arus iR1 = vin/R1. Hukum kirchkof pada titik input inverting merupakan fakta yang mengatakan bahwa : iout + i(-) = iR1 Aturan 2 mengatakan bahwa i(-) = 0 dan jika disubsitusi ke rumus yang sebelumnya, maka diperoleh iout = iR1 dan Jika ditulis dengan tegangan jepit masingmasing maka diperoleh (vout – vin)/R2 = vin/R1 yang kemudian dapat disederhanakan menjadi :vout = vin (1 + R2/R1) Jika penguatan G adalah perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan masukan, maka didapat penguatan op-amp non-inverting : .c F -X C h a n ge F -X C h a n ge bu y N O W Vout R2 V2 V1 R1 .d o c u -tr a c k m w .c o m c u -tr a c k C lic k to DIFFERENTIAL INSTRUMENTATION AMPLIFIERS o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! PD ! PD .c I out R1 ( R3 R2 R1 R3 R5 ) R2 k to bu y N O W ! VOLTAGE TO CURRENT CONVERTER Vin R4 .d o m w o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k .c ! W N O y bu to k w .d o m CURRENT TO VOLTAGE CONVERTER o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k .c F -X C h a n ge F -X C h a n ge c u -tr a c k W 1 Vin dt RC k to bu y N O Vout lic .d o m INTEGRATOR w o .c C m o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! PD ! PD c u -tr a c k .c ! W N O y bu to k w .d o m Differentiator o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k .c Bentuk rangkain differensiator adalah mirip dengan rangkaian inverting. Sehingga jika berangkat dari rumus penguat inverting G = -R2/R1 dan pada rangkaian differensiator diketahui : maka jika besaran ini disubtitusikan akan didapat rumus penguat differensiator Dari hubungan ini terlihat sistem akan meloloskan frekuensi tinggi (high pass filter), dimana besar penguatan berbanding lurus dengan frekuensi. Namun demikian, sistem seperti ini akan menguatkan noise yang umumnya berfrekuensi tinggi. Untuk praktisnya, rangkain ini dibuat dengan penguatan dc sebesar 1 (unity gain). Biasanya kapasitor diseri dengan sebuah resistor yang nilainya sama dengan R. Dengan cara ini akan diperoleh penguatan 1 (unity gain) pada nilai frekuensi cutoff tertentu. dV Vout RC in dt k to bu y N O W ! LINEARIZATION .d o m w o m o .c F -X C h a n ge lic W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w PD C F -X C h a n ge ! PD c u -tr a c k Vin V , dimana G in adalah fungsi non linier R R dari tegangan input [pada kenyataanya merupakan kebalikan dari fungsi I(Vout )] Vin G Vout 1 log c (Vin ) 1 log e (I o R) .c F -X C h a n ge F -X C h a n ge c u -tr a c k parameter range akurasi Mendefinisikan sasaran pengukuran Time response linierarisasi noise Transfer fungsi Memilih sensor range power parameter Mendesain ASC Penggunaan divider/bridge range Input impedance Catatan dalam ASC Output impedance Op amp circuits Persamaan output Terhadap input Efek loading k to bu y N O W START .d o m w parameter lic ALUR DALAM MERANCANG ASC (ANALOG SIGNAL CONDITIONING) o .c C m o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! PD ! PD c u -tr a c k .c F -X C h a n ge W N O y bu to k lic w .d o m CONTOH SOAL 1 o m o .c C W N O y bu to k lic C c u -tr a c k w w .d o w w w F -X C h a n ge ! PD ! PD c u -tr a c k .c F -X C h a n ge F -X C h a n ge W N O y bu to k lic c u -tr a c k .d o m w o .c C m o .d o w w w w w C lic k to bu y N O W ! PD ! PD c u -tr a c k .c