Survey
* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project
* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project
BAB III SKETSA KEHIDUPAN MUHAMMAD IQBAL A. Masa Kecil dan Pendidikan Iqbal Muhammad Iqbal dikenal sebagai Indo-Pakistan politisi, pemikir, penulis, penyair dan filosof Islam, lahir di Sialkot, bagian Barat Pakistan, provensi Punjab 9 November 1877. Kakeknya bernama Muhammad Rafiq berasal dari Looehar, sebuah perkampungan di daerah Kashmir. Tak lama setelah tahun 1857 keluarga ini meninggalkan kampung halamannya akibat kekerasan dan tindakan brutal yang dilakukan oleh penguasa Hindu Dogra. Meskipun keluarga ini tidak pernah lagi kembali ke Kashmir, tetapi kenangan kampung halaman dan masyarakatnya tidak pernah padam dalam ingatan Iqbal. Hal inilah yang membuat Iqbal bercita-cita untuk mempersembahkan kemerdekaan kepada Kashmir dan rakyatnya. Ayah Muhammad Iqbal, Nur Muhammad, lahir di Sialkot yang berprofesi sebagai penjahit yang dianggap sebagai sosok yang religius sehingga Iqbal lahir dan tumbuh dalam keluarga dan lingkungan yang taat menjalankan agama. Saudara laki-laki tertuanya bernama Ata’ Muhammad yang menikahi seorang puteri pensiunan militer yang kemudian ia menjadi seorang insinyur dan bekerja dalam lingkungan militer. Ata’ sebagai pembuka jalan buat Iqbal untuk maju dan berkembang dalam kehidupan ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net selanjutnya. Semenjak di Sialkot Iqbal menempuh pendidikan dasarnya di madrasah (sekolah agama) dan berguru kepada seorang ulama, Maulana Syed Mir Hassan (1844-1929) yang terkenal ahli pada bidang sastra Arab dan Persia. Mir Hasan mengetahui bahwa Iqbal adalah anak yang cerdas dan dengan Mir Hasan ia menekuni Sastra Arab dan Persia, selanjutnya Mir Hasan menyarankan Iqbal untuk melanjutkan pendidikannya di Scotch Mission College di Sialkot dan kemudian masuk di sekolah pemerintah di Lahore. Selama Iqbal menempuh pendidikan di Government College Lahore, ia berhasil meraih prestasi terbaik dan mendapat predikat cum laude, terutama pada bidang Sastra Urdu, Arab dan Persia. Selanjutnya ia mendapat beasiswa untuk tingkat magister pada bidang Filsafat. Selama dua tahun Iqbal berhasil menyelesaikan pendidikannya pada bidang filsafat di bawah bimbingan Sir Tomas Arnold dan mendapat penghargaan gold medal. Tomas Arnol dikenal sebagai guru besar dan pembimbing favorit Iqbal yang memberikan inspirasi kepadanya untuk melanjutkan pendidikan ke Eropa. Setelah menyelesaikan magister pada bidang filsafat, Iqbal diangkat sebagai asisten guru besar bahasa Inggris di Islamia College dan Government College, Lahore. Pada tahun 1905 Iqbal berangkat ke Eropa dan menempuh pendidikan di Inggris dan Jerman. Sewaktu di London ia ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net kuliah di Lincoln’s Inn untuk memenuhi kwalifikasi di Trinity College of Cambridge University dan ia terdaftar sebagai mahasiswa jurusan filsafat, selama menempuh perkuliahan, Iqbal juga tengah mempersiapkan disertasi di Munic Univesity, German. Ketika ia di Berlin, pihak universitas memberikan Iqbal kesempatan untuk tinggal di kampus selama dua semester dan selanjutnya ia menyerahkan disertasinya yang berjudul The Development of Metaphysics in Persia. Disertasi ini memuat beberapa aspek tentang mistisisme Islam yang sebelumnya tidak dikenal luas oleh masyarakat Barat. Setelah ia berhasil mempertahankan ujian disertasi tersebut, ia diberi gelar doktor pada bidang filsafat. Memperhatikan kiprah pendidikan Iqbal, ia mampu meraih prestasi yang sangat memuaskan. Ketika di Government College, Iqbal mendapat penghargaan tertinggi sebanyak dua kali dengan meraih medali emas, yaitu pada saat ia memperoleh gelar B. A. (Bachelor of Art) dan M. A. (Master of Art). Tiga tahun di Eropa, ia meraih tiga gelar formal B. A. di bidang Seni, advokat, dan doktor di bidang filsafat. Prestasi ini tentunya dapat dipandang sangat membanggakan pada abad modern. B. Karir Iqbal Banyak hal yang dilakukan oleh Iqbal dengan prestasi besar ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net sehingga banyak pula gelar yang dialamatkan kepadanya seperti penyair, praktisi, pemikir dan filosof. Berikut ini beberapa karir Muhammad Iqbal yang lebih banyak dikenal oleh berbagai kalangan: 1. Pendidik Sesaat setelah Iqbal menyelesaikan doktornya, ia dipilih sebagai guru besar di bidang Sastra Arab di Universitas London selama enam bulan. Ketika Iqbal kembali dari Eropa ia diangkat sebagai guru besar pada bidang Filsafat dan Sastra Bahasa Inggris di Government College, Lahore. 2. Advokasi Selain itu, Iqbal juga aktif menjalankan profesinya sebagai praktisi hukum, meskipun demikian ia sangat terkenal sebagai seorang penyair, baik di India maupun di Pakistan, dimana syair-syairnya banyak dihafal dan bahkan dijadikan sebagai ajang kompetisi dalam berbagai kesempatan dan perlombaan. 3. Penyair Bakat kepenyairan Iqbal telah tampak ketika masih menempuh pendidikan di Scotish Mission. Bakatnya sebagai seorang penyair sangat luar biasa dan untuk mengukur kehebatan syair gubahannya, ia mengirimkan beberapa naskah syairnya kepada Dagh, seorang penyair yang terkenal dalam bahasa Urdu, untuk dikoreksi dan meminta saran-sarannya. Dagh menjawabnya bahwa syair gubahan Iqbal tidak perlu dikoreksi karena ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net sudah baik. Penyair, penulis, filosof, ahli bahasa, ahli hukum, politisi, guru, begitulah sang jenius Muhammad Iqbal. Seorang yang mempunyai berbagai kecakapan dan keahlian luar biasa, terlebih lagi dalam panggung politik, baik di negerinya demikian pula di dunia internasional. 4. Iqbal dan Politik Ketika Iqbal melihat dan memikirkan persoalan kehidupan umat manusia, khususnya keadaan umat Islam di negerinya ia menemukan banyak keganjilan baik sosial maupun politik. Semenjak runtuhnya dinasti Mughal di India pada tahun 1857, kondisi umat Islam semakin memprihatinkan, bahkan mereka cenderung memperlihatkan sikap putus asa dan pasrah terhadap keadaan yang mereka hadapi. a. Teori politik Setelah melihat realitas kehidupan yang terjadi di sana, Iqbal melakukan upaya keras untuk menemukan kembali semangat hidup masyarakatnya dengan memberikan inspirasi baru, dimana ia akhirnya mengembangkan teori dan konsep politik yang bertujuan untuk meregenerasi dan membangkitkan mereka dari keterpurukan. Ego (khu>di), manusia sempurna (mukmin) dan masyarakat (milla>t) merupakan teori ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net politik yang ia telah formulasikan dalam bentuk keberanian (courage), kekuatan (strength), kekuasaan (power), kesungguhan dan kerja keras (determination). 1) Ego (khu>di) Secara umum konsep Iqbal tentang ego sesungguhnya muncul sebagai reaksi terhadap keterpurukan dan keadaan frustrasi yang melanda mayarakat muslim terutama dalam ranah politik, hal ini terlihat dengan jelas dalam karyanya Asra>r I Khu>di yang ia selesaikan selam dua tahun. Sebelum terlalu jauh mengulas konsep Iqbal tentang ego (khu>di), terlebih dahulu harus dipahami maknanya. Khu>di yang berarti kepuasan dan kesenangan serta arogansi. Dalam karyanya, Asra>r I Khu>di, dijelaskan dengan tegas bahwa esensi dari pada ego sangat penting, kehidupan alam semesta berkembang dalam kekuatan ego. Di sini tentunya sangat jelas bahwa esensi ego itu adalah kekuatan yang mampu memberikan superioritas kepada seseorang dari yang lain. Dari pemaparan tersebut, kita dapat melihat dengan jelas bahwa kekuatan dan ambisi merupakan nilai-nilai yang aktif (activating virtues) dan mengarahkan kepada perubahan, inovasi dan kreativitas. Hal yang stagnan dalam pandangan Iqbal merupakan suatu kematian fisik dan spiritual (physical and spiritual death) karena suatu perubahan tidak akan ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net terjadi dengan sendirinya, perubahan membutuhkan sebuah dorongan dan ambisi positif yang bersumber dari dalam untuk menciptakan takdir baru. Dengan demikian, inisiatif untuk mengembangkan ego harus datang dari diri seseorang, lebih dari itu Iqbal menganggap bahwa seseorang yang tidak mempunyai inisiatif untuk berkembang maka ia berada pada tingkatan benda yang telah mati: “if man does not take iniciative, if he does not evolve the inner richness of his being, if he ceases to feel the inward push of advanceing life, then the spirit within him turns into stone and he is reduced to the level of dead matter.” “jika seseorang tidak melakukan inisiatif, jika dia tidak mengembangkan kekayaan (potensi) yang berada dalam dirinya, jika dia berhenti merasakan dalam dirinya tekanan terhadap perkembangan kehidupan, maka spirit dalam dirinya berubah menjadi batu dan dia diturunkan pada derajat benda mati.” Konsep ego pada diri Iqbal sangat jelas bahwa ego merupakan sumber kekuatan (power) dan kekuasaan yang sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dengan ranah politik, dan tidak berlebihan mana kalah dikatakan bahwa kekuasaan dan politik adalah sesuatu yang menyatu. Iqbal mempercayai bahwa kekuatan tidak kalah pentingnya dengan visi seseorang dalam hidupnya, visi tanpa kekuatan dalam kehidupan sosial tentunya tidak bermanfaat dan tidak mampu menciptakan sesuatu. Meskipun demikian, hal yang terpenting untuk diketahui bahwa ego itu tidak serta merta muncul dan berkembang dengan sendirinya, akan tetapi ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net melalui usaha dan kerja keras yang dilandasi oleh cinta (ishq). Peranan cinta terhadap ego, dalam pandangan Iqbal sungguh sangat penting karena cinta merupakan suatu fenomena kreatif yang mampu menggerakkan seseorang untuk mencapai keberhasilan. Menurut Iqbal, ego akan tetap menjadi kreatif apabila berada pada suasana tegangan yang berkelanjutan, dan manakala tegangan tersebut berhenti maka hal ini membawa manusia tidak mampu melakukan aktivitas. Dengan demikian tegangan yang ada juga mempunyai peran penting untuk menjadikan ego semakin kreatif. 2) Manusia Sempurna Untuk memahami teori politik Iqbal secara utuh tentunya terlebih dahulu harus dipahami tentang konsep manusia sempurna (the perfect man) yang merupakan aspek terpenting dalam pemikiran Muhammad Iqbal. Konsep tentang manusia sempurna (al-insa>n al-ka>mil) dalam dunia mistisisme tentunya telah dikaji oleh beberapa tokoh terkenal dalam sejarah perkembangan mistisisme Islam seperti ibnu Arabi> ataupun al-Ji>li>, meskipun Iqbal terlihat menantang prinsip dan ajaran mendasar mistisisme karena dianggap dapat mematikan kepribadian dan cenderung melemahkan ego seseorang. Iqbal telah mengakui bahwa Rasulullah saw merupakan contoh yang tepat sebagai manusia sempurna tanpa dikaitkan dengan ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net pandangan banyak orang tentang mistisisme. Manusia sempurna dalam pandangan Iqbal adalah seorang mukmin yang memiliki kualitas yang luar biasa, dan itu merupakan kekuatan, visi, perbuatan dan kebijaksanaan. Kualitas seperti inilah yang terdapat pada karakter dan kepribadian Rasulullah, dimana seorang mukmin harus mampu menguasai nasib perjalanan hidupnya dan selanjutnya ia mampu mencapai suatu kesempurnaan yang utuh. Mukmin dengan kesempurnaan bentuknya mampu mengubah nasib dan menentukan nasibnya sendiri (Momin in his perfect form, can revolutionize fate and make his own destiny). Meskipun demikian, konsep Iqbal tentang manusia sempurna juga tidak terlepas dari kritik sebagian orang yang menganggap bahwa konsep manusia sempurna yang ditawarkan Iqbal merupakan pengaruh dari Nietzsche yang disebut sebagai superman. Terlepas dari konsep tersebut, dimana mereka keduanya terfokus pada manusia sempurna yang menjadikan kekuatan dan kekuasaan sebagai salah satu ukurannya, namun harus dipahami bahwa landasan dan pijakan mereka tentunya berbeda, bahkan saling bertolak belakang. Tentang manusia sempurna Iqbal melihatnya melalui pandangan al-Quran yang mempercayai tentang ketuhanan sementara Nietzsche melalui pendekatan dan pemahaman ateis meskipun keduanya menyetujui bahwa kekuatan dan kekuasaan mempunyai peran penting dalam tatanan ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net kehidupan sosial manusia, sebagaimana yang dikatakan Nietzsche“where I found the living, there I found will to power, and even in the will of those who serve I found the will to be master,” “dimanapun aku menemukan kehidupan, di sana aku menemukan keinginan untuk berkuasa, dan bahkan terdapat pada keinginan orang yang melayani akupun menemukan keinginan untuk menjadi penguasa.” Dari pandangan Nietzsche terlihat bahwa ia tidak memperhitungkan aspek karakter manusia yang mempunyai sisi kelemahan. Baginya, kekuasaan dan kebaikan adalah satu dan kekuasaan merupakan jalan untuk menuju kesuksesan dan kebahagiaan. Lebih dari itu, Nietzsche juga memberikan kecamannya terhadap agama Kristen dan memberikan apresiasi terhadap Islam sebagai suatu agama pergerakan yang dinamis, dan mempunyai keinginan yang kuat terhadap kekuasaan sebagaimana yang ia ungkapkan: “Islam is a thousand times right in despising Christianity. Islam presupposes men. Christianity has cheated us out of the harvest of ancient culture, later it cheated us again, out of the harvest of the culture of Islam. The wonderful world of the Moorish culture of Spain, really more closely related to us, more congenial to our senses and tastes than Rome and Greece, was trampled down. “Islam seribu kali lipat jauh lebih baik dari pada Kristen. Islam mengakui keberadaan manusia. Sesungguhnya Kristen telah menipu kita keluar dari budaya kuno, kemudian ia menipu kita lagi, keluar dari peradaban Islam. Kehebatan peradaban bangsa Moris di Spanyol benar-benar lebih dekat dan berhubungan dengan kita, lebih sesuai dengan perasaan dan selera kita dari pada bangsa Romawi dan ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net Yunani yang telah runtuh.” Dari pemaparan tersebut, Neitzsche sangat mendukung kekuatan maupun kekuasaan dan memberikan apresiasi kontribusi positif Islam terhadap peradaban umat manusia, dan ini merupakan kekaguman Iqbal terhadap Neitzsche, meskipun ia tidak menyamakan dirinya dengan Neitzsche yang mempunyai pemahaman ateisme. Konsep super man Neitzsche tidak bertolak pada prinsip agama maupun moral dan etika yang tentunya bertentangan dengan pijakan Iqbal. Selain itu, konsep manusia sempurna dalam pandangan Iqbal juga berbeda dengan konsep dan ajaran mistisisme yang cenderung menolak potensi manusia untuk menentukan nasibnya sendiri, bahkan menimbulkan sikap fatalism dan pasrah terhadap kehidupan. Dalam hal ini Iqbal menginginkan bahwa manusia mampu menjadi manusia sempurna yang sesungguhnya dengan menggali segala potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga kualitas spiritual dan intelektual yang mereka miliki dapat terus meningkat dan berkembang sebagaimana Rasulullah yang ia jadikan sebagai contoh yang tepat sebagai manusia sempurna. 3) Masyarakat Islam (milla>t) Pandangan Iqbal terhadap perkembangan ego kepribadian seseorang secara idealis dapat dimengerti, namun hal ini menimbulkan pertanyaan ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net bahwa bagaimana seseorang dengan kepribadiannya yang unik itu dapat berhubungan dengan suatu komunitas kemasyarakatan. Konsep pemikiran Iqbal tentang hubungan antara kepribadian seseorang dengan masyarakatnya merupakan tema penting dalam ranah pemikiran politik Iqbal. Suatu hal yang sangat mendasar untuk dipahami bahwa pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial dan seseorang dapat melangsungkan hidupnya manakala ia melakukan adaptasi terhadap lingkungan dan masyarakat yang ada disekitarnya, yakni individu dan masyaraka saling mencerminkan satu sama lain dan individu itu muncul dalam masyarakat: “Man is a social being and can only live in the society of his fellow men. The individual and the millat reflect each other, the individual is elevated through the millat and the millat is organized through individuals.” “Manusia merupakan makhluk sosial yang hanya mampu hidup dalam masyarakatnya. Individu dan masyarakat saling mencerminkan satu sama lain, individu muncul melalui masyarakat dan masyarakat terorganisir melalui individu.” Iqbal memandang dan mempercayai bahwa suatu masyarakat Islam mempunyai asas dan prinsip yang berdasarkan konsep tauhi>d dan risalah kenabian yang mempunyai faktor penting dalam membentuk tatanan kemasyarakatan yang utuh sehingga mampu menyatukan dunia Islam yang terbagi-bagi dalam beberapa kelompok masyarakat dan bangsa, (the vital ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net factor in uniting the Muslims of the world as a separate entity in the community of nations.” Dari pemaparan tersebut terlihat dengan jelas bahwa tujuan utama dan hasil dari pada tauhid dan risalah kenabian yang terakhir adalah terbentuknya suatu masyarakat Islam yang tidak dibatasi oleh letak teritorial dan geografis tertentu. Islam adalah tujuan akhir, dengan kata lain, suatu masyarakat Islam menuntut untuk menyatukan hati dan keimanan ketimbang menyatukan ras, dan teritorial. Iqbal menambahkan dalam karyanya Ara>r I Rumu>z bahwa Rasulullah meninggalkan tanah kelahirannya untuk menyelesaikan persoalan kemasyarakatan dan negeri umat Islam, dengan kebijaksanaan Rasulullah ia mendirikan suatu masyarakat yang berlandaskan syahadat dengan tujuan menyatukan persatuan umat manusia: ”The object of the Prophood of Muhammad is to establish the fundamental unity of mankind on the basis of equality, liberty and fraternity. It was a message of human equality in social status and legal rights. It has been the mission of every messenger to establish an ethical ideal and a system of life.” “Tujuan utama kenabian Muhammad saw adalah untuk membangun persatuan umat manusia yang berdarkan persamaan, kebebasan dan kesatuan. Itu merupakan risalah setiap nabi untuk membangun suatu tatanan etika dan sistem kehidupan.” Prinsip persatuan yang tidak terikat oleh letak geografis tertentu, ras, warna kulit maupun bahasa membawa Iqbal pada suatu konsep Pan-Islam ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net yang marak disuarakan para pembaharu Islam pada awal abad ke 19 seperti Jamaluddin al-Afghani. Hubungan antara individu dan masyarakat dalam pandangan Iqbal tentunya mempunyai hubungan timbal-balik dan tidak dapat dipisahkan sebab suatu masyarakat merupakan buah dari individu karena ia berada dalam masyarakat itu sendiri, dimana ia mampu mengembangkan potensi dan karakter yang ia miliki sehingga dengan sendirinya individu itu mendapat penghormatan dan pengakuan sebagai anggota masyarakat, dan masyarakat dapat terorganisasi melalui individu. Selain itu hal yang sangat mendasar untuk membangun suatu masyarakat, dalam pandangan Iqbal, adalah kekuatan karena fungsi dan aktivitas suatu masyarakat termotivasi dari kekuatan dan semangat yang kuat, sehingga persatuan yang muncul dalam masyarakat dapat tercapai manakala anggota dan individu tersebut dapat menyatu. Penyatuan dan integrasi dari beberapa individu ini akan melahirkan karakteristik yang unik dari sebuah masyarakat. Untuk menjaga keutuhan dan stabilitas suatu masyarakat ataupun suatu bangsa, kekuatan (power) dan agama (religion) merupakan hal sangat utama, Iqbal menegaskan: “power without religion is lust and religion without power is mysticism,” “kekuatan tanpa agama adalah ketidakstabilan dan agama tanpa kekuatan adalah mistisisme.” Dan untuk mengetahui ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net pandangan ini dapat dipahami melalui konsep jama>l (beauty) dan jala>l (grandeur). Dalam pandangan Iqbal antara jama>l dan jala>l harus dipadukan karena kehidupan manusia mempunyai arti dan tujuan manakala keduanya dapat dipadukan dan harus berjalan secara beriringan dalam kehidupan manusia itu sendiri, Iqbal menegaskan: “life acquires meaning and purpose only when jama>l and jala>l are combined in the life of man and community. Unless both sides of the reality are comprehended, the fullness of human existence will remain illusive. Material conquest and spiritual triumph must go hand in hand to create that dynamism which is so essential for the survival and progress of the community.” “hidup hanya mempunyai arti dan tujuan manakala jama>l dan jala>l itu dipadukan dalam kehidupan seseorang dan masyarakat. Jika kedua sisi realitas tersebut tidak dipahami, maka keberadaan manusia secara utuh akan tetap menjadi ilusi. Penaklukan terhadap materi dan keberhasilan spiritual harus beriringan untuk menciptakan suatu yang dinamis dimana hal itu sangat penting untuk keberlangsungan dan perkembangan suatu masyarakat.” Dari pemaparan Iqbal dapat dipahami bahwa untuk membangun suatu masyarakat yang kuat, berdaulat dan sempurna harus dipadukan antara aspek materi, fisik maupun spiritual, dan yang tak kalah pentingnya untuk melengkapi sisi-sisi tersebut harus dilengkapi dengan nilai etika dan moral yang tinggi, (without moral enrichment physical power will remain incompleted). Dengan demikian aspek materi dan non materi tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral untuk mewujudkan suatu tatanan ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net masyarakat yang utuh. b. Pemikiran Politik 1) Nasionalisme Persoalan nasionalisme menarik perhatian Iqbal dalam hidupnya, semenjak ia kembali dari Eropa pada tahun 1908 pandangan-pandangannya tentang nasionalisme benar-benar berubah dan antipati terhadap konsep nasionalisme Eropa. Kritik Iqbal terhadap Nasionalisme Barat berdasarkan aspek moral, spiritual dan faktor politik, lebih dari itu, ia melihat bahwa doktrin nasionalisme Barat tidak mengedepankan nilai-nilai moral dan spiritual, demikian pula aspek politik mereka tidak dikontrol dengan prinsip moral. Iqbal menyadari bahwa persoalan sosial dan organisasi politik dalam Islam tidak dapat dilandasi dengan sistem kerajaan ataupun batas territorial, bahkan istilah kebangsaan (qaumiya>t) dan patriotisme (wathaniaya>t) merupakan hal yang mengkhawatirkan terhadap sistem politik Islam apabila tidak barengi dengan nilai-nilai moral dan etika yang luhur. Arti kata qaum (bangsa), menurut Iqbal adalah asal mulanya berarti kerajaan yang merupakan bentuk organisasi sosial yang dikenal di Arab pada zaman Rasulullah saw. ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net Terlepas dari itu, Iqbal tetap mengakui bahwa dengan nasionalisme ini negara-negara Islam dapat terbentuk, baik itu Syiria, Palestina dan Iraq akan tetapi di satu sisi ia merasa khawatir apabila umat Islam malah terpaku pada nasionalisme yang dibatasi oleh teritorial dan melupakan prinsip kemanusiaan. Iqbal menolak nasionalisme dalam pengertian sekuler tetapi mendukung nasionalisme yang berdasarkan prinsip Islam dan tauhid. Ia menganggap bahwa kebangsaan akan menjadi sintimen spiritual untuk bersatu yang tidak hanya terbatas pada wilayah tertentu, latar belakang tradisi, suku, kebiasaan maupun bahasa, akan tetapi hanya dengan prinsip tauhi>d mampu menyatukan umat manusia. Melihat adanya rencana untuk mendirikan negara Islam di Asia Selatan, secara spiritual, tentunya akan menyatukan mereka, akan tetapi secara politik mereka belum bersatu sehingga Iqbal melontarkan gagasannya tentang pembentukan gabungan negara Islam (League of Islamic Nations) dengan harapan bahwa dalam gabungan negara-negara Islam ini muslim India dapat berpartisipasi dan memberikan sumbangsih terhadap persatuan dan stabilitas di dunia Islam (it would be in this League of Muslim Countries that Indian Muslims would participate and contribute to the unity and stability of the Muslim World). ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net Nasionalisme Islam dalam pandangan Iqbal sebagai kesadaran suatu bangsa dan masyarakat yang beragama dan berkarakter serta mempunyai kebebasan bergerak dari segala bentuk penjajahan. Pada kesempatan lain, Iqbal sesungguhnya menerima nasionalisme dalam pengertian sikap patriotisme terhadap wilayah dan tanah air bahwa kecintaan seseorang terhadap tempat kelahirannya merupakan sentimen kecintaan yang mulia, sehingga dengan kecintaan dan kepercayaan tersebut mampu mendorong seseorang untuk berkorban untuk kemaslahatan tanah airnya sebagaimana yang tertera dalam surat Iqbal yang dikirimkan kepada Jawaharlal Nehru, “Nationalism in the sense of love of one’s country and even readiness to die for its honour is a part of the Muslim faith.” “Nasionalisme dalam pengertian kecintaan seseorang terhadap negerinya dan bahkan ia ingin mati demi kehormatan negerinya hal ini merupakan bagian dari keimanan seorang muslim.” Dari pernyataan Iqbal dapat dipahami bahwa nasionalisme merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang sehingga dapat menumbuhkan sikap patriotisme untuk membela dan menjaga kedaulatan negerinya. Berpijak dari konsep tersebut Iqbal menuntut agar komunitas umat Islam India berupaya mewujudkan kebebasannya untuk mendirikan negara yang terpisah dari India yang dikuasai oleh mayoritas komunitas Hindu. ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net 2) Negara Islam Modern Pandangan Iqbal tentang negara Islam tidak terlepas dari suatu pemahaman yang sangat mendasar bahwa negara Islam merupakan gambaran dari suatu komunitas yang mempunyai satu keyakinan yang sama, sementara tujuan dari terbentuknya sebuah negara Islam adalah untuk mengambil prinsip-prinsip Islam dan berupaya secara maksimal untuk menerapkannya dalam komunitas masyarakat. Bagi Iqbal, negara Islam mempunyai dua pilar utama, yaitu tauhi>d (Unity of God) dan kerasulan Muhammad saw. sebagai nabi terakhir yang diutus untuk membawa kehidupan dan membentuk tatanan masyarakat yang berasaskan kebebasan, persamaan dan persaudaraan. Sementara tauhi>d merupakan suatu prinsip yang akan mengantarkan kebersamaan, persamaan, solidaritas dan kebebasan. Selain itu, tauhi>d dalam pandangan Iqbal sebagai jiwa dan tubuh masyarakat kita (tauhid is the soul and body of our community.) Hal yang perlu diketahui bahwa hukum Islam dalam pandangan Iqbal merupakan sesuatu yang sangat mendasar demi terciptanya suatu negara Islam, sebagaimana halnya peran masyarakat Islam dianggap sebagai suatu kekuatan moral politik di Asia Selatan. Untuk menerapkan hukum tersebut, maka akan dibutuhkan suatu negara Islam. 3) Gagasan tentang Lahirnya Negara Pakistan ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net Dalam beberapa tema tulisan dan pemikiran Iqbal tentang persatuan umat Islam (Pan-Islam) yang ia wacanakan sejak tahun 1908 sampai ia meninggal 1938, Iqbal tidak memisahkan politik dari nasionalisme dan mencoba memberikan korelasi yang erat dengan agama maupun budaya. Dengan demikian Iqbal menolak konsep dualisme pemisahan antara agama dan urusan negara (churce and state) sebagaimana yang berkembang dalam masyarakat modern Barat, Iqbal memaparkan: “the conclusion to which Europe is consequently driven is that religion is a private affairs of the individual, and has nothing to do with what is called man’s temporal life. Islam does not bifurcate the unity of man into an irreconcilable duality of spirit and matter. In Islam God and universe, spirit and matter, church and state are organic to each other.” “sebagai kesimpulan bahwa Eropa diliputi dengan pemikiran bahwa agama merupakan suatu hal yang pribadi dan individual, dan tidak ada hubungannya dengan kronologis kehidupan manusia. Islam tidak memisahkan kesatuan manusia ke dalam suatu dualisme ruh dan materi yang saling bertentangan. Dalam Islam Tuhan dan alam, ruh dan materi, agama dan negara saling bersatu padu.” Dari pemaparan Iqbal terlihat dengan jelas bahwa Islam tidak mungkin dapat dipisahkan dari urusan kenegaraan yang pada gilirannya menuntut agar umat Islam harus mempunyai negara yang berdaulat dan terlepas dari dominasi non Islam. Hal ini lebih diperjelas lagi dengan esensi dari peristiwa hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah, bahwa dengan peristiwa hijrah tersebut akan tercipta dua kelompok komunitas politik yang besar, yaitu Islam dan non Islam, dimana umat Islam mempunyai komunitas ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net politik yang diwujudkan secara jelas dengan sebuah negara yang independen. Selain pemikiran dan impian Iqbal tentang terciptanya sebuah negara yang berdaulat sebenarnya ia menaruh perhatian terhadap nasib komunitas Islam India yang seakan-akan terabaikan dan tidak mendapat pengakuan secara pasti dari pemerintah ketika itu, terutama wilayah-wilayah yang secara kuantitas mereka adalah masyarakat yang mayoritas. Dalam pandangan Iqbal, kakbah merupakan simbol dan pusat persatuan umat Islam yang telah diakuai keberadaannya di seluruh dunia (cognizable centre of the entire Muslim world), akan tetapi umat Islam juga harus mempunyai sebuah pusat dan markas yang dapat diakui secara politik yang diwujudkan dalam bentuk negara, dimana dengan sebuah negara yang berdaulat dapat menjamin keberadaan dan kelangsungan hidup umat Islam di India sekaligus mereka dapat mengakui keberadaannya sebagai sebuah wilayah dan negara. Untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita Iqbal tentang keharusan akan terbentuknya sebuah negara terpisah dari India bagi komunitas Islam India, ia merumuskan teorinya secara eksplisit dengan menegaskan: “The principal of European democracy can not be applied to India without recognizing the facts of communal groups. The Muslim demand for the creation of a Mulim India is, therefore, perfectly justified. I would like to see the Punjab, North-Western Frontier ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net Province, Sind and Balochistan amalgamate into a single state. Self-Government within the British Empire, or without the British Empire, the formation of a consolidate Nort-West Indian Muslim state appears to me to be the final destiny of the Muslims at least of North-West India.” “Prinsip demokrasi Eropa tidak dapat diterapkan terhadap India tanpa mengakui keberadaan kelompok kumunitas. Umat Islam menuntut demi terciptanya sebuah negara muslim India sehingga secara menyeluruh dapat diakui. Saya ingin melihat Punjab, provensi NWF, Sind dan Balochistan bergabung ke dalam satu negara, mempunyai pemerintahan tersendiri dalam kerajaan Inggris, atau tanpa kerajaan Inggris, suatu bentuk kesatuan negara Muslim India bagian Utara-Barat yang nampak kepada saya dan akan menjadi tujuan akhir umat Islam, paling tidak bagian Utara-Barat India.” Semenjak tahun 1936-1937, untuk mewujudkan cita-cita tersebut Iqbal secara intens melakukan hubungan dan konsulidasi politik dengan Muhammad Ali Jinnah. Iqbal giat memberikan pandangan-pandangannya tentang terciptanya sebuah negara Islam terpisah (the creation of a separate Muslim state) dari India, dimana hal ini akan menjadi solusi yang tepat bagi umat Islam untuk hidup secara aman dan damai. Apa yang dicita-citakan Iqbal akhirnya tercapai meskipun ia tidak sempat menyaksikan kejayaan tersebut karena ia lebih dahulu meninggal dunia (1938) setelah menderita sakit. Pada tahun 1947 negara Republik Islam Pakistan terbentuk dan dideklarasikan sebagai negara terpisah dari India pada tanggal 12 Agustus. Ide dan gagasan tentang lahirnya negara Pakistan tidak dapat ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net dipungkiri dan dipisahkan dari upaya Muhammad Iqbal dalam ranah pemikiran modern dan politik semasa ia masih hidup. Muhammad Iqbal dikukuhkan sebagai Bapak Pendiri Pakistan (The Founding Father of Pakistan yang setiap tahun diperingati oleh rakyat Pakistan sebagai Iqbal Day (hari Iqbal). C. Karakteristik Pemikiran Modern Iqbal Muhammad Iqbal tidak hanya dikenal sebagai seorang penyair, filosof, politisi, pembaharu akan tetapi ia juga sebagai pemikir Islam di zaman modern. Ada beberapa karakteristik pemikiran modern Iqbal yaitu: 1. Kritikan terhadap Mistisisme Dalam dunia mistisisme, Muhammad Iqbal telah melakukan kritikan terhadap salah satu doktrin mistisisme yang telah diikuti oleh banyak orang, seperti konsep wahdat al-wuju>d . Iqbal mengecam para pengikut doktrin wahdat al-wuju>d yang cenderung mengantarkan kepada pemikiran politistik yang mengabaikan potensi individu seseorang untuk berkembang. Menurut Iqbal, ‘Ajami Tasawuf, tasawuf Persia adalah suatu bentuk monoteisme yang tidak ada hubungannya dengan Islam, dengan pengaruh doktrin tersebut, umat Islam telah kehilangan kekuatan dan spirit untuk berbuat, Iqbal menambahkan, “as far as the doctrine of wahdat al-wuju>d (monism) is concerned, the ulama have arrived at the consensus ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net that is totally un-Islamic,” bahwa sepanjang doktrin wahdat al-wuju>d menjadi perhatian, para ulama Islam sampai pada kesimpulan bahwa doktrin tersebut sama sekali tidak sesuai dengan Islam. Muhammad Iqbal sama sekali tidak setuju dan mengekritik keras sisi spekulasi kaum sufi karena akan menimbulkan alur dan cara berpikir yang tidak disiplin dan akhirnya melemahkan kekuatan berpikir umat Islam. Iqbal melihat bahwa negara Islam pada umumnya jauh terbelakang dari intelektual yang kritis dan umat Islam yang tidak berpikir tentunya tidak mempunyai personalitas yang tinggi untuk menuntun mereka. Meskipun Iqbal menentang sufisme pada level pemikiran teologi, akan tetapi ia juga tetap memegang beberapa ajaran sufisme seperti konsep fakr dan ‘Ishq (cinta) akan tetapi, menurut Iqbal, kaum su>fi menempatkannya pada tempat yang keliru. Iqbal melihat bahwa kehidupan sosial dan sistem bermasyarakat adalah hal yang lebih penting dalam Islam sementara kaum su>fi hanya terfokus dan terkonsentrasi dalam hal pribadi (ibadah) semata dan meninggalkan kehidupan bermasyarakat. 2. Reaksi Melawan Taqli>d Para modernis muslim, termasuk Muhammad Iqbal, berupaya melakukan rekonstruksi terhadap sistem kehidupan sosial masyarakat yang ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net berlandaskan pada prinsip Islam yang murni, akan tetapi perlu diketahui bahwa kehidupan sosial, agama, ekonomi maupun politik dalam masyarakat sehingga senantiasa mengalami perubahan yang harus membutuhkan reinterpretasi baru yang sesuai dengan perkembangan zaman dengan tidak mengabaikan prinsip Islam, dengan demikian taqli>d (blind imitation),mengikuti sesuatu secara buta) adalah suatu hal yang harus ditinggalkan. Hal serupa dipaparkan oleh Mazheruddin Siddiqi “how could a new society be formed and run on the thought processes of medieval jurists and the theologians whose social background was different,” bagaimana mungkin sebuah masyarakat baru dibentuk dan dijalankan di atas proses pemikiran para fuqaha> dan teolog yang hidup pada abad pertengahan dimana latar belakang sosial yang berbeda (dengan zaman sekarang). Dengan demikian, mengikuti atau meniru konsep orang-orang terdahulu tanpa mengetahui alasan dan dasar pemikirannya yang hidup pada abad pertengahan Islam untuk diaplikasikan pada zaman sekarang ini, tentunya akan menimbulkan kemunduran peradaban dunia Islam. Dalam hal ini Muhammad Iqbal mampu berada pada dua sisi, di satu sisi ia loyal terhadap para pendahulu dan di sisi lain ia sangat mencintai hal yang baru. Lebih dari itu, Iqbal memberikan sebuah ilustrasi bagaimana ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net seharusnya seseorang mampu menentukan nasibnya sendiri untuk mencapai sebuah kehidupan yang lebih baik, dimana seseorang dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melakukan sesuatu tanpa bergantung dan bertaqlid pada cara-cara lama yang telah dilakukan oleh orang-orang terdahulu. Meskipun demikian, sebagai seorang yang bijak dan mampu melihat sebuah persoalan dengan berbagai sudut pandang yang berbeda, termasuk persoalan taqli>d, ia menuntut agar mengikuti Rasulullah saw. Hanya dengan cara ini seseorang dapat menjadi kuat dan sukses, bahkan lebih dari itu, Iqbal menginginkan tidak hanya mengikuti Rasulullah tetapi juga mengikuti fatwa para fuqaha> terdahulu yang mempunyai kapabilitas dan integritas yang tinggi di zamannya, sebagaimana yang dinyatakan dalam karyanya, Asra>r I Rumu>z: Ijtihad during the time of decadence will break the unity of the community. It is much saver to follow the ancestral ways then follow the ijtiha>d of short-sight scholars. The intelligence and reason of your ancestors was not worn out by their self-interest. The work of sacred people are not defiled by their self-interest. Melakukan ijtiha>d pada saat terjadi kebobrokan akan memecah persatuan masyarakat sehingga lebih aman mengikuti jalan orang terdahulu (fatwa-fatwa para fuqaha>) dari pada mengikuti ijtihad para cendikiawan yang berwawasan sempit. Intelektualitas dan ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net argumen pendahulu kalian tidak dirusak oleh kepentingan pribadi mereka. Pekerjaan orang suci tidak dicemari oleh kepentingan pribadi mereka. Dari pemaparan Iqbal terlihat bahwa mengikuti para pendahulu, termasuk para mujtahi>d harus cermat, tidak hanya mengikuti dan menerima pendapat dan argumen mereka, tetapi harus memperhatikan bagaimana seorang berijtihad, tentunya ijtiha>d yang dilakuakan tidak didasari oleh kepentingan pribadi. Namun apa yang mereka lakukan dan pikirkan tentunya sesuai dengan kondisi dan latar belakang tertentu dan mungkin saja tidak sesuai dengan situasi dan konteks dimana kita hidup sekarang ini. Hal inilah yang membuat Iqbal merasa cemas sehingga seseorang harus senantiasa mengembangkan potensi kreativitas yang ia miliki dengan tidak terusmenerus bergantung kepada orang-orang terdahulu. 3. Rasionalitas dan Keterbatasannya Muhammad Iqbal bukanlah satu-satunya pemikir modern muslim yang menolak rasionalisme, meskipun secara pribadi ia sangat mengapresiasi nilai-nilai dan aspek rasionalitas, akan tetapi, rasionalisme dalam Islam berbeda dengan rasionalisme Barat. Rasionalisme Barat ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net dikembangkan oleh Rene Descarters yang berpendapat bahwa penggunaan prosedur tertentu dari akal saja dapat menemukan pengetahuan yang tak mungkin salah. Kita tidak dapat menemukan pengetahuan yang pasti secara mutlak dalam pengalamam indera. Pengetahuan harus dicari dalam akal pikiran (in the realm of the mind). Adapun aliran rasionalisme dalam khazanah pemikiran Islam biasanya ditujukan kepada aliran teologi yang paling banyak menggunakan rasio dan akal, yaitu aliran Mu’tazilah. Dengan pengertian itu, Muhammad Iqbal memasukkan aliran Mu’tazilah ke dalam aliran rasionalisme. Terhadap aliran ini ia menyatakan: The Mu’tazilah, conceiving religion merely as a body of doctrine and ignoring it as a vital act, took no notice of non-conceptual modes of approaching reality and reduced religion to a mere system of logical concepts ending in a purely negative attitude. The failed to see that in the domain of knowledge, scientific of religious, complete independence is not possible. Mu’tazilah menganggap bahwa agama hanyalah sebuah kumpulan doktrin dan mengabaikannya sebagai suatu keputusan yang penting, dan tidak memperhatikan pendekatan non-konseptual terhadap pendekatan realitas, dan menjadikan peran agama hanya sebagai sistem konsep logika yang berakhir pada sikap negatif. Ketidakmampuan melihat ini, dalam ranah ilmu pengetahuan maupun agama, maka kemerdekaan yang sesungguhnya mustahil terwujud. Kritik Iqbal terhadap aliran Mu’tazilah dapat dipahami bahwa ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net kekuatan akal adalah satu-satunya untuk memahami agama. Dengan demikian, hal-hal yang bersifat pengalaman keagamaan (religious experience) yang hanya dapat dikenali atau dialami secara langsung oleh intuisi di luar perhitungan Mu’tazilah. Meskipun demikian, dari sekian banyak pengikut rasionalisme, baik di Timur maupun di Barat, Iqbal tidak luput untuk memberikan apresiasi terhadap dimensi rasionalisme Emmanuel Kant (1724-1804) terkait dengan keterbatasan akal sebagaimana terlihat dalam pemaparan Iqbal: “His criticque of pure reason revealed the limitation on human reason and reduced the whole work of the rationalists to a heap of ruins. And justly has he been described as a God’s great gift to his country.” “Kritiknya terhadap akal murni telah menggambarkan tentang batas kekuatan akal manusia dan menurunkan derajat karya kaum rasionalis pada suatu timbunan puing-puing. Sungguh tepat jika digambarkan sebagai karunia Tuhan yang amat besar bagi negaranya.” Akan tetapi Iqbal menolak sikap Emmanuel Kant yang hanya berhenti pada tahap keterbatasan akal. Iqbal memahami bahwa pendirian Emmanuel Kant menggiring kepada kenyataan ketidakmungkinan adanya sesuatu yang metafisis. Bagi Emmanuel Kant, metafisik tidak mungkin. ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net Akibat pendapat itu lebih jauh menegaskan arti penting dari suatu agama. Transendensi seorang beragama terhadap sesuatu yang dianggap Tuhan, sebagai sesuatu yang metafisik, menjadi tidak bermakna, maka wajar jika Iqbal menanggapi pemikiran Emmanuel Kant tersebut secara cukup memadai. Dalam salah satu karyanya The Reconstruction of Religious Thought in Islam, pada bab Is Religion Possible menyatakan bahwa bukan hanya sekadar mungkin, tetapi suatu kenyataan. Agama yang dimaksud Iqbal adalah pengalaman keagamaan (religious experience) seorang beragama yang berhubungan secara batin dengan realitas terakhir atau Tuhan. Pernyataan Iqbal tersebut dapat dipahami bahwa pengalaman keagamaan itu tidak bisa dianalisis melalui filsafat yang hanya bertumpu pada rasionalitas. Pengalaman keagamaan tidak pula dapat dideteksi melalui tangkapan panca indera maupun dieksprimentasi sebagaimana yang dilakukan oleh para saintis. Dengan demikian, dapat dipahami pula bahwa Emmanuel Kant tidak melanjutkan penyelidikannya ke bidang agama dalam melacak yang metafisik. Iqbal melanjutkan penyelidikannya terhadap metafisik melalui pengalaman keagamaan. Emmanuel Kant dan Iqbal sebenarnya berangkat dari pernyataan yang sama, “Aku dapat” (I Can), tetapi hasil akhir yang ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net mereka dapatkan berbeda. Dalil tersebut digunakan oleh Emmanuel Kant hanya untuk mengobjektifikasi benda-benda material. Untuk ini, ia bertolak dari pertanyaan yang mendasar What can we know? Sedangkan Iqbal, di samping melakukan hal serupa yang dilakukan Emmanuel Kant tetapi ia tetap menyadari keterbatasan akal, karena rasionalisme lebih cenderung menolak hal-hal yang bersifat metafisik. 4. Ijtiha>d Dalam sejarah pemikiran Islam Muhammad Iqbal dianggap sebagai sosok yang mendukung gerakan ijtiha>d, baik dalam ranah agama maupun politik. Dalam karya-karyanya sangat jelas terlihat ia kerap kali mengulas tentang ijtiha>d dan menganggap bahwa kegagalan dalam mempraktekkan ijtiha>d merupakan penyebab utama kemunduran umat Islam sebab ijtiha>d adalah salah satu esensi hukum Islam yang bersumber dari al-Quran dan sunnah. Jauh sebelum Iqbal muncul dan terkenal di kawasan India, disana telah hadir seorang ulama bernama Qutb al-Din Ahmad ibn Abd al-Rahim yang dikenal dengan sebutan Syah Waliullah beserta putranya yang telah ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net gigih memperjuangkan gerakan ijtiha>d. Gerakan ini sangat jelas memberikan pengaruh terhadap banyak aspek kehidupan umat Islam India dan salah satu kontribusi terbesarnya adalah membangkitkan kembali gerakan ijtiha>d dan melakukan perlawanan terhadap para pemuka agama (mullah). Selain itu, hal ini merupakan salah satu upaya yang ia lakukan untuk membongkar praktek dan kebiasaan ulama yang kerap kali memonopoli persoalan-persoalan keagamaan. Kebanyakan ulama waktu itu melakukan interpretasi-interpretasi agama dengan pandangan yang sempit dan mempraktekkan ritual keagamaan hanya sebatas penampilan dan jauh dari substansi pelaksanaannya. Salah satu cara untuk mencegah kebiasaan ini, menurut Syah Waliullah adalah dengan meningkatkan pemahaman keagamaan umat Islam melalui pendidikan, hal ini terlihat dengan upaya kedua putranya Syah Rafi al-Din dan Syah Abd al-Qadir menerjemahkan al-Quran yang pertama kali ke dalam bahasa Urdu. Syah Waliullah dalam karyanya Hujja>t Alla>h al-Ba>ligha melihat bahwa pemahaman terhadap Islam perlu diterjemahkan secara luas dan umat Islam hendaknya memperlihatkan sikap toleran ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net sehingga risalah Islam dapat menjadi lebih dinamis. Dalam pandangan ini, Syah Waliullah menegaskan bahwa ijtiha>d merupakan instrumen yang sangat berguna untuk meninjau kembali pemahaman terhadap Islam sebagaimana terlihat dalam pernyataannya “time has come that the religious law of Islam should be brought into the open fully dressed in reason and argument,” saatnya telah tiba bahwa hukum agama Islam semestinya diperkenalkan secara terbuka dengan alasan dan argumen. Terlepas dari apa yang telah dilakukan oleh Syah Waliullah, hal serupa juga ditemukan oleh Iqbal lebih lagi setelah mencermati perjalanan sejarah umat ini bahwa telah terjadi perpecahan dalam masyarakat Islam baik secara internal maupun sektarian sehingga dunia Islam mengalami kemunduran termasuk dalam ranah politik yang semakin tidak menentu. Selain itu, dampak dan pengaruh Barat membuat golongan yang berpendidikan tinggi semakin jauh dari nilai-nilai keimanan mereka, sementara golongan yang tidak berpendidikan semakin dihadapkan dengan penafsiran keliru tentang Islam yang dilakukan oleh orang-orang yang berpikiran sempit sehingga dalam pandangan Iqbal hal ini merupakan proses deislamisasi (the process of de-Islamization). ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net Dengan melihat persoalan tersebut tidak mengherankan apabila dalam beberapa kesempatan Iqbal kerap kali mengeritik sikap ulama yang ia sebut dengan istilah mullah serta para pengikut sufi dengan ungkapannya: “The ulama have always been a source of great strength to Islam. But during the course of centuries, especially since the destruction of Bagdad, they became extremely conservative and would not allow any freedom of ijtihad. The Wahabi movement which was a source of inspiration to the nineteenth century. Muslim reformers was really a revolt against this rigidity of the ulama. The first objective of the nineteenth century Muslim reformers was a fresh orientation of the faith and a freedom to reinterpret the law in the light of advancing experience.” “Ulama senantiasa menjadi sumber kekuatan hebat buat Islam. Namun sepanjang abad, terutama sejak runtuhnya kota Bagdad, para ulama benar-benar menjadi konservatif dan tidak membiarkan adanya kebebasan berijtihad. Gerakan Wahabi yang telah menjadi sebuah sumber inspirasi pada abad ke sembilan belas, akan tetapi para pembaharu muslim sesungguhnya melakukan sebuah perlawanan terhadap kekukuhan ulama. Dengan demikian, tujuan utama bagi pembaharu muslim pada abad ke sembilan belas yaitu dengan melakukan orientasi penyegaran terhadap keyakinan dan kebebasan untuk menginterpretasi ulang terhadap hukum setelah mempertimbangkan aspek pengalaman yang berkembang.” Secara umum, dengan jelas terlihat bagaimana sikap Iqbal terhadap para ulama di zamannya, ia mengecam para mullah dan sufi yang telah memberikan interpretasi yang keliru terhadap al-Quran dan sunnah. Iqbal menegaskan bahwa para mullah dan sufi berupaya untuk menjelaskan risalah Allah dengan cara mereka sendiri, sehingga pengertian yang ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net sesungguhnya sangat jauh dari ketentuan Allah, malaikat Jibril dan Rasulullah pasti akan kaget jika melihat distorsi yang mereka lakukan. Bagi Iqbal agama merupakan sebuah kekuatan yang sangat penting yang memberikan stabilitas dan kemampuan untuk beradaptasi dengan masyarakat luas sehingga peran agama lebih dari hanya sekadar menciptakan persatuan maupun identitas sebagai umat beragama dan terlebih lagi agama Islam tentunya mempunyai fleksibilitas yang tinggi. Agama, menurut Iqbal, telah mengisi imajinasi dan aspek kehidupan manusia dengan kekuatan yang mampu membuka seluruh peluang untuk menjadi lebih baik dan berkembang. Mencermati situasi yang dihadapi umat Islam pada waktu itu, Iqbal menginginkan agar umat Islam dapat bangkit dari keterpurukan. Untuk keluar dari dilema ini, tentunya dibutuhkan personalitas yang tangguh untuk memimpin mereka, hal ini terlihat pada pernyataan dan keinginan Iqbal bahwa kondisi umat Islam pada abad ke 20 mengingatkan kita kembali pada kondisi kaum Kristiani sewaktu munculnya Martin Luter. Menurut Iqbal, umat Islam secara umum tidak mengetahui prestasi dan keberhasilan dari gerakan sebuah revolusi karena tidak adanya sosok pemimpin yang mempunyai kompetensi untuk membimbing mereka dalam sebuah ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net pergerakan. Dari pemikiran Iqbal terlihat dengan jelas bahwa ia benar-benar menaruh perhatian yang cukup serius terhadap situasi yang dihadapi oleh dunia Islam. Dengan pandangan ini, akhirnya Iqbal menyarankan Syed Sulaiman Nadvi untuk membangun pergerakan Islam, tentunya dengan harapan bahwa ulama Indo-Pakistan mampu menyiapkan sosok pemimpin bagi dunia Islam. Dalam pandangan Iqbal, untuk melepasakan umat Islam dari keterpurukan dan keterbelakangan maka salah satu cara yang ditawarkan adalah ijtiha>d. Bagi Iqbal, ijtiha>d adalah sebuah prinsip pergerakan dalam membangun Islam sebagaimana yang ia paparkan dalam karya besarnya The Reconstruction of Religious Thought in Islam: “What then is the principle of movement in the structure of Islam? This is known as ijtiha>d,” “Dengan demikian apa prinsip pergerakan dalam pembentukan Islam? Hal ini dikenal dengan ijtiha>d. Dalam urusan ijtiha>d, Iqbal memaparkan bahwa keempat aliran mazhab Islam (the four schools of Muslim jurisprudence) telah melakukan hal tersebut secara kontekstual yang berlaku di zamannya. Secara umum Iqbal memandang bahwa persoalan kehidupan umat manusia tidak mungkin diatur dengan suatu sistem dan prinsip-prinsip yang kaku (rigid principles), meskipun demikian di sana tetap harus dibutuhkan nilai-nilai yang permanen, akan tetapi secara bersamaan juga dibutuhkan ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net perubahan dan fleksibilitas sehingga dinamika kehidupan manusia tidak mengalami stagnasi. Dalam penerapannya, Iqbal melihatnya lebih jauh lagi bahwa perkembangan politik dan keagamaan yang terjadi pada awal abad ke 20 di Turki sangat menarik perhatian dan kekhawatiran. Kasus dan pengalaman yang terjadi di Turki ini membuat Iqbal terispirasi untuk mengembangkan sebuah konsep bahwa sebuah Dewan Legeslatif Nasional merupakan sebuah badan yang berkompeten untuk melakukan ijtiha>d dalam persoalan keagamaan dan politik dalam masyarakat muslim, bagi Iqbal kebebasan berijtihad yang disertai dengan pandangan bahwa untuk membangun kembali tatanan hukum syariat itu berdasarkan pada pemikiran modern dan pengalaman, “the freedom of ijtihad with a view to rebuild the laws of shariah in the light of modern thought and experience” . Dalam hal ini Iqbal memberikan pemaparannya tentang dinamika politik di Turki: “Let us now see how how the Grand National Assemble has exercised this power ijtihad in regard to the institution of Khilafat. According to Sunni Law, the appointment of an Imam or Khalifah is absolutely indispensible. The first questions that arises in this connenxion is this should be the Caliphate be vested in a single person? Turkey’s ijtihad that according to the spirit of Islam the Caliphate or Imamate can be vested in a body of persons or elected assembly. The religious doctors of Islam in Egypt and India, as far as I know, we have not yet expressed themselves on this point. Personally, I believe the Turkish view is perfectly sound. “Mari kita lihat sekarang Pertemuan Nasional Tingkat Tinggi telah ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net mempraktekkan kekuatan ijtiha>d ini terutama dalam hal institusi Khilafah. Menurut hukum Sunni, memilih seorang imam atau Khalifah adalah suatu kebutuhan yang absolut. Namun dalam hal ini, pertanyaan pertama yang muncul adalah apakah kekhalifaan itu harus diamanahkan kepada seseorang? Ijtihad Turki adalah, menurut spirit Islam, kekhalifaan atau Imam dapat diamanahkan dalam bentuk suatu badan tertentu yang terdiri dari beberapa orang atau sebuah perwakilan rakyat (elected assembly). Para ahli agama Islam di Mesir dan India, sepanjang yang saya ketahui, belum mengekspresikan pandangan mereka dalam persoalan ini. Secara pribadi, saya percaya bahwa pandangan Turki (tentang ijtiha>d) kedengarannya sempurna.” Selanjutnya Iqbal menyimpulkan pendapatnya terhadap pengalaman Turki dalam penerapan ijtiha>d dengan ungkapan: “the truth is that among the Muslim nations of today, Turkey alone has shaken off its dogmatic slumber, and attained to self consciousness. She alone has claimed her right of intellectual freedom” “yang benar bahwasanya di antara negara-negara Islam hari ini, hanya Turki satu-satunya yang telah membebaskan dirinya dari dogma yang menidurkan dan berhasil meraih kesadaran dirinya. Hanya dia satu-satunya yang telah menuntut hak kebebasan intelektualnya.” Setelah mengkaji karya-karya Muhammad Iqbal terlihat dengan jelas dan tidak diragukan bahwa di sana tidak ada ruang untuk melakukan taqlid karena bertentangan dengan agama. Iqbal sangat percaya bahwa kesempurnaan risalah al-Quran bukan berarti bahwa implimentasi dari prinsip-prinsip Islam pada masa lalu, baik dalam ranah sosial, agama, ekonomi maupun politik, untuk menutup dan menghalangi penerapan ijtiha>d di masa yang akan datang. Ijtiha>d merupakan bagian yang ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net terintegrasi ke dalam prinsip pergerakan Islam, selain itu ijtiha>d memberikan doktrin keislaman yang sifatnya sangat dinamis dan universal dalam aplikasinya. Ini menunjukkan bahwa Iqbal benar-benar mendukung agar umat Islam melakukan reinterpretasi terhadap prinsip-prinsip keislaman sehingga mereka mampu menghadapi setiap persoalan yang seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman. D. Karya-karya Iqbal Iqbal dianggap sebagai seorang penulis yang sangat produktif dan semasa hidupnya ia turut memberikan kontribusi positif terhadap khazanah pemikiran Islam, hal ini terlihat dari berbagai hasil karyanya yang telah dipublikasikan. Selain itu, karya-karya Iqbal tidak hanya berupa buku tetapi juga ia mempunyai sejumlah artikel, materi kuliah, ceramah dan hasil wawancara yang mengulas berbagai aspek, dengan demikian banyak di antara peneliti dan pemikir muslim menjadikan karya Iqbal sebagai objek kajian dan pembahasan ilmiah. Lebih dari itu, semasa hidupnya ia juga giat melakukan surat-menyurat dengan berbagai kalangan, seperti para pemuka agama, jurnalis, politisi demikian pula dengan kaum cendikiawan. Dalam proses interaksi yang dilakukan melalui persuratan Iqbal mampu mengungkapkan pandangan, ide dan pemikirannya. Berikut ini peneliti akan menguraikan ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net sejumlah hasil karya Muhammad Iqbal. 1. Ilmul-Iqtis}a>d (Studi tentang Ekonomi) Buku ini ditulis pada tahun 1903 sewaktu Iqbal menjadi asisten professor pada Government College Lahore, ini merupakan hasil karya Iqbal yang pertama. Buku ini mencerminkan sejumlah ide Iqbal tentang kehidupan sosial ekonomi yang meliputi tentang perburuhan, kapital, keuntungan, kepentingan, pertumbuhan penduduk dan perdagangan internasional. Karya Iqbal ini ditulis tidak terlepas dari anjuran gurunya Thomas Arnold. 2. Tarikh-i-Hind (Sejarah India) Buku ini terkait dengan sejarah India, dimana buku tersebut sempat dijadikan sebagai bahan pembelajaran pada mata pelajaran sejarah di sekolah-sekolah menengah pertama sekitar tahun 1913-1914. 3. The Development of Metaphysics in Persia: A Contribution to the History of Muslim Philosophy. Karya ini merupakan disertasi Iqbal dalam meraih gelar doktor di Universitas Munich pada tahun 1908. Buku ini terdiri dari enam bab yang ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net mencakup tentang sejarah pemikiran keagamaan Persia, perkembangan aliran Neo Platonisme Aristoteles di Persia, rasionalisme Islam, kontroversi antara realisme dan idialisme, sufisme dan aliran perkembangan pemikiran Persia. 4. Asrar-i-Khudi (Rahasia Ego) Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1915. Karya ini memuat sejumlah bait syair yang disampaikan dalam bahasa Persia, selain itu, ia memaparkan suatu landasan filosofis kehidupan yang bersandar pada kekuatan ego. Ego dalam pandangannya tidak hanya mengandung arti kesombongan dan kebanggaan, tetapi lebih dari itu, ego merupakan suatu daya kreativitas dan kesadaran yang melekat kuat pada diri manusia yang mampu mengubah keadaan manusia untuk lebih sempurna. Setelah lima tahun buku ini diterbitkan, Dr. R.A. Nicholson menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris yang akhirnya menarik perhatian para cendikiawan Barat untuk dikaji, meskipun hal ini menimbulkan kritikan bahwa pemikiran Iqbal telah diwarnai dengan pemikiran Barat dan ia mencoba menanamkan pemikiran tersebut di kalangan umat Islam. 5. Rumuz-e-Bekhudi (Misteri Peniadaan Ego/Pribadi) Buku ini merupakan lanjutan dari Asrar-i-Khudi berupa kumpulan syair-syair berbahasa Persia yang diterbitkan pada tahun 1918. Dalam karyanya ini, Iqbal menawarkan konsep tentang peran dan keberadaan para ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net Insan Kamil yang harus bekerja sama secara kolektif dengan masyarakatnya untuk mewujudkan kekhalifaan di muka bumi, menurut Iqbal bahwa kumpulan Insa>n Ka>mil dalam masyarakat merupakan suatu kesatuan ego yang mampu melakukan perubahan, perkembangan dan perlindungan terhadap masyarakat. 6. Payam-e-Mashriq (Sebuah Pesan dari Timur) Buku ini memuat kumpulan syair-syair berbahasa Persia yang diterbitkan pada tahun 1923. Karya ini merupakan respon dari seorang penyair German terkenal, Goethe, ia menganggap bahwa dunia Eropa telah diliputi oleh pandangan yang materialistis, dengan demikian ia menginginkan bahwa dunia Timur sanggup memberikan sebuah pesan pengharapan yang mampu menghidupkan nilai-nilai spiritual di tengah-tengah mereka. Oleh karena itu, lewat karya Iqbal tersebut ia memperingatkan Eropa tentang pentingnya moral dan nilai-nilai spiritual dalam suatu masyarakat. Ketika Universitas Kabul akan didirikan, Iqbal mendapat undangan dari raja Amanullah Khan, sebagai penguasa Afghanistan, dan pada kesempatan tersebut Iqbal mempersembahkan karyanya Payam-e-Mashriq kepada sang raja. 7. Bang-e-Dara (Genta Lonceng) Karya ini terbit di Lahore pada tahun 1924 dengan menggunakan ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net bahasa Urdu. Secara keseluruhan buku ini terbagi ke dalam tiga bagian, bagian pertama, memuat syair-syair yang digubahnya hingga tahun1905. Terdapat enam puluh satu lirik yang ia tulis sejak ia mulai menggubah syair hingga ia berangkat ke Eropa pada tahun 1905. Bagain kedua, gubahan antara 1905-1908 bagian ini digubah selama Iqbal berada di Eropa, dalam gubahan ini terdapat kurang lebih tiga puluh lirik yang isinya mengandung ekspresi perasaan Iqbal selama awal masa menetap di Eropa. Bagian ketiga, gubahan antara tahun 1908-1924, terdapat kurang lebih delapan puluh lirik. Pada bagian ini memuat syair-syair yang berhubungan dengan keagamaan dan manifestasi dari kecintaan Iqbal terhadap Islam. 8. Zabur-e-‘Ajam Buku ini merupakan koleksi syair-syair Persia yang diterbitkan pada tahun 1927. Buku ini terdiri dari dua bagian, pada bagian pertama memuat syair dan lirik yang pendek, sedangkan bagian kedua merupakan mathnawi dimana Iqbal memunculkan beberapa pertanyaan seputar filsafat kemudian ia menjawabnya sendiri melalui tinjauan pengetahuan modern, selain itu terdapat juga mathnawi Bandagi Nama yang mempunyai pesan tentang perang melawan perbudakan dan menghentikan segala bentuk penindasan terhadap manusia. Dalam karya ini sebagian penulis menganggap bahwa Zabur-e-‘Ajam merupakan koleksi syair-syair Persia Iqbal yang mempunyai kualitas dan standar yang tinggi. ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net 9. Reconstruction of Religious Thought in Islam Buku ini adalah salah satu karya monumental Iqbal yang ia tulis dengan penuh kesungguhan dan pengorbanan. Selain itu, buku ini sesungguhnya bersumber dari materi perkuliahan yang ia bawakan di Madras dimana tiap perkuliahan mempunyai judul dan kajian yang berbeda, terdiri dari tujuh bab pembahasan utama yang meliputi tentang pengalaman keagamaan, konsep tentang ketuhanan, ego, kebudayaan Islam, prinsip pergerakan yang terstruktur dalam Islam. 10. Javid Nama Buku ini diterbitkan dalam bahasa Persia pada tahun 1032 yang dianggap sebagai kumpulan syair tandingan yang pernah ditulis oleh Dante dalam karyanya Divine Comedy, bahkan dalam buku ini digambarkan suatu perjalanan jauh, dimana Iqbal menemui gurunya Rumi kemudian naik ke atas dan berdialog dengan para penduduk langit. Ia bertemu dengan para reformis seperti Jamaluddin al-Afghani dan Said Halim Pasha, penjajah seperti Kitchner, munafik seperti Hallaj dan bertemu dengan para pemikir dan pengarang seperti Ghalib, Nietzsche, Tahir Ghani Kashmiri. 11. Pasche Bayad Kard Ai Aqwam-I Syarq (Kemudian apa yang engkau lakukan wahai Bangsa Timur) Buku ini ditulis dalam bahasa Persia dan diterbitkan pada tahun 1936. Buku ini dimulai dengan nasehat-nasehat Rumi kepada Iqbal, ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net demikian pula membahas tentang konsep tauhi>d, akhlaq, problema mistisisme dan kesatuan umat. Ketika ia kembali dari Kabul, Iqbal menulis pengalamannya ke dalam mathnawi yang berjudul Musa>fir yang juga menjadi bagian dari buku ini. Dalam masthnawi tersebut ia memberikan pujian dan penghargaan kepada Nadir Syah tentang prilaku dan sumbangsinya terhadap masyarakat Afghanistan. 12. Bal-i-Jibril (Sayap Jibril) Diterbitkan pada tahun 1935 dengan pengantar bahasa Urdu. Buku ini membahas tentang ego, kesempurnaan seorang mukmin, kebebasan, perjuangan, kemerdekaan dan cinta. Dalam salah satu mathnawinya yang berjudul Saginama ia memaparkan tentang kemerosotan sistem politik tradisional yang bersandar pada sistem imprialisme dan eksploitasi, selain itu Iqbal mengingatkan umat Islam agar menyadari keterbelakangannya dan mengispirasi mereka untuk bangkit dari keterpurukan. 13. Zarb-i-Kalim (Tongkat Nabi Musa) Buku ini merupakan karya Iqbal yang terakhir diterbitkan semasa ia hidup dalam bahasa Urdu pada tahun 1936, dengan sub judul Ailan-i-Jang Daur-i-Hazar Kai Khilaf (Deklarasi Perlawanan terhadap Zaman Kontemporal). Buku ini terbagi ke dalam beberapa bagian yang mengulas tentang Islam dan muslim, pendidikan, perempuan, seni dan sastra, politik ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net Timur dan Barat. Buku ini memuat syair-syair pendek yang sebagian besar mengandung kritik terhadap peradaban kontemporal Barat, pemikiran Mihrab Gul Khan. Karya ini dipersembahkan kepada Sir Hamidullah Khan sebagai penguasa Bhopal. 14. Armughan-i-Hijaz (Hadiah dari Hijaz) Menjelang kematia Iqbal, ia sibuk menyusun buku ini dan diterbitkan setelah ia meninggal pada tahun 1938. Sebagian besar buku ini memuat syair-syair berbahasa Persia. Syair-syair yang ia tulis sangat kaya dan imajinatif, terutama pada bait-bait syair berbahasa Urdu yang dimulai dengan Iblis Ki Majlis-i-Syura (Majlis Permusyawaratan Setan), inti dari pada syair-syair tersebut menggambarkan tentang kebingungan para elit politik dan idiologi politik yang ada serta dampaknya terhadap dunia Islam. Karya-karya Iqbal tetap diterbitkan, baik semasa ia masih hidup dan setelah ia meninggal pada tahun 1038, meskipun demikian Iqbal sesungguhnya mempunyai ambisi untuk membangun banyak proyek, kajian dan riset keislaman, bahkan ia ingin mengarang sebuah buku yang berjudul Islam As I Understand it, akan tetapi belum terwujud sampai ia meninggal dunia. Meskipun Iqbal telah tiada dan tidak melihat apa yang ia cita-citakan, bukan berarti semuanya berhenti dan tidak terealisasi, akan tetapi para ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net penerus Iqbal, termasuk pemerintah Pakistan telah melakukan upaya nyata untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita Iqbal. Hal ini terbukti dengan didirikannya Iqbal Academy pada tahun 1951 yang sampai hari ini masih berdiri dengan megah di kota Lahore. ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net