Download BAB III SKETSA KEHIDUPAN MUHAMMAD IQBAL A. Masa Kecil

Survey
yes no Was this document useful for you?
   Thank you for your participation!

* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project

Document related concepts
no text concepts found
Transcript
BAB III
SKETSA KEHIDUPAN MUHAMMAD IQBAL
A. Masa Kecil dan Pendidikan Iqbal
Muhammad Iqbal dikenal sebagai Indo-Pakistan politisi, pemikir,
penulis, penyair dan filosof Islam, lahir di Sialkot, bagian Barat Pakistan,
provensi Punjab 9 November 1877. Kakeknya bernama Muhammad Rafiq
berasal dari Looehar, sebuah perkampungan di daerah Kashmir. Tak lama
setelah tahun 1857 keluarga ini meninggalkan kampung halamannya akibat
kekerasan dan tindakan brutal yang dilakukan oleh penguasa Hindu Dogra.
Meskipun keluarga ini tidak pernah lagi kembali ke Kashmir, tetapi
kenangan kampung halaman dan masyarakatnya tidak pernah padam dalam
ingatan Iqbal. Hal inilah yang membuat Iqbal bercita-cita untuk
mempersembahkan kemerdekaan kepada Kashmir dan rakyatnya.
Ayah Muhammad Iqbal, Nur Muhammad, lahir di Sialkot yang
berprofesi sebagai penjahit yang dianggap sebagai sosok yang religius
sehingga Iqbal lahir dan tumbuh dalam keluarga dan lingkungan yang taat
menjalankan agama. Saudara laki-laki tertuanya bernama Ata’ Muhammad
yang menikahi seorang puteri pensiunan militer yang kemudian ia menjadi
seorang insinyur dan bekerja dalam lingkungan militer. Ata’ sebagai
pembuka jalan buat Iqbal untuk maju dan berkembang dalam kehidupan
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
selanjutnya. Semenjak di Sialkot Iqbal menempuh pendidikan dasarnya di
madrasah (sekolah agama) dan berguru kepada seorang ulama, Maulana
Syed Mir Hassan (1844-1929) yang terkenal ahli pada bidang sastra Arab
dan Persia. Mir Hasan mengetahui bahwa Iqbal adalah anak yang cerdas
dan dengan Mir Hasan ia menekuni Sastra Arab dan Persia, selanjutnya Mir
Hasan menyarankan Iqbal untuk melanjutkan pendidikannya di Scotch
Mission College di Sialkot dan kemudian masuk di sekolah pemerintah di
Lahore.
Selama Iqbal menempuh pendidikan di Government College
Lahore, ia berhasil meraih prestasi terbaik dan mendapat predikat cum
laude, terutama pada bidang Sastra Urdu, Arab dan Persia. Selanjutnya ia
mendapat beasiswa untuk tingkat magister pada bidang Filsafat. Selama dua
tahun Iqbal berhasil menyelesaikan pendidikannya pada bidang filsafat di
bawah bimbingan Sir Tomas Arnold dan mendapat penghargaan gold
medal. Tomas Arnol dikenal sebagai guru besar dan pembimbing favorit
Iqbal yang memberikan inspirasi kepadanya untuk melanjutkan pendidikan
ke Eropa.
Setelah menyelesaikan magister pada bidang filsafat, Iqbal diangkat
sebagai asisten guru besar bahasa Inggris di Islamia College dan
Government College, Lahore. Pada tahun 1905 Iqbal berangkat ke Eropa
dan menempuh pendidikan di Inggris dan Jerman. Sewaktu di London ia
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
kuliah di Lincoln’s Inn untuk memenuhi kwalifikasi di Trinity College of
Cambridge University dan ia terdaftar sebagai mahasiswa jurusan filsafat,
selama menempuh perkuliahan, Iqbal juga tengah mempersiapkan disertasi
di Munic Univesity, German.
Ketika ia di Berlin, pihak universitas memberikan Iqbal kesempatan
untuk tinggal di kampus selama dua semester dan selanjutnya ia
menyerahkan disertasinya yang berjudul The Development of Metaphysics
in Persia. Disertasi ini memuat beberapa aspek tentang mistisisme Islam
yang sebelumnya tidak dikenal luas oleh masyarakat Barat. Setelah ia
berhasil mempertahankan ujian disertasi tersebut, ia diberi gelar doktor pada
bidang filsafat.
Memperhatikan kiprah pendidikan Iqbal, ia mampu meraih prestasi
yang sangat memuaskan. Ketika di Government College, Iqbal mendapat
penghargaan tertinggi sebanyak dua kali dengan meraih medali emas, yaitu
pada saat ia memperoleh gelar B. A. (Bachelor of Art) dan M. A. (Master of
Art). Tiga tahun di Eropa, ia meraih tiga gelar formal B. A. di bidang Seni,
advokat, dan doktor di bidang filsafat. Prestasi ini tentunya dapat dipandang
sangat membanggakan pada abad modern.
B. Karir Iqbal
Banyak hal yang dilakukan oleh Iqbal dengan prestasi besar
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
sehingga banyak pula gelar yang dialamatkan kepadanya seperti penyair,
praktisi, pemikir dan filosof. Berikut ini beberapa karir Muhammad Iqbal
yang lebih banyak dikenal oleh berbagai kalangan:
1. Pendidik
Sesaat setelah Iqbal menyelesaikan doktornya, ia dipilih sebagai
guru besar di bidang Sastra Arab di Universitas London selama enam bulan.
Ketika Iqbal kembali dari Eropa ia diangkat sebagai guru besar pada bidang
Filsafat dan Sastra Bahasa Inggris di Government College, Lahore.
2. Advokasi
Selain itu, Iqbal juga aktif menjalankan profesinya sebagai praktisi
hukum, meskipun demikian ia sangat terkenal sebagai seorang penyair, baik
di India maupun di Pakistan, dimana syair-syairnya banyak dihafal dan
bahkan dijadikan sebagai ajang kompetisi dalam berbagai kesempatan dan
perlombaan.
3. Penyair
Bakat kepenyairan Iqbal telah tampak ketika masih menempuh
pendidikan di Scotish Mission. Bakatnya sebagai seorang penyair sangat
luar biasa dan untuk mengukur kehebatan syair gubahannya, ia
mengirimkan beberapa naskah syairnya kepada Dagh, seorang penyair yang
terkenal dalam bahasa Urdu, untuk dikoreksi dan meminta saran-sarannya.
Dagh menjawabnya bahwa syair gubahan Iqbal tidak perlu dikoreksi karena
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
sudah baik.
Penyair, penulis, filosof, ahli bahasa, ahli hukum, politisi, guru,
begitulah sang jenius Muhammad Iqbal. Seorang yang mempunyai berbagai
kecakapan dan keahlian luar biasa, terlebih lagi dalam panggung politik,
baik di negerinya demikian pula di dunia internasional.
4. Iqbal dan Politik
Ketika Iqbal melihat dan memikirkan persoalan kehidupan umat
manusia, khususnya keadaan umat Islam di negerinya ia menemukan
banyak keganjilan baik sosial maupun politik. Semenjak runtuhnya dinasti
Mughal di India pada tahun 1857, kondisi umat Islam semakin
memprihatinkan, bahkan mereka cenderung memperlihatkan sikap putus asa
dan pasrah terhadap keadaan yang mereka hadapi.
a. Teori politik
Setelah melihat realitas kehidupan yang terjadi di sana, Iqbal
melakukan upaya keras untuk menemukan kembali semangat hidup
masyarakatnya dengan memberikan inspirasi baru, dimana ia akhirnya
mengembangkan
teori
dan
konsep
politik yang
bertujuan
untuk
meregenerasi dan membangkitkan mereka dari keterpurukan. Ego (khu>di),
manusia sempurna (mukmin) dan masyarakat (milla>t) merupakan teori
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
politik yang ia telah formulasikan dalam bentuk keberanian (courage),
kekuatan (strength), kekuasaan (power), kesungguhan dan kerja keras
(determination).
1) Ego (khu>di)
Secara umum konsep Iqbal tentang ego sesungguhnya muncul
sebagai reaksi terhadap keterpurukan dan keadaan frustrasi yang melanda
mayarakat muslim terutama dalam ranah politik, hal ini terlihat dengan jelas
dalam karyanya Asra>r I Khu>di yang ia selesaikan selam dua tahun.
Sebelum terlalu jauh mengulas konsep Iqbal tentang ego (khu>di),
terlebih dahulu harus dipahami maknanya. Khu>di yang berarti kepuasan
dan kesenangan serta arogansi. Dalam karyanya, Asra>r I Khu>di,
dijelaskan dengan tegas bahwa esensi dari pada ego sangat penting,
kehidupan alam semesta berkembang dalam kekuatan ego. Di sini tentunya
sangat jelas bahwa esensi ego itu adalah kekuatan yang mampu memberikan
superioritas kepada seseorang dari yang lain.
Dari pemaparan tersebut, kita dapat melihat dengan jelas bahwa
kekuatan dan ambisi merupakan nilai-nilai yang aktif (activating virtues)
dan mengarahkan kepada perubahan, inovasi dan kreativitas. Hal yang
stagnan dalam pandangan Iqbal merupakan suatu kematian fisik dan
spiritual (physical and spiritual death) karena suatu perubahan tidak akan
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
terjadi dengan sendirinya, perubahan membutuhkan sebuah dorongan dan
ambisi positif yang bersumber dari dalam untuk menciptakan takdir baru.
Dengan demikian, inisiatif untuk mengembangkan ego harus datang
dari diri seseorang, lebih dari itu Iqbal menganggap bahwa seseorang yang
tidak mempunyai inisiatif untuk berkembang maka ia berada pada tingkatan
benda yang telah mati:
“if man does not take iniciative, if he does not evolve the inner
richness of his being, if he ceases to feel the inward push of
advanceing life, then the spirit within him turns into stone and he is
reduced to the level of dead matter.”
“jika seseorang tidak melakukan inisiatif, jika dia tidak
mengembangkan kekayaan (potensi) yang berada dalam dirinya, jika
dia berhenti merasakan dalam dirinya tekanan terhadap
perkembangan kehidupan, maka spirit dalam dirinya berubah
menjadi batu dan dia diturunkan pada derajat benda mati.”
Konsep ego pada diri Iqbal sangat jelas bahwa ego merupakan
sumber kekuatan (power) dan kekuasaan yang sesungguhnya tidak dapat
dipisahkan dengan ranah politik, dan tidak berlebihan mana kalah dikatakan
bahwa kekuasaan dan politik adalah sesuatu yang menyatu. Iqbal
mempercayai bahwa kekuatan tidak kalah pentingnya dengan visi seseorang
dalam hidupnya, visi tanpa kekuatan dalam kehidupan sosial tentunya tidak
bermanfaat dan tidak mampu menciptakan sesuatu.
Meskipun demikian, hal yang terpenting untuk diketahui bahwa ego
itu tidak serta merta muncul dan berkembang dengan sendirinya, akan tetapi
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
melalui usaha dan kerja keras yang dilandasi oleh cinta (ishq). Peranan cinta
terhadap ego, dalam pandangan Iqbal sungguh sangat penting karena cinta
merupakan suatu fenomena kreatif yang mampu menggerakkan seseorang
untuk mencapai keberhasilan.
Menurut Iqbal, ego akan tetap menjadi kreatif apabila berada pada
suasana tegangan yang berkelanjutan, dan manakala tegangan tersebut
berhenti maka hal ini membawa manusia tidak mampu melakukan aktivitas.
Dengan demikian tegangan yang ada juga mempunyai peran penting untuk
menjadikan ego semakin kreatif.
2) Manusia Sempurna
Untuk memahami teori politik Iqbal secara utuh tentunya terlebih
dahulu harus dipahami tentang konsep manusia sempurna (the perfect man)
yang merupakan aspek terpenting dalam pemikiran Muhammad Iqbal.
Konsep tentang manusia sempurna (al-insa>n al-ka>mil) dalam dunia
mistisisme tentunya telah dikaji oleh beberapa tokoh terkenal dalam sejarah
perkembangan mistisisme Islam seperti ibnu Arabi> ataupun al-Ji>li>,
meskipun Iqbal terlihat menantang prinsip dan ajaran mendasar mistisisme
karena dianggap dapat mematikan kepribadian dan cenderung melemahkan
ego seseorang. Iqbal telah mengakui bahwa Rasulullah saw merupakan
contoh yang tepat sebagai manusia sempurna tanpa dikaitkan dengan
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
pandangan banyak orang tentang mistisisme.
Manusia sempurna dalam pandangan Iqbal adalah seorang mukmin
yang memiliki kualitas yang luar biasa, dan itu merupakan kekuatan, visi,
perbuatan dan kebijaksanaan. Kualitas seperti inilah yang terdapat pada
karakter dan kepribadian Rasulullah, dimana seorang mukmin harus mampu
menguasai nasib perjalanan hidupnya dan selanjutnya ia mampu mencapai
suatu kesempurnaan yang utuh. Mukmin dengan kesempurnaan bentuknya
mampu mengubah nasib dan menentukan nasibnya sendiri (Momin in his
perfect form, can revolutionize fate and make his own destiny).
Meskipun demikian, konsep Iqbal tentang manusia sempurna juga
tidak terlepas dari kritik sebagian orang yang menganggap bahwa konsep
manusia sempurna yang ditawarkan Iqbal merupakan pengaruh dari
Nietzsche yang disebut sebagai superman. Terlepas dari konsep tersebut,
dimana mereka keduanya terfokus pada manusia sempurna yang menjadikan
kekuatan dan kekuasaan sebagai salah satu ukurannya, namun harus
dipahami bahwa landasan dan pijakan mereka tentunya berbeda, bahkan
saling bertolak belakang.
Tentang manusia sempurna Iqbal melihatnya melalui pandangan
al-Quran yang mempercayai tentang ketuhanan sementara Nietzsche
melalui pendekatan dan pemahaman ateis meskipun keduanya menyetujui
bahwa kekuatan dan kekuasaan mempunyai peran penting dalam tatanan
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
kehidupan sosial manusia, sebagaimana yang dikatakan Nietzsche“where I
found the living, there I found will to power, and even in the will of those
who serve I found the will to be master,” “dimanapun aku menemukan
kehidupan, di sana aku menemukan keinginan untuk berkuasa, dan bahkan
terdapat pada keinginan orang yang melayani akupun menemukan keinginan
untuk menjadi penguasa.”
Dari pandangan Nietzsche terlihat bahwa ia tidak memperhitungkan
aspek karakter manusia yang mempunyai sisi kelemahan. Baginya,
kekuasaan dan kebaikan adalah satu dan kekuasaan merupakan jalan untuk
menuju kesuksesan dan kebahagiaan.
Lebih dari itu, Nietzsche juga memberikan kecamannya terhadap
agama Kristen dan memberikan apresiasi terhadap Islam sebagai suatu
agama pergerakan yang dinamis, dan mempunyai keinginan yang kuat
terhadap kekuasaan sebagaimana yang ia ungkapkan:
“Islam is a thousand times right in despising Christianity. Islam
presupposes men. Christianity has cheated us out of the harvest of
ancient culture, later it cheated us again, out of the harvest of the
culture of Islam. The wonderful world of the Moorish culture of
Spain, really more closely related to us, more congenial to our
senses and tastes than Rome and Greece, was trampled down.
“Islam seribu kali lipat jauh lebih baik dari pada Kristen. Islam
mengakui keberadaan manusia. Sesungguhnya Kristen telah menipu
kita keluar dari budaya kuno, kemudian ia menipu kita lagi, keluar
dari peradaban Islam. Kehebatan peradaban bangsa Moris di Spanyol
benar-benar lebih dekat dan berhubungan dengan kita, lebih sesuai
dengan perasaan dan selera kita dari pada bangsa Romawi dan
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
Yunani yang telah runtuh.”
Dari pemaparan tersebut, Neitzsche sangat mendukung kekuatan
maupun kekuasaan dan memberikan apresiasi kontribusi positif Islam
terhadap peradaban umat manusia, dan ini merupakan kekaguman Iqbal
terhadap Neitzsche, meskipun ia tidak menyamakan dirinya dengan
Neitzsche yang mempunyai pemahaman ateisme. Konsep super man
Neitzsche tidak bertolak pada prinsip agama maupun moral dan etika yang
tentunya bertentangan dengan pijakan Iqbal.
Selain itu, konsep manusia sempurna dalam pandangan Iqbal juga
berbeda dengan konsep dan ajaran mistisisme yang cenderung menolak
potensi manusia untuk menentukan nasibnya sendiri, bahkan menimbulkan
sikap fatalism dan pasrah terhadap kehidupan. Dalam hal ini Iqbal
menginginkan bahwa manusia mampu menjadi manusia sempurna yang
sesungguhnya dengan menggali segala potensi yang terdapat dalam dirinya
sehingga kualitas spiritual dan intelektual yang mereka miliki dapat terus
meningkat dan berkembang sebagaimana Rasulullah yang ia jadikan sebagai
contoh yang tepat sebagai manusia sempurna.
3) Masyarakat Islam (milla>t)
Pandangan Iqbal terhadap perkembangan ego kepribadian seseorang
secara idealis dapat dimengerti, namun hal ini menimbulkan pertanyaan
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
bahwa bagaimana seseorang dengan kepribadiannya yang unik itu dapat
berhubungan dengan suatu komunitas kemasyarakatan. Konsep pemikiran
Iqbal tentang hubungan antara kepribadian seseorang dengan masyarakatnya
merupakan tema penting dalam ranah pemikiran politik Iqbal.
Suatu hal yang sangat mendasar untuk dipahami bahwa pada
dasarnya manusia merupakan makhluk sosial dan seseorang dapat
melangsungkan hidupnya manakala ia melakukan adaptasi terhadap
lingkungan dan masyarakat yang ada disekitarnya, yakni individu dan
masyaraka saling mencerminkan satu sama lain dan individu itu muncul
dalam masyarakat:
“Man is a social being and can only live in the society of his fellow
men. The individual and the millat reflect each other, the individual
is elevated through the millat and the millat is organized through
individuals.”
“Manusia merupakan makhluk sosial yang hanya mampu hidup
dalam masyarakatnya. Individu dan masyarakat saling mencerminkan
satu sama lain, individu muncul melalui masyarakat dan masyarakat
terorganisir melalui individu.”
Iqbal memandang dan mempercayai bahwa suatu masyarakat Islam
mempunyai asas dan prinsip yang berdasarkan konsep tauhi>d dan risalah
kenabian yang mempunyai faktor penting dalam membentuk tatanan
kemasyarakatan yang utuh sehingga mampu menyatukan dunia Islam yang
terbagi-bagi dalam beberapa kelompok masyarakat dan bangsa, (the vital
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
factor in uniting the Muslims of the world as a separate entity in the
community of nations.”
Dari pemaparan tersebut terlihat dengan jelas bahwa tujuan utama
dan hasil dari pada tauhid dan risalah kenabian yang terakhir adalah
terbentuknya suatu masyarakat Islam yang tidak dibatasi oleh letak teritorial
dan geografis tertentu. Islam adalah tujuan akhir, dengan kata lain, suatu
masyarakat Islam menuntut untuk menyatukan hati dan keimanan ketimbang
menyatukan ras, dan teritorial.
Iqbal menambahkan dalam karyanya Ara>r I Rumu>z bahwa
Rasulullah
meninggalkan
tanah
kelahirannya
untuk
menyelesaikan
persoalan kemasyarakatan dan negeri umat Islam, dengan kebijaksanaan
Rasulullah ia mendirikan suatu masyarakat yang berlandaskan syahadat
dengan tujuan menyatukan persatuan umat manusia:
”The object of the Prophood of Muhammad is to establish the
fundamental unity of mankind on the basis of equality, liberty and
fraternity. It was a message of human equality in social status and
legal rights. It has been the mission of every messenger to establish
an ethical ideal and a system of life.”
“Tujuan utama kenabian Muhammad saw adalah untuk membangun
persatuan umat manusia yang berdarkan persamaan, kebebasan dan
kesatuan. Itu merupakan risalah setiap nabi untuk membangun suatu
tatanan etika dan sistem kehidupan.”
Prinsip persatuan yang tidak terikat oleh letak geografis tertentu, ras,
warna kulit maupun bahasa membawa Iqbal pada suatu konsep Pan-Islam
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
yang marak disuarakan para pembaharu Islam pada awal abad ke 19 seperti
Jamaluddin al-Afghani.
Hubungan antara individu dan masyarakat dalam pandangan Iqbal
tentunya mempunyai hubungan timbal-balik dan tidak dapat dipisahkan
sebab suatu masyarakat merupakan buah dari individu karena ia berada
dalam masyarakat itu sendiri, dimana ia mampu mengembangkan potensi
dan karakter yang ia miliki sehingga dengan sendirinya individu itu
mendapat penghormatan dan pengakuan sebagai anggota masyarakat, dan
masyarakat dapat terorganisasi melalui individu.
Selain itu hal yang sangat mendasar untuk membangun suatu
masyarakat, dalam pandangan Iqbal, adalah kekuatan karena fungsi dan
aktivitas suatu masyarakat termotivasi dari kekuatan dan semangat yang
kuat, sehingga persatuan yang muncul dalam masyarakat dapat tercapai
manakala anggota dan individu tersebut dapat menyatu. Penyatuan dan
integrasi dari beberapa individu ini akan melahirkan karakteristik yang unik
dari sebuah masyarakat.
Untuk menjaga keutuhan dan stabilitas suatu masyarakat ataupun
suatu bangsa, kekuatan (power) dan agama (religion) merupakan hal sangat
utama, Iqbal menegaskan: “power without religion is lust and religion
without power is mysticism,” “kekuatan tanpa agama adalah ketidakstabilan
dan agama tanpa kekuatan adalah mistisisme.” Dan untuk mengetahui
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
pandangan ini dapat dipahami melalui konsep jama>l (beauty) dan jala>l
(grandeur).
Dalam pandangan Iqbal antara jama>l dan jala>l harus dipadukan
karena kehidupan manusia mempunyai arti dan tujuan manakala keduanya
dapat dipadukan dan harus berjalan secara beriringan dalam kehidupan
manusia itu sendiri, Iqbal menegaskan:
“life acquires meaning and purpose only when jama>l and jala>l
are combined in the life of man and community. Unless both sides of
the reality are comprehended, the fullness of human existence will
remain illusive. Material conquest and spiritual triumph must go
hand in hand to create that dynamism which is so essential for the
survival and progress of the community.”
“hidup hanya mempunyai arti dan tujuan manakala jama>l dan
jala>l itu dipadukan dalam kehidupan seseorang dan masyarakat.
Jika kedua sisi realitas tersebut tidak dipahami, maka keberadaan
manusia secara utuh akan tetap menjadi ilusi. Penaklukan terhadap
materi dan keberhasilan spiritual harus beriringan untuk menciptakan
suatu yang dinamis dimana hal itu sangat penting untuk
keberlangsungan dan perkembangan suatu masyarakat.”
Dari pemaparan Iqbal dapat dipahami bahwa untuk membangun
suatu masyarakat yang kuat, berdaulat dan sempurna harus dipadukan
antara aspek materi, fisik maupun spiritual, dan yang tak kalah pentingnya
untuk melengkapi sisi-sisi tersebut harus dilengkapi dengan nilai etika dan
moral yang tinggi, (without moral enrichment physical power will remain
incompleted). Dengan demikian aspek materi dan non materi tidak dapat
dipisahkan dari nilai-nilai moral untuk mewujudkan suatu tatanan
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
masyarakat yang utuh.
b. Pemikiran Politik
1) Nasionalisme
Persoalan nasionalisme menarik perhatian Iqbal dalam hidupnya,
semenjak ia kembali dari Eropa pada tahun 1908 pandangan-pandangannya
tentang nasionalisme benar-benar berubah dan antipati terhadap konsep
nasionalisme Eropa. Kritik Iqbal terhadap Nasionalisme Barat berdasarkan
aspek moral, spiritual dan faktor politik, lebih dari itu, ia melihat bahwa
doktrin nasionalisme Barat tidak mengedepankan nilai-nilai moral dan
spiritual, demikian pula aspek politik mereka tidak dikontrol dengan prinsip
moral.
Iqbal menyadari bahwa persoalan sosial dan organisasi politik
dalam Islam tidak dapat dilandasi dengan sistem kerajaan ataupun batas
territorial, bahkan istilah kebangsaan (qaumiya>t) dan patriotisme
(wathaniaya>t) merupakan hal yang mengkhawatirkan terhadap sistem
politik Islam apabila tidak barengi dengan nilai-nilai moral dan etika yang
luhur. Arti kata qaum (bangsa), menurut Iqbal adalah asal mulanya berarti
kerajaan yang merupakan bentuk organisasi sosial yang dikenal di Arab
pada zaman Rasulullah saw.
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
Terlepas dari itu, Iqbal tetap mengakui bahwa dengan nasionalisme
ini negara-negara Islam dapat terbentuk, baik itu Syiria, Palestina dan Iraq
akan tetapi di satu sisi ia merasa khawatir apabila umat Islam malah terpaku
pada nasionalisme yang dibatasi oleh teritorial dan melupakan prinsip
kemanusiaan.
Iqbal menolak nasionalisme dalam pengertian sekuler tetapi
mendukung nasionalisme yang berdasarkan prinsip Islam dan tauhid. Ia
menganggap bahwa kebangsaan akan menjadi sintimen spiritual untuk
bersatu yang tidak hanya terbatas pada wilayah tertentu, latar belakang
tradisi, suku, kebiasaan maupun bahasa, akan tetapi hanya dengan prinsip
tauhi>d mampu menyatukan umat manusia.
Melihat adanya rencana untuk mendirikan negara Islam di Asia
Selatan, secara spiritual, tentunya akan menyatukan mereka, akan tetapi
secara politik mereka belum bersatu sehingga Iqbal melontarkan gagasannya
tentang pembentukan gabungan negara Islam (League of Islamic Nations)
dengan harapan bahwa dalam gabungan negara-negara Islam ini muslim
India dapat berpartisipasi dan memberikan sumbangsih terhadap persatuan
dan stabilitas di dunia Islam (it would be in this League of Muslim
Countries that Indian Muslims would participate and contribute to the unity
and stability of the Muslim World).
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
Nasionalisme Islam dalam pandangan Iqbal sebagai kesadaran suatu
bangsa dan masyarakat yang beragama dan berkarakter serta mempunyai
kebebasan bergerak dari segala bentuk penjajahan. Pada kesempatan lain,
Iqbal sesungguhnya menerima nasionalisme dalam pengertian sikap
patriotisme terhadap wilayah dan tanah air bahwa kecintaan seseorang
terhadap tempat kelahirannya merupakan sentimen kecintaan yang mulia,
sehingga dengan kecintaan dan kepercayaan tersebut mampu mendorong
seseorang untuk berkorban untuk kemaslahatan tanah airnya sebagaimana
yang tertera dalam surat Iqbal yang dikirimkan kepada Jawaharlal Nehru,
“Nationalism in the sense of love of one’s country and even readiness to die
for its honour is a part of the Muslim faith.” “Nasionalisme dalam
pengertian kecintaan seseorang terhadap negerinya dan bahkan ia ingin mati
demi kehormatan negerinya hal ini merupakan bagian dari keimanan
seorang muslim.”
Dari pernyataan Iqbal dapat dipahami bahwa nasionalisme
merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang sehingga dapat
menumbuhkan sikap patriotisme untuk membela dan menjaga kedaulatan
negerinya. Berpijak dari konsep tersebut Iqbal menuntut agar komunitas
umat Islam India berupaya mewujudkan kebebasannya untuk mendirikan
negara yang terpisah dari India yang dikuasai oleh mayoritas komunitas
Hindu.
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
2) Negara Islam Modern
Pandangan Iqbal tentang negara Islam tidak terlepas dari suatu
pemahaman yang sangat mendasar bahwa negara Islam merupakan
gambaran dari suatu komunitas yang mempunyai satu keyakinan yang sama,
sementara tujuan dari terbentuknya sebuah negara Islam adalah untuk
mengambil prinsip-prinsip Islam dan berupaya secara maksimal untuk
menerapkannya dalam komunitas masyarakat.
Bagi Iqbal, negara Islam mempunyai dua pilar utama, yaitu tauhi>d
(Unity of God) dan kerasulan Muhammad saw. sebagai nabi terakhir yang
diutus untuk membawa kehidupan dan membentuk tatanan masyarakat yang
berasaskan kebebasan, persamaan dan persaudaraan.
Sementara
tauhi>d
merupakan
suatu
prinsip
yang
akan
mengantarkan kebersamaan, persamaan, solidaritas dan kebebasan. Selain
itu, tauhi>d dalam pandangan Iqbal sebagai jiwa dan tubuh masyarakat kita
(tauhid is the soul and body of our community.)
Hal yang perlu diketahui bahwa hukum Islam dalam pandangan
Iqbal merupakan sesuatu yang sangat mendasar demi terciptanya suatu
negara Islam, sebagaimana halnya peran masyarakat Islam dianggap sebagai
suatu kekuatan moral politik di Asia Selatan. Untuk menerapkan hukum
tersebut, maka akan dibutuhkan suatu negara Islam.
3) Gagasan tentang Lahirnya Negara Pakistan
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
Dalam beberapa tema tulisan dan pemikiran Iqbal tentang persatuan
umat Islam (Pan-Islam) yang ia wacanakan sejak tahun 1908 sampai ia
meninggal 1938, Iqbal tidak memisahkan politik dari nasionalisme dan
mencoba memberikan korelasi yang erat dengan agama maupun budaya.
Dengan demikian Iqbal menolak konsep dualisme pemisahan antara agama
dan urusan negara (churce and state) sebagaimana yang berkembang dalam
masyarakat modern Barat, Iqbal memaparkan:
“the conclusion to which Europe is consequently driven is that
religion is a private affairs of the individual, and has nothing to do
with what is called man’s temporal life. Islam does not bifurcate the
unity of man into an irreconcilable duality of spirit and matter. In
Islam God and universe, spirit and matter, church and state are
organic to each other.”
“sebagai kesimpulan bahwa Eropa diliputi dengan pemikiran bahwa
agama merupakan suatu hal yang pribadi dan individual, dan tidak
ada hubungannya dengan kronologis kehidupan manusia. Islam tidak
memisahkan kesatuan manusia ke dalam suatu dualisme ruh dan
materi yang saling bertentangan. Dalam Islam Tuhan dan alam, ruh
dan materi, agama dan negara saling bersatu padu.”
Dari pemaparan Iqbal terlihat dengan jelas bahwa Islam tidak
mungkin dapat dipisahkan dari urusan kenegaraan yang pada gilirannya
menuntut agar umat Islam harus mempunyai negara yang berdaulat dan
terlepas dari dominasi non Islam. Hal ini lebih diperjelas lagi dengan esensi
dari peristiwa hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah, bahwa dengan
peristiwa hijrah tersebut akan tercipta dua kelompok komunitas politik yang
besar, yaitu Islam dan non Islam, dimana umat Islam mempunyai komunitas
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
politik yang diwujudkan secara jelas dengan sebuah negara yang
independen.
Selain pemikiran dan impian Iqbal tentang terciptanya sebuah
negara yang berdaulat sebenarnya ia menaruh perhatian terhadap nasib
komunitas Islam India yang seakan-akan terabaikan dan tidak mendapat
pengakuan
secara
pasti
dari
pemerintah
ketika
itu,
terutama
wilayah-wilayah yang secara kuantitas mereka adalah masyarakat yang
mayoritas. Dalam pandangan Iqbal, kakbah merupakan simbol dan pusat
persatuan umat Islam yang telah diakuai keberadaannya di seluruh dunia
(cognizable centre of the entire Muslim world), akan tetapi umat Islam juga
harus mempunyai sebuah pusat dan markas yang dapat diakui secara politik
yang diwujudkan dalam bentuk negara, dimana dengan sebuah negara yang
berdaulat dapat menjamin keberadaan dan kelangsungan hidup umat Islam
di India sekaligus mereka dapat mengakui keberadaannya sebagai sebuah
wilayah dan negara.
Untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita Iqbal tentang keharusan
akan terbentuknya sebuah negara terpisah dari India bagi komunitas Islam
India, ia merumuskan teorinya secara eksplisit dengan menegaskan:
“The principal of European democracy can not be applied to India
without recognizing the facts of communal groups. The Muslim
demand for the creation of a Mulim India is, therefore, perfectly
justified. I would like to see the Punjab, North-Western Frontier
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
Province, Sind and Balochistan amalgamate into a single state.
Self-Government within the British Empire, or without the British
Empire, the formation of a consolidate Nort-West Indian Muslim
state appears to me to be the final destiny of the Muslims at least of
North-West India.”
“Prinsip demokrasi Eropa tidak dapat diterapkan terhadap India tanpa
mengakui keberadaan kelompok kumunitas. Umat Islam menuntut
demi terciptanya sebuah negara muslim India sehingga secara
menyeluruh dapat diakui. Saya ingin melihat Punjab, provensi NWF,
Sind dan Balochistan bergabung ke dalam satu negara, mempunyai
pemerintahan tersendiri dalam kerajaan Inggris, atau tanpa kerajaan
Inggris, suatu bentuk kesatuan negara Muslim
India bagian
Utara-Barat yang nampak kepada saya dan akan menjadi tujuan akhir
umat Islam, paling tidak bagian Utara-Barat India.”
Semenjak tahun 1936-1937, untuk mewujudkan cita-cita tersebut
Iqbal secara intens melakukan hubungan dan konsulidasi politik dengan
Muhammad Ali Jinnah. Iqbal giat memberikan pandangan-pandangannya
tentang terciptanya sebuah negara Islam terpisah (the creation of a separate
Muslim state) dari India, dimana hal ini akan menjadi solusi yang tepat bagi
umat Islam untuk hidup secara aman dan damai.
Apa yang dicita-citakan Iqbal akhirnya tercapai meskipun ia tidak
sempat menyaksikan kejayaan tersebut karena ia lebih dahulu meninggal
dunia (1938) setelah menderita sakit. Pada tahun 1947 negara Republik
Islam Pakistan terbentuk dan dideklarasikan sebagai negara terpisah dari
India pada tanggal 12 Agustus.
Ide dan gagasan tentang lahirnya negara Pakistan tidak dapat
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
dipungkiri dan dipisahkan dari upaya Muhammad Iqbal dalam ranah
pemikiran modern dan politik semasa ia masih hidup. Muhammad Iqbal
dikukuhkan sebagai Bapak Pendiri Pakistan (The Founding Father of
Pakistan yang setiap tahun diperingati oleh rakyat Pakistan sebagai Iqbal
Day (hari Iqbal).
C. Karakteristik Pemikiran Modern Iqbal
Muhammad Iqbal tidak hanya dikenal sebagai seorang penyair,
filosof, politisi, pembaharu akan tetapi ia juga sebagai pemikir Islam di
zaman modern. Ada beberapa karakteristik pemikiran modern Iqbal yaitu:
1. Kritikan terhadap Mistisisme
Dalam dunia mistisisme, Muhammad Iqbal telah melakukan
kritikan terhadap salah satu doktrin mistisisme yang telah diikuti oleh
banyak orang, seperti konsep wahdat al-wuju>d . Iqbal mengecam para
pengikut doktrin wahdat al-wuju>d yang cenderung mengantarkan kepada
pemikiran politistik yang mengabaikan potensi individu seseorang untuk
berkembang. Menurut Iqbal, ‘Ajami Tasawuf, tasawuf Persia adalah suatu
bentuk monoteisme yang tidak ada hubungannya dengan Islam, dengan
pengaruh doktrin tersebut, umat Islam telah kehilangan kekuatan dan spirit
untuk berbuat, Iqbal menambahkan, “as far as the doctrine of wahdat
al-wuju>d (monism) is concerned, the ulama have arrived at the consensus
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
that is totally un-Islamic,” bahwa sepanjang doktrin wahdat al-wuju>d
menjadi perhatian, para ulama Islam sampai pada kesimpulan bahwa doktrin
tersebut sama sekali tidak sesuai dengan Islam.
Muhammad Iqbal sama sekali tidak setuju dan mengekritik keras
sisi spekulasi kaum sufi karena akan menimbulkan alur dan cara berpikir
yang tidak disiplin dan akhirnya melemahkan kekuatan berpikir umat Islam.
Iqbal melihat bahwa negara Islam pada umumnya jauh terbelakang dari
intelektual yang kritis dan umat Islam yang tidak berpikir tentunya tidak
mempunyai personalitas yang tinggi untuk menuntun mereka.
Meskipun Iqbal menentang sufisme pada level pemikiran teologi,
akan tetapi ia juga tetap memegang beberapa ajaran sufisme seperti konsep
fakr dan ‘Ishq (cinta) akan tetapi, menurut Iqbal, kaum su>fi
menempatkannya pada tempat yang keliru. Iqbal melihat bahwa kehidupan
sosial dan sistem bermasyarakat adalah hal yang lebih penting dalam Islam
sementara kaum su>fi hanya terfokus dan terkonsentrasi dalam hal pribadi
(ibadah) semata dan meninggalkan kehidupan bermasyarakat.
2. Reaksi Melawan Taqli>d
Para modernis muslim, termasuk Muhammad Iqbal, berupaya
melakukan rekonstruksi terhadap sistem kehidupan sosial masyarakat yang
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
berlandaskan pada prinsip Islam yang murni, akan tetapi perlu diketahui
bahwa kehidupan sosial, agama, ekonomi maupun politik dalam masyarakat
sehingga senantiasa mengalami perubahan yang harus membutuhkan
reinterpretasi baru yang sesuai dengan perkembangan zaman dengan tidak
mengabaikan
prinsip
Islam,
dengan
demikian
taqli>d
(blind
imitation),mengikuti sesuatu secara buta) adalah suatu hal yang harus
ditinggalkan.
Hal serupa dipaparkan oleh Mazheruddin Siddiqi “how could a new
society be formed and run on the thought processes of medieval jurists and
the theologians whose social background was different,” bagaimana
mungkin sebuah masyarakat baru dibentuk dan dijalankan di atas proses
pemikiran para fuqaha> dan teolog yang hidup pada abad pertengahan
dimana latar belakang sosial yang berbeda (dengan zaman sekarang).
Dengan demikian, mengikuti atau meniru konsep orang-orang terdahulu
tanpa mengetahui alasan dan dasar pemikirannya yang hidup pada abad
pertengahan Islam untuk diaplikasikan pada zaman sekarang ini, tentunya
akan menimbulkan kemunduran peradaban dunia Islam.
Dalam hal ini Muhammad Iqbal mampu berada pada dua sisi, di
satu sisi ia loyal terhadap para pendahulu dan di sisi lain ia sangat mencintai
hal yang baru. Lebih dari itu, Iqbal memberikan sebuah ilustrasi bagaimana
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
seharusnya seseorang mampu menentukan nasibnya sendiri untuk mencapai
sebuah kehidupan yang lebih baik, dimana seseorang dituntut untuk lebih
kreatif dan inovatif dalam melakukan sesuatu tanpa bergantung dan
bertaqlid pada cara-cara lama yang telah dilakukan oleh orang-orang
terdahulu.
Meskipun demikian, sebagai seorang yang bijak dan mampu
melihat sebuah persoalan dengan berbagai sudut pandang yang berbeda,
termasuk persoalan taqli>d, ia menuntut agar mengikuti Rasulullah saw.
Hanya dengan cara ini seseorang dapat menjadi kuat dan sukses, bahkan
lebih dari itu, Iqbal menginginkan tidak hanya mengikuti Rasulullah tetapi
juga mengikuti fatwa para fuqaha> terdahulu yang mempunyai kapabilitas
dan integritas yang tinggi di zamannya, sebagaimana yang dinyatakan dalam
karyanya, Asra>r I Rumu>z:
Ijtihad during the time of decadence will break the unity of the
community. It is much saver to follow the ancestral ways then
follow the ijtiha>d of short-sight scholars. The intelligence and
reason of your ancestors was not worn out by their self-interest.
The work of sacred people are not defiled by their self-interest.
Melakukan ijtiha>d pada saat terjadi kebobrokan akan memecah
persatuan masyarakat sehingga lebih aman mengikuti jalan orang
terdahulu (fatwa-fatwa para fuqaha>) dari pada mengikuti ijtihad
para cendikiawan yang berwawasan sempit. Intelektualitas dan
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
argumen pendahulu kalian tidak dirusak oleh kepentingan pribadi
mereka. Pekerjaan orang suci tidak dicemari oleh kepentingan
pribadi mereka.
Dari pemaparan Iqbal terlihat bahwa mengikuti para pendahulu,
termasuk para mujtahi>d harus cermat, tidak hanya mengikuti dan
menerima pendapat dan argumen mereka, tetapi harus memperhatikan
bagaimana seorang berijtihad, tentunya ijtiha>d yang dilakuakan tidak
didasari oleh kepentingan pribadi.
Namun apa yang mereka lakukan dan pikirkan tentunya sesuai
dengan kondisi dan latar belakang tertentu dan mungkin saja tidak sesuai
dengan situasi dan konteks dimana kita hidup sekarang ini. Hal inilah yang
membuat Iqbal merasa cemas sehingga seseorang harus senantiasa
mengembangkan potensi kreativitas yang ia miliki dengan tidak terusmenerus bergantung kepada orang-orang terdahulu.
3. Rasionalitas dan Keterbatasannya
Muhammad Iqbal bukanlah satu-satunya pemikir modern muslim
yang
menolak
rasionalisme,
meskipun
secara
pribadi
ia
sangat
mengapresiasi nilai-nilai dan aspek rasionalitas, akan tetapi, rasionalisme
dalam Islam berbeda dengan rasionalisme Barat. Rasionalisme Barat
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
dikembangkan oleh Rene Descarters yang berpendapat bahwa penggunaan
prosedur tertentu dari akal saja dapat menemukan pengetahuan yang tak
mungkin salah. Kita tidak dapat menemukan pengetahuan yang pasti secara
mutlak dalam pengalamam indera. Pengetahuan harus dicari dalam akal
pikiran (in the realm of the mind). Adapun aliran rasionalisme dalam
khazanah pemikiran Islam biasanya ditujukan kepada aliran teologi yang
paling banyak menggunakan rasio dan akal, yaitu aliran Mu’tazilah.
Dengan pengertian itu, Muhammad Iqbal memasukkan aliran
Mu’tazilah ke dalam aliran rasionalisme. Terhadap aliran ini ia menyatakan:
The Mu’tazilah, conceiving religion merely as a body of doctrine
and ignoring it as a vital act, took no notice of non-conceptual
modes of approaching reality and reduced religion to a mere system
of logical concepts ending in a purely negative attitude. The failed to
see that in the domain of knowledge, scientific of religious, complete
independence is not possible.
Mu’tazilah menganggap bahwa agama hanyalah sebuah kumpulan
doktrin dan mengabaikannya sebagai suatu keputusan yang penting,
dan tidak memperhatikan pendekatan non-konseptual terhadap
pendekatan realitas, dan menjadikan peran agama hanya sebagai
sistem konsep logika yang berakhir pada sikap negatif.
Ketidakmampuan melihat ini, dalam ranah ilmu pengetahuan maupun
agama, maka kemerdekaan yang sesungguhnya mustahil terwujud.
Kritik Iqbal terhadap aliran Mu’tazilah dapat dipahami bahwa
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
kekuatan akal adalah satu-satunya untuk memahami agama. Dengan
demikian, hal-hal yang bersifat pengalaman keagamaan (religious
experience) yang hanya dapat dikenali atau dialami secara langsung oleh
intuisi di luar perhitungan Mu’tazilah.
Meskipun demikian, dari sekian banyak pengikut rasionalisme, baik
di Timur maupun di Barat, Iqbal tidak luput untuk memberikan apresiasi
terhadap dimensi rasionalisme Emmanuel Kant (1724-1804) terkait dengan
keterbatasan akal sebagaimana terlihat dalam pemaparan Iqbal:
“His criticque of pure reason revealed the limitation on human
reason and reduced the whole work of the rationalists to a heap of
ruins. And justly has he been described as a God’s great gift to his
country.”
“Kritiknya terhadap akal murni telah menggambarkan tentang batas
kekuatan akal manusia dan menurunkan derajat karya kaum
rasionalis pada suatu timbunan puing-puing. Sungguh tepat jika
digambarkan sebagai karunia Tuhan yang amat besar bagi
negaranya.”
Akan tetapi Iqbal menolak sikap Emmanuel Kant yang hanya
berhenti pada tahap keterbatasan akal. Iqbal memahami bahwa pendirian
Emmanuel Kant menggiring kepada kenyataan ketidakmungkinan adanya
sesuatu yang metafisis. Bagi Emmanuel Kant, metafisik tidak mungkin.
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
Akibat pendapat itu lebih jauh menegaskan arti penting dari suatu agama.
Transendensi seorang beragama terhadap sesuatu yang dianggap Tuhan,
sebagai sesuatu yang metafisik, menjadi tidak bermakna, maka wajar jika
Iqbal menanggapi pemikiran Emmanuel Kant tersebut secara cukup
memadai. Dalam salah satu karyanya The Reconstruction of Religious
Thought in Islam, pada bab Is Religion Possible menyatakan bahwa bukan
hanya sekadar mungkin, tetapi suatu kenyataan. Agama yang dimaksud
Iqbal adalah pengalaman keagamaan (religious experience) seorang
beragama yang berhubungan secara batin dengan realitas terakhir atau
Tuhan.
Pernyataan Iqbal tersebut dapat dipahami bahwa pengalaman
keagamaan itu tidak bisa dianalisis melalui filsafat yang hanya bertumpu
pada rasionalitas. Pengalaman keagamaan tidak pula dapat dideteksi melalui
tangkapan panca indera maupun dieksprimentasi sebagaimana yang
dilakukan oleh para saintis.
Dengan demikian, dapat dipahami pula bahwa Emmanuel Kant
tidak melanjutkan penyelidikannya ke bidang agama dalam melacak yang
metafisik. Iqbal melanjutkan penyelidikannya terhadap metafisik melalui
pengalaman keagamaan. Emmanuel Kant dan Iqbal sebenarnya berangkat
dari pernyataan yang sama, “Aku dapat” (I Can), tetapi hasil akhir yang
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
mereka dapatkan berbeda. Dalil tersebut digunakan oleh Emmanuel Kant
hanya untuk mengobjektifikasi benda-benda material. Untuk ini, ia bertolak
dari pertanyaan yang mendasar What can we know? Sedangkan Iqbal, di
samping melakukan hal serupa yang dilakukan Emmanuel Kant tetapi ia
tetap menyadari keterbatasan akal, karena rasionalisme lebih cenderung
menolak hal-hal yang bersifat metafisik.
4. Ijtiha>d
Dalam sejarah pemikiran Islam Muhammad Iqbal dianggap sebagai
sosok yang mendukung gerakan ijtiha>d, baik dalam ranah agama maupun
politik. Dalam karya-karyanya sangat jelas terlihat ia kerap kali mengulas
tentang ijtiha>d dan menganggap bahwa kegagalan dalam mempraktekkan
ijtiha>d merupakan penyebab utama kemunduran umat Islam sebab
ijtiha>d adalah salah satu esensi hukum Islam yang bersumber dari
al-Quran dan sunnah.
Jauh sebelum Iqbal muncul dan terkenal di kawasan India, disana
telah hadir seorang ulama bernama Qutb al-Din Ahmad ibn Abd al-Rahim
yang dikenal dengan sebutan Syah Waliullah beserta putranya yang telah
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
gigih memperjuangkan gerakan ijtiha>d.
Gerakan ini sangat jelas memberikan pengaruh terhadap banyak
aspek kehidupan umat Islam India dan salah satu kontribusi terbesarnya
adalah
membangkitkan
kembali
gerakan
ijtiha>d
dan
melakukan
perlawanan terhadap para pemuka agama (mullah). Selain itu, hal ini
merupakan salah satu upaya yang ia lakukan untuk membongkar praktek
dan kebiasaan ulama yang kerap kali memonopoli persoalan-persoalan
keagamaan.
Kebanyakan ulama waktu itu melakukan interpretasi-interpretasi
agama dengan pandangan yang sempit dan mempraktekkan ritual
keagamaan
hanya
sebatas
penampilan
dan
jauh
dari
substansi
pelaksanaannya.
Salah satu cara untuk mencegah kebiasaan ini, menurut Syah
Waliullah adalah dengan meningkatkan pemahaman keagamaan umat Islam
melalui pendidikan, hal ini terlihat dengan upaya kedua putranya Syah Rafi
al-Din dan Syah Abd al-Qadir menerjemahkan al-Quran yang pertama kali
ke dalam bahasa Urdu. Syah Waliullah dalam karyanya Hujja>t Alla>h
al-Ba>ligha melihat bahwa pemahaman terhadap Islam perlu diterjemahkan
secara luas dan umat Islam hendaknya memperlihatkan sikap toleran
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
sehingga risalah Islam dapat menjadi lebih dinamis.
Dalam pandangan ini, Syah Waliullah menegaskan bahwa ijtiha>d
merupakan instrumen yang sangat berguna untuk meninjau kembali
pemahaman terhadap Islam sebagaimana terlihat dalam pernyataannya
“time has come that the religious law of Islam should be brought into the
open fully dressed in reason and argument,” saatnya telah tiba bahwa
hukum agama Islam semestinya diperkenalkan secara terbuka dengan alasan
dan argumen.
Terlepas dari apa yang telah dilakukan oleh Syah Waliullah, hal
serupa juga ditemukan oleh Iqbal lebih lagi setelah mencermati perjalanan
sejarah umat ini bahwa telah terjadi perpecahan dalam masyarakat Islam
baik secara internal maupun sektarian sehingga dunia Islam mengalami
kemunduran termasuk dalam ranah politik yang semakin tidak menentu.
Selain itu, dampak dan pengaruh Barat membuat golongan yang
berpendidikan tinggi semakin jauh dari nilai-nilai keimanan mereka,
sementara golongan yang tidak berpendidikan semakin dihadapkan dengan
penafsiran keliru tentang Islam yang dilakukan oleh orang-orang yang
berpikiran sempit sehingga dalam pandangan Iqbal hal ini merupakan proses
deislamisasi (the process of de-Islamization).
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
Dengan melihat persoalan tersebut tidak mengherankan apabila
dalam beberapa kesempatan Iqbal kerap kali mengeritik sikap ulama yang ia
sebut dengan istilah mullah serta para pengikut sufi dengan ungkapannya:
“The ulama have always been a source of great strength to Islam.
But during the course of centuries, especially since the destruction of
Bagdad, they became extremely conservative and would not allow
any freedom of ijtihad. The Wahabi movement which was a source of
inspiration to the nineteenth century. Muslim reformers was really a
revolt against this rigidity of the ulama. The first objective of the
nineteenth century Muslim reformers was a fresh orientation of the
faith and a freedom to reinterpret the law in the light of advancing
experience.”
“Ulama senantiasa menjadi sumber kekuatan hebat buat Islam.
Namun sepanjang abad, terutama sejak runtuhnya kota Bagdad, para
ulama benar-benar menjadi konservatif dan tidak membiarkan
adanya kebebasan berijtihad. Gerakan Wahabi yang telah menjadi
sebuah sumber inspirasi pada abad ke sembilan belas, akan tetapi
para pembaharu muslim sesungguhnya melakukan sebuah
perlawanan terhadap kekukuhan ulama. Dengan demikian, tujuan
utama bagi pembaharu muslim pada abad ke sembilan belas yaitu
dengan melakukan orientasi penyegaran terhadap keyakinan dan
kebebasan untuk menginterpretasi ulang terhadap hukum setelah
mempertimbangkan aspek pengalaman yang berkembang.”
Secara umum, dengan jelas terlihat bagaimana sikap Iqbal terhadap
para ulama di zamannya, ia mengecam para mullah dan sufi yang telah
memberikan interpretasi yang keliru terhadap al-Quran dan sunnah. Iqbal
menegaskan bahwa para mullah dan sufi berupaya untuk menjelaskan
risalah Allah dengan cara mereka sendiri, sehingga pengertian yang
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
sesungguhnya sangat jauh dari ketentuan Allah, malaikat Jibril dan
Rasulullah pasti akan kaget jika melihat distorsi yang mereka lakukan.
Bagi Iqbal agama merupakan sebuah kekuatan yang sangat penting
yang memberikan stabilitas dan kemampuan untuk beradaptasi dengan
masyarakat luas sehingga peran agama lebih dari hanya sekadar
menciptakan persatuan maupun identitas sebagai umat beragama dan
terlebih lagi agama Islam tentunya mempunyai fleksibilitas yang tinggi.
Agama, menurut Iqbal, telah mengisi imajinasi dan aspek kehidupan
manusia dengan kekuatan yang mampu membuka seluruh peluang untuk
menjadi lebih baik dan berkembang.
Mencermati situasi yang dihadapi umat Islam pada waktu itu, Iqbal
menginginkan agar umat Islam dapat bangkit dari keterpurukan. Untuk
keluar dari dilema ini, tentunya dibutuhkan personalitas yang tangguh untuk
memimpin mereka, hal ini terlihat pada pernyataan dan keinginan Iqbal
bahwa kondisi umat Islam pada abad ke 20 mengingatkan kita kembali pada
kondisi kaum Kristiani sewaktu munculnya Martin Luter. Menurut Iqbal,
umat Islam secara umum tidak mengetahui prestasi dan keberhasilan dari
gerakan sebuah revolusi karena tidak adanya sosok pemimpin yang
mempunyai kompetensi untuk membimbing mereka dalam sebuah
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
pergerakan. Dari pemikiran Iqbal terlihat dengan jelas bahwa ia benar-benar
menaruh perhatian yang cukup serius terhadap situasi yang dihadapi oleh
dunia Islam.
Dengan pandangan ini, akhirnya Iqbal menyarankan Syed Sulaiman
Nadvi untuk membangun pergerakan Islam, tentunya dengan harapan bahwa
ulama Indo-Pakistan mampu menyiapkan sosok pemimpin bagi dunia Islam.
Dalam pandangan Iqbal, untuk melepasakan umat Islam dari keterpurukan
dan keterbelakangan maka salah satu cara yang ditawarkan adalah ijtiha>d.
Bagi Iqbal, ijtiha>d adalah sebuah prinsip pergerakan dalam membangun
Islam sebagaimana yang ia paparkan dalam karya besarnya The
Reconstruction of Religious Thought in Islam: “What then is the principle
of movement in the structure of Islam? This is known as ijtiha>d,” “Dengan
demikian apa prinsip pergerakan dalam pembentukan Islam? Hal ini dikenal
dengan ijtiha>d. Dalam urusan ijtiha>d, Iqbal memaparkan bahwa keempat
aliran mazhab Islam (the four schools of Muslim jurisprudence) telah
melakukan hal tersebut secara kontekstual yang berlaku di zamannya.
Secara umum Iqbal memandang bahwa persoalan kehidupan umat
manusia tidak mungkin diatur dengan suatu sistem dan prinsip-prinsip yang
kaku (rigid principles), meskipun demikian di sana tetap harus dibutuhkan
nilai-nilai yang permanen, akan tetapi secara bersamaan juga dibutuhkan
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
perubahan dan fleksibilitas sehingga dinamika kehidupan manusia tidak
mengalami stagnasi.
Dalam penerapannya, Iqbal melihatnya lebih jauh lagi bahwa
perkembangan politik dan keagamaan yang terjadi pada awal abad ke 20 di
Turki sangat menarik perhatian dan kekhawatiran. Kasus dan pengalaman
yang terjadi di Turki ini membuat Iqbal terispirasi untuk mengembangkan
sebuah konsep bahwa sebuah Dewan Legeslatif Nasional merupakan sebuah
badan yang berkompeten untuk melakukan ijtiha>d dalam persoalan
keagamaan dan politik dalam masyarakat muslim, bagi Iqbal kebebasan
berijtihad yang disertai dengan pandangan bahwa untuk membangun
kembali tatanan hukum syariat itu berdasarkan pada pemikiran modern dan
pengalaman, “the freedom of ijtihad with a view to rebuild the laws of
shariah in the light of modern thought and experience” .
Dalam hal ini Iqbal memberikan pemaparannya tentang dinamika
politik di Turki:
“Let us now see how how the Grand National Assemble has
exercised this power ijtihad in regard to the institution of Khilafat.
According to Sunni Law, the appointment of an Imam or Khalifah is
absolutely indispensible. The first questions that arises in this
connenxion is this should be the Caliphate be vested in a single
person? Turkey’s ijtihad that according to the spirit of Islam the
Caliphate or Imamate can be vested in a body of persons or elected
assembly. The religious doctors of Islam in Egypt and India, as far
as I know, we have not yet expressed themselves on this point.
Personally, I believe the Turkish view is perfectly sound.
“Mari kita lihat sekarang Pertemuan Nasional Tingkat Tinggi telah
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
mempraktekkan kekuatan ijtiha>d ini terutama dalam hal institusi
Khilafah. Menurut hukum Sunni, memilih seorang imam atau
Khalifah adalah suatu kebutuhan yang absolut. Namun dalam hal ini,
pertanyaan pertama yang muncul adalah apakah kekhalifaan itu harus
diamanahkan kepada seseorang? Ijtihad Turki adalah, menurut spirit
Islam, kekhalifaan atau Imam dapat diamanahkan dalam bentuk suatu
badan tertentu yang terdiri dari beberapa orang atau sebuah
perwakilan rakyat (elected assembly). Para ahli agama Islam di Mesir
dan India, sepanjang yang saya ketahui, belum mengekspresikan
pandangan mereka dalam persoalan ini. Secara pribadi, saya percaya
bahwa pandangan Turki (tentang ijtiha>d) kedengarannya
sempurna.”
Selanjutnya Iqbal menyimpulkan pendapatnya terhadap pengalaman
Turki dalam penerapan ijtiha>d dengan ungkapan:
“the truth is that among the Muslim nations of today, Turkey alone
has shaken off its dogmatic slumber, and attained to self
consciousness. She alone has claimed her right of intellectual
freedom”
“yang benar bahwasanya di antara negara-negara Islam hari ini,
hanya Turki satu-satunya yang telah membebaskan dirinya dari
dogma yang menidurkan dan berhasil meraih kesadaran dirinya.
Hanya dia satu-satunya yang telah menuntut hak kebebasan
intelektualnya.”
Setelah mengkaji karya-karya Muhammad Iqbal terlihat dengan
jelas dan tidak diragukan bahwa di sana tidak ada ruang untuk melakukan
taqlid karena bertentangan dengan agama. Iqbal sangat percaya bahwa
kesempurnaan risalah al-Quran bukan berarti bahwa implimentasi dari
prinsip-prinsip Islam pada masa lalu, baik dalam ranah sosial, agama,
ekonomi maupun politik, untuk menutup dan menghalangi penerapan
ijtiha>d di masa yang akan datang. Ijtiha>d merupakan bagian yang
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
terintegrasi ke dalam prinsip pergerakan Islam, selain itu ijtiha>d
memberikan doktrin keislaman yang sifatnya sangat dinamis dan universal
dalam aplikasinya. Ini menunjukkan bahwa Iqbal benar-benar mendukung
agar umat Islam melakukan reinterpretasi terhadap prinsip-prinsip
keislaman sehingga mereka mampu menghadapi setiap persoalan yang
seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman.
D. Karya-karya Iqbal
Iqbal dianggap sebagai seorang penulis yang sangat produktif dan
semasa hidupnya ia turut memberikan kontribusi positif terhadap khazanah
pemikiran Islam, hal ini terlihat dari berbagai hasil karyanya yang telah
dipublikasikan. Selain itu, karya-karya Iqbal tidak hanya berupa buku tetapi
juga ia mempunyai sejumlah artikel, materi kuliah, ceramah dan hasil
wawancara yang mengulas berbagai aspek, dengan demikian banyak di
antara peneliti dan pemikir muslim menjadikan karya Iqbal sebagai objek
kajian dan pembahasan ilmiah.
Lebih dari itu, semasa hidupnya ia juga giat melakukan
surat-menyurat dengan berbagai kalangan, seperti para pemuka agama,
jurnalis, politisi demikian pula dengan kaum cendikiawan. Dalam proses
interaksi yang dilakukan melalui persuratan Iqbal mampu mengungkapkan
pandangan, ide dan pemikirannya. Berikut ini peneliti akan menguraikan
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
sejumlah hasil karya Muhammad Iqbal.
1. Ilmul-Iqtis}a>d (Studi tentang Ekonomi)
Buku ini ditulis pada tahun 1903 sewaktu Iqbal menjadi asisten
professor pada Government College Lahore, ini merupakan hasil karya
Iqbal yang pertama. Buku ini mencerminkan sejumlah ide Iqbal tentang
kehidupan sosial ekonomi yang meliputi tentang perburuhan, kapital,
keuntungan, kepentingan, pertumbuhan penduduk dan perdagangan
internasional. Karya Iqbal ini ditulis tidak terlepas dari anjuran gurunya
Thomas Arnold.
2. Tarikh-i-Hind (Sejarah India)
Buku ini terkait dengan sejarah India, dimana buku tersebut sempat
dijadikan sebagai bahan pembelajaran pada mata pelajaran sejarah di
sekolah-sekolah menengah pertama sekitar tahun 1913-1914.
3. The Development of Metaphysics in Persia: A Contribution to the
History of Muslim Philosophy.
Karya ini merupakan disertasi Iqbal dalam meraih gelar doktor di
Universitas Munich pada tahun 1908. Buku ini terdiri dari enam bab yang
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
mencakup tentang sejarah pemikiran keagamaan Persia, perkembangan
aliran Neo Platonisme Aristoteles di Persia, rasionalisme Islam, kontroversi
antara realisme dan idialisme, sufisme dan aliran perkembangan pemikiran
Persia.
4. Asrar-i-Khudi (Rahasia Ego)
Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1915. Karya ini
memuat sejumlah bait syair yang disampaikan dalam bahasa Persia, selain
itu, ia memaparkan suatu landasan filosofis kehidupan yang bersandar pada
kekuatan ego. Ego dalam pandangannya tidak hanya mengandung arti
kesombongan dan kebanggaan, tetapi lebih dari itu, ego merupakan suatu
daya kreativitas dan kesadaran yang melekat kuat pada diri manusia yang
mampu mengubah keadaan manusia untuk lebih sempurna. Setelah lima
tahun buku ini diterbitkan, Dr. R.A. Nicholson menerjemahkannya ke dalam
bahasa Inggris yang akhirnya menarik perhatian para cendikiawan Barat
untuk dikaji, meskipun hal ini menimbulkan kritikan bahwa pemikiran Iqbal
telah diwarnai dengan pemikiran Barat dan ia mencoba menanamkan
pemikiran tersebut di kalangan umat Islam.
5. Rumuz-e-Bekhudi (Misteri Peniadaan Ego/Pribadi)
Buku ini merupakan lanjutan dari Asrar-i-Khudi berupa kumpulan
syair-syair berbahasa Persia yang diterbitkan pada tahun 1918. Dalam
karyanya ini, Iqbal menawarkan konsep tentang peran dan keberadaan para
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
Insan Kamil yang harus bekerja sama secara kolektif dengan masyarakatnya
untuk mewujudkan kekhalifaan di muka bumi, menurut Iqbal bahwa
kumpulan Insa>n Ka>mil dalam masyarakat merupakan suatu kesatuan ego
yang mampu melakukan perubahan, perkembangan dan perlindungan
terhadap masyarakat.
6. Payam-e-Mashriq (Sebuah Pesan dari Timur)
Buku ini memuat kumpulan syair-syair berbahasa Persia yang
diterbitkan pada tahun 1923. Karya ini merupakan respon dari seorang
penyair German terkenal, Goethe, ia menganggap bahwa dunia Eropa telah
diliputi
oleh
pandangan
yang
materialistis,
dengan
demikian
ia
menginginkan bahwa dunia Timur sanggup memberikan sebuah pesan
pengharapan
yang
mampu
menghidupkan
nilai-nilai
spiritual
di
tengah-tengah mereka.
Oleh karena itu, lewat karya Iqbal tersebut ia memperingatkan
Eropa tentang pentingnya moral dan nilai-nilai spiritual dalam suatu
masyarakat. Ketika Universitas Kabul akan didirikan, Iqbal mendapat
undangan dari raja Amanullah Khan, sebagai penguasa Afghanistan, dan
pada
kesempatan
tersebut
Iqbal
mempersembahkan
karyanya
Payam-e-Mashriq kepada sang raja.
7. Bang-e-Dara (Genta Lonceng)
Karya ini terbit di Lahore pada tahun 1924 dengan menggunakan
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
bahasa Urdu. Secara keseluruhan buku ini terbagi ke dalam tiga bagian,
bagian pertama, memuat syair-syair yang digubahnya hingga tahun1905.
Terdapat enam puluh satu lirik yang ia tulis sejak ia mulai menggubah syair
hingga ia berangkat ke Eropa pada tahun 1905. Bagain kedua, gubahan
antara 1905-1908 bagian ini digubah selama Iqbal berada di Eropa, dalam
gubahan ini terdapat kurang lebih tiga puluh lirik yang isinya mengandung
ekspresi perasaan Iqbal selama awal masa menetap di Eropa. Bagian ketiga,
gubahan antara tahun 1908-1924, terdapat kurang lebih delapan puluh lirik.
Pada bagian ini memuat syair-syair yang berhubungan dengan keagamaan
dan manifestasi dari kecintaan Iqbal terhadap Islam.
8. Zabur-e-‘Ajam
Buku ini merupakan koleksi syair-syair Persia yang diterbitkan pada
tahun 1927. Buku ini terdiri dari dua bagian, pada bagian pertama memuat
syair dan lirik yang pendek, sedangkan bagian kedua merupakan mathnawi
dimana Iqbal memunculkan beberapa pertanyaan seputar filsafat kemudian
ia menjawabnya sendiri melalui tinjauan pengetahuan modern, selain itu
terdapat juga mathnawi Bandagi Nama yang mempunyai pesan tentang
perang melawan perbudakan dan menghentikan segala bentuk penindasan
terhadap manusia. Dalam karya ini sebagian penulis menganggap bahwa
Zabur-e-‘Ajam merupakan koleksi syair-syair Persia Iqbal yang mempunyai
kualitas dan standar yang tinggi.
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
9. Reconstruction of Religious Thought in Islam
Buku ini adalah salah satu karya monumental Iqbal yang ia tulis
dengan penuh kesungguhan dan pengorbanan. Selain itu, buku ini
sesungguhnya bersumber dari materi perkuliahan yang ia bawakan di
Madras dimana tiap perkuliahan mempunyai judul dan kajian yang berbeda,
terdiri dari tujuh bab pembahasan utama yang meliputi tentang pengalaman
keagamaan, konsep tentang ketuhanan, ego, kebudayaan Islam, prinsip
pergerakan yang terstruktur dalam Islam.
10. Javid Nama
Buku ini diterbitkan dalam bahasa Persia pada tahun 1032 yang
dianggap sebagai kumpulan syair tandingan yang pernah ditulis oleh Dante
dalam karyanya Divine Comedy, bahkan dalam buku ini digambarkan suatu
perjalanan jauh, dimana Iqbal menemui gurunya Rumi kemudian naik ke
atas dan berdialog dengan para penduduk langit. Ia bertemu dengan para
reformis seperti Jamaluddin al-Afghani dan Said Halim Pasha, penjajah
seperti Kitchner, munafik seperti Hallaj dan bertemu dengan para pemikir
dan pengarang seperti Ghalib, Nietzsche, Tahir Ghani Kashmiri.
11. Pasche Bayad Kard Ai Aqwam-I Syarq (Kemudian apa yang engkau
lakukan wahai Bangsa Timur)
Buku ini ditulis dalam bahasa Persia dan diterbitkan pada tahun
1936. Buku ini dimulai dengan nasehat-nasehat Rumi kepada Iqbal,
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
demikian pula membahas tentang konsep tauhi>d, akhlaq, problema
mistisisme dan kesatuan umat.
Ketika ia kembali dari Kabul, Iqbal menulis pengalamannya ke
dalam mathnawi yang berjudul Musa>fir yang juga menjadi bagian dari
buku ini. Dalam masthnawi tersebut ia memberikan pujian dan penghargaan
kepada Nadir Syah tentang prilaku dan sumbangsinya terhadap masyarakat
Afghanistan.
12. Bal-i-Jibril (Sayap Jibril)
Diterbitkan pada tahun 1935 dengan pengantar bahasa Urdu. Buku
ini membahas tentang ego, kesempurnaan seorang mukmin, kebebasan,
perjuangan, kemerdekaan dan cinta. Dalam salah satu mathnawinya yang
berjudul Saginama ia memaparkan tentang kemerosotan sistem politik
tradisional yang bersandar pada sistem imprialisme dan eksploitasi, selain
itu Iqbal mengingatkan umat Islam agar menyadari keterbelakangannya dan
mengispirasi mereka untuk bangkit dari keterpurukan.
13. Zarb-i-Kalim (Tongkat Nabi Musa)
Buku ini merupakan karya Iqbal yang terakhir diterbitkan semasa ia
hidup dalam bahasa Urdu pada tahun 1936, dengan sub judul Ailan-i-Jang
Daur-i-Hazar Kai Khilaf (Deklarasi Perlawanan
terhadap
Zaman
Kontemporal). Buku ini terbagi ke dalam beberapa bagian yang mengulas
tentang Islam dan muslim, pendidikan, perempuan, seni dan sastra, politik
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
Timur dan Barat. Buku ini memuat syair-syair pendek yang sebagian besar
mengandung kritik terhadap peradaban kontemporal Barat, pemikiran
Mihrab Gul Khan. Karya ini dipersembahkan kepada Sir Hamidullah Khan
sebagai penguasa Bhopal.
14. Armughan-i-Hijaz (Hadiah dari Hijaz)
Menjelang kematia Iqbal, ia sibuk menyusun buku ini dan
diterbitkan setelah ia meninggal pada tahun 1938. Sebagian besar buku ini
memuat syair-syair berbahasa Persia. Syair-syair yang ia tulis sangat kaya
dan imajinatif, terutama pada bait-bait syair berbahasa Urdu yang dimulai
dengan Iblis Ki Majlis-i-Syura (Majlis Permusyawaratan Setan), inti dari
pada syair-syair tersebut menggambarkan tentang kebingungan para elit
politik dan idiologi politik yang ada serta dampaknya terhadap dunia Islam.
Karya-karya Iqbal tetap diterbitkan, baik semasa ia masih hidup dan
setelah ia meninggal pada tahun 1038, meskipun demikian Iqbal
sesungguhnya mempunyai ambisi untuk membangun banyak proyek, kajian
dan riset keislaman, bahkan ia ingin mengarang sebuah buku yang berjudul
Islam As I Understand it, akan tetapi belum terwujud sampai ia meninggal
dunia. Meskipun Iqbal telah tiada dan tidak melihat apa yang ia cita-citakan,
bukan berarti semuanya berhenti dan tidak terealisasi, akan tetapi para
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
penerus Iqbal, termasuk pemerintah Pakistan telah melakukan upaya nyata
untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita Iqbal. Hal ini terbukti dengan
didirikannya Iqbal Academy pada tahun 1951 yang sampai hari ini masih
berdiri dengan megah di kota Lahore.
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net