Survey
* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project
* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project
SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI DALAM RANGKA SARASEHAN TENTANG TANTANGAN PEMIKIRAN ISLAM MASA KINI TANGGAL, 27 AGUSTUS 2008 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Pimpinan Pondok Pesantren Gontor; Yth. Para Alim Ulama; Yth. Bapak-bapak, Ibu-ibu, hadirin hadirat yang berbahagia Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkah dan limpahan rahmat serta karuniaNya, kita seluruh bangsa dan masyarakat Indonesia masih dapat menjalankan kewajiban kita sehari-hari. Salawat dan salam kita curahkan keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan dalam berinteraksi antar sesama makhluk Allah SWT. Dalam rangka Sarasehan untuk melihat tantangan pemikiran Islam masa kini agar dapat menjadi manusia paripurna dan berkeadaban yang lebih balk. Para hadirin yang dirahmati Allah SWT, Sejarah Islam adalah pergumulan masyarakat Islam mewujudkan nilai-nilai Islam dalam ruang dan waktu tertentu. Catatan pergumulan tersebut lalu disistematisasi dan dilembagakan di balik nama-nama yang sekarang dikenal tentang Tuhan dalam kaitannya dengan manusia dan alam disebut agidah/filsafat, tentang hukum dan segala bentuk aplikasinya disebut fikih (atau, syari'ah), tentang makna Al-Qur'an disebut tafsir, sementara cara-cara transmisi Islam dari satu generasi ke generasi lain atau dari satu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lain disebut tarbiyah. Sebutan lain seperti adab (sejarah dan kebudayaan Islam), sufisme dan dakwah juga menunjuk pada hal yang sama. Di berbagai tempat dimana proses pendidikan Islam berlangsung-termasuk pesantren, masjid, madrasah, majelis taklim, kelompok pengajian dan hasil-hasil capaian tersebut dipelajari. Aqidah, fikih/syari'ah, tafsir, sufisme menjadi materi kajian; bahkan di IAIN menjadi nama fakultas seperti Aqidah/Filsafat, Syari'ah, Tarbiyah, Dakwah dan Adab. Para hadirin yang berbahagia, Proses pelembagaan Islam tersebut yaitu proses mengkristalnya Islam dalam berbagai ilmu dan aliran pemikiran atau mazhab sudah mulai nampak dengan kuat terutama pada abad ke 2-3 H/8-9 M dengan tokoh-tokoh seperti Malik ibn Anas (wafat tahun 179 H/795 M), Abu Hanifah (wafat 150/767), alSyafi'i (wafat 204/820) dan Ahmad ibn Hanbal (wafat th. 241/855). Sejak abad ini secara intensif Islam diformulasikan, digeneralisasikan, dan dibuat hubungan antara satu sisi dengan yang lainnya. Yang muncul kemudian adalah Islam yang abstrak dan transenden, Islam yang sudah ditarik dari dunia nyata. Dengan general isasi/abstraksi/transendensi, ciri khas Islam, atau kemampuan Islam untuk menyapa problem bawah yang sangat beragam dan tertekan. Dengan kata lain, pendirian mazhab dimana generalisasi dilembagakan telah melahirkan alienasi. Pertama, mengalienasi Islam dari masyarakatnya. Untuk memahami generalisasi dan menurunkannya kembali ke tingkat detil memerlukan pengetahuan yang tidak sedikit sehingga hanya orang-orang tertentu yang bisa melakukannya (dan mereka inilah yang kemudian disebut ahli agama, kyai, guru, ustazd, dll). Mereka ini lalu menjadi semacam medium, lembaga perantara, antara Muslim awam dengan persoalan-persoalan mereka. Kedua, alienasi Muslim dari akar Islam, Al-Qur'an dan Hadits. Dengan adanya mazhab kedua sumber itu secara tidak sadar terjauhkan dari umat yang semestinya menjadi pembacanya. Persoalan-persoalan yang timbul tidak lagi diadukan langsung kepada Al-Qur'an dan Hadith tetapi kepada mazhab. Ketiga, mengalienasi masyarakat Islam dari Tuhannya. Tuhan kini didekati melalui mazhab, melalui institusi. Keempat, mengalienasi Islam dari persoalan aktual, karena mazhab tersebut dilahirkan pada masa tertentu untuk kebutuhan masyarakat dalam merespon berbagai problem yang muncul, maka persoalan kekinian sendiri sangat membutuhkan kearifan mazhab itu. Para Peserta Sarasehan yang dirahmati Allah SWT, Untuk keluar dari kemelut ini, boleh jadi seseorang bisa melampaui mazhab. Melampaui berarti memecahkan kembali gumpalan-gumpalan mazhab, menguraikannya, mengembalikannya menjadi pecahan-pecahan kecil, dan menerapkannya pada kasus per kasus keseharian dalam bentuk bahan baku. Dengan cara ini, Islam akan kembali menjadi sederhana seperti masa awalnya, lebih fleksibel untuk dibentuk sesuai dengan ruang dan waktu. Tujuan Islam sebagai wahana mendekati Tuhan dan alat untuk menjawab persoalan-persoalan keseharian akan lebih efektif dicapai karena tidak ada lagi lembaga perantara yang memisahkan umat dengan kedua fungsi tersebut. Memecahkan gumpalan-gumpalan pemikiran yang sudah berabad-abad tersebut memang tidak mudah. Tetapi itulah agenda besar yang harus dilaksanakan jika ingin mengembalikan dinamika Islam ke tengah masyarakat. Lembaga-lembaga pendidikan Islam, terutama PTAIN, memainkan peranan penting dalam hal ini. Para hadirin yang dirahmati Allah SWT, Untuk tujuan tersebut, ada dua hal yang perlu dilakukan. Pertama, menguasai masa awal Islam yang simple sebagai bahan dasar, bahan yang dipakai para pendiri mazhab untuk membangun mazhabnya. Kedua, memahami masa dimana pertama kali institusionalisasi terjadi (atau masa dimana pertama kali mazhab-mazhab muncul). Kedua masa ini masa awal Islam dan masa lahirnya mazhab masuk ke dalam periode klasik Islam, yaitu masa yang membentang dari masa Nabi sampai Baghdad jatuh pada 1258. Masa ini merupakan masa yang sangat penting baik untuk memahami bangunan Islam sekarang maupun untuk membangun kembali pemahaman Islam yang akan datang. Para hadirin yang dirahmati Allah SWT, Ditegaskan bahwa masa klasik, masa yang membentang dari abad ke-1 H/ke-7 sampai jatuhnya Baghdad pada abad ke-7 H/ ke-13 M adalah masa dimana dua peristiwa penting terjadi. Pertama, diturunkannya wahyu secara sempurna ke dunia lewat Nabi Muhammad; kedua, dilembagakannya wahyu tersebut dan Hadist Nabi dalam berbagai mazhab yang dianut masyarakat Islam sekarang. Produk kedua peristiwa tersebut yaitu Al-Qur'an, Hadith Nabi, Sirah (sejarah hidup Nabi), Maghazi (sejarah peperangan Nabi) pada peristiwa pertama dan buku-buku yang ditulis para imam mazhab dan pengikut mereka pada peristiwa kedua, beserta konteks yang mengitarinya tersimpan dalam khazanah buku-buku yang sangat kaya. Buku-buku tersebut mutlak diperlukan dalam keberagamaan masyarakat Muslim sekarang. Baik kelompok yang ingin mengikuti warisan itu secara utuh (yang ingin mengikuti Al-Qur'an dan Hadith Nabi serta ajaranajaran para pendiri mazhab seutuh mungkin) ataupun kelompok yang ingin mengikuti warisan tersebut secara terbuka (mempelajari warisan tersebut lewat konteks yang melahirkannya dan berusaha menarik semangat yang ada di balik ekspresi verbal warisan tersebut kernudian menerapkannya kembali dalam konteks mereka yang berbeda dengan ekspresi verbal bisa jadi berbeda) tidak mungkin melepaskan diri dari khazanah klasik tersebut. (Aku tinggalkan untuk kalian dua pegangan, apabila kalian berpegang-teguh terhadap keduanya, kalian tidak akan tersesat selamanya) Para hadirin yang dirahmati Allah SWT, Dengan kata lain, hanya lewat penguasaan tradisi klasik tersebutlah bangunan Islam mungkin didirikan. Reinterpretasi, tajdid, gerakan Salafi, kontekstualisasi, atau apapun bentuk gerakan yang muncul di masyarakat Islam, hanya mungkin berdiri dengan kokoh kalau dia berakar kuat dalam tradisi Islam klasik. Pilihan arah dan bentuk kajian Islam, baik di PTAIN maupun di lembaga-lembaga kajian Islam lainnya, harus berpijak pada tradisi Islam klasik. Al-Qur'an, Hadith, dan karya-karya imam mazhab harus menjadi pijakan. Warisan Islam klasik tersebut tentu harus dibaca dengan kreatif. Untuk itu pemahaman tentang manusia sebagai penerima dan pelaksana agama beserta produknya (budaya, ilmu, teknologi) mutlak diperlukan. Tuhan dan manusia, langit dan bumi, seperti dua sisi mata uang dalam agama. Semoga dengan acara sarasehan seperti ini dapat memberikan solusi bagi para ilmuan untuk lebih meningkatkan diri dan dapat berperan untuk membangkitkan sinergisitas antara manusia dalam berinteraksi kearah yang lebih baik. Waffaqanallu waiyyakum, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Jakarta, 27 Agustus 2008 Menteri Agama RI ttd Muhammad M. Basyuni