Download this PDF file - Jurnal Unpad

Survey
yes no Was this document useful for you?
   Thank you for your participation!

* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project

Document related concepts
no text concepts found
Transcript
Profil Malondialdehyde dan Kolesterol Darah Ayam …………………………...…………......Novianti
PROFIL MALONDIALDEHYDE DAN KOLESTEROL DARAH AYAM
PETELUR FASE LAYER PADA TEMPERATURE HUMIDITY INDEX
YANG BERBEDA
(MALONDIALDEHYDE AND CHOLESTEROL BLOOD PROFILE OF
LAYING HEN IN THE DIFFERENT TEMPERATURE HUMIDITY
INDEX)
Novianti Rahayu*1, A. Mushawwir#, D. Latipudin#
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363
*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
#Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
1e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh THI terhadap profil
malondialdehyde(MDA) dan kolesterol darah ayam petelur fase layer.Penelitian dilaksanakan
pada bulan Oktober 2014 sampai November 2014 di peternakan ayam petelur CV. Acum Jaya
Abadi, Desa Sumur Wiru, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran, Sumedang. Penelitian menggunakan metode
eksperimental dengan uji-t berpasangan, menggunakan 15 ekor ayam petelur fase layer,
dengan : P1 = Ayam petelur dengan THI kandang 74, P2 = Ayam petelur dengan THI
kandang 89. Lima belas ekor ayam petelur yang sama diambil sampel darahnya sebanyak 9
mL pada pukul 05:00-06:30 WIB dan pengambilan sampel dilakukan pada ayam yang sama
pada siang hari pukul 12:30-14:00 WIB.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatannilai THI berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap peningkatan profil MDA dan
penurunan profil kolesterol.
Kata Kunci: kolesterol, layer, mda, thi
ABSTRACT
Thirty laying hens were used to study the effect of THI into the malondialdehyde
(MDA) profile and cholesterol blood of laying hen. Fifteen laying hens used each in the two
THI levels which were the high level (THI=89) and low level (THI=74). This research was
held from October until November 2014 at CV. Acum Jaya Poultry, Sumur Wiru Village,
Cibeureum, Kuningan, West Java. The samples test was held in Lab of Animal Physiology
and Biochemistry Faculty of Animal Husbandry, Universitas Padjadjaran, Sumedang. The
research used the experimental method by paired t-test. NinemL blood sample was collected
from 15 hens at 05:00-06:30 am and the same amount of sample was taken from the same hen
at 12:30-02:00pm. Based on result of this work showed that MDA profile increasing in the
high THI, significantly. In contrast showed a decreased on cholesterol level, significantly.
Keywords: cholesterol, laying hen, mda, thi
Profil Malondialdehyde dan Kolesterol Darah Ayam …………………………...…………......Novianti
1.
Pendahuluan
Faktor lingkungan adalah faktor yang berpengaruh cukup besar terhadap tingkat
produksi ternak. Iklim termasuk faktor lingkungan yang merupakan hasil perpaduan antara
kecepatan gerakan udara, panas radiasi, suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban
merupakan dua faktor iklim yang selalu berkaitan erat, kedua faktor iklim ini dapat
menggambarkan nilai Temperature Humidity Index (THI).
Unggas seperti burung dan ayam merupakan ternak homoiterm dimana dapat
mempertahankan suhu tubuh dalam kondisi normal. Ayam petelur terutama pada fase layer
akan berproduksi optimal pada zona nyamannya (comfort zone), apabila kondisi lingkungan
berada di bawah atau di atas zona nyamannya, ayam petelur akan mengalami stres. Stres yang
biasa terjadi pada peternakan ayam petelur di Indonesia adalah stres panas dimana temperatur
dan kelembaban lingkungan yang tinggi menyebabkan naiknya suhu tubuh ayam. Ayam yang
sedang berada dalam kondisi stres menyebabkan sulitnya mempertahankan keseimbangan
produksi dan pembuangan panas tubuhnya karena pengaruh aktivitas metabolisme, aktivitas
hormonal dan kontrol suhu tubuh.
Peningkatan temperatur lingkungan disertai kelembaban yang tinggi melebihi kisaran
zona suhu nyaman memicu peningkatan stres oksidatif pada ayam petelur, dimana akan
terjadi serangan radikal bebas pada membran sel. Radikal ini menyebabkan gangguan
metabolit dan gangguan sel berupa gangguan fungsi DNA dan protein, sehingga
menyebabkan mutasi atau sitotoksik dan perubahan laju aktivitas enzim (Kinanti, 2011), hal
ini dapat mengganggu metabolisme tubuh. Mushawwir dan Latipuddin (2013) menunjukkan
produksi radikal bebas (Reactive Oxygen Species = ROS) yang semakin tinggi seiring dengan
peningkatan temperatur lingkungan, keadaan ini lebih diperparah jika disertai dengan
peningkatan kelembaban udara lingkungan kandang.
Ion OH- merupakan salah satu radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel
dengan cara oksidasi lipid, terutama asam-asam lemak tidak jenuh rantai panjang (Poly
Unsaturated Fatty Acid/PUFA). Senyawa hidroksil (OH-) mengekstrasi satu hidrogen dari
lemak poly unsaturated (LH), sehingga terbentuklah radikal lemak (L-) (Bottje dkk, 1995;
Mujahid, 2007).
Peroksidasi lipid merupakan reaksi dimana PUFA yang mengandung sedikitnya tiga
ikatan rangkap diserang oleh radikal bebas. Proses metabolisme di dalam tubuh dapat pula
menyebabkan pembentukan radikal bebas, maka secara alami pun reaksi peroksidasi lipid
dapat terjadi. Peroksidasi lipid diinisiasi oleh radikal bebas seperti radikal anion superoksida,
radikal hidroksil dan radikal peroksil. Radikal bebas secara terus menerus dapat dibuat oleh
Profil Malondialdehyde dan Kolesterol Darah Ayam …………………………...…………......Novianti
tubuh kita. Setiap radikal bebas yang terbentuk oleh tubuh dapat memulai suatu reaksi
berantai yang akan terus berlanjut sampai radikal bebas ini dihilangkan oleh radikal bebas lain
dan oleh sistem antioksidan tubuh (Allen, 2000).
Peroksidasi lipid adalah proses kimiawi yang bersifat kompleks sebagai akibat
terjadinya reaksi PUFA penyusun fosfolipid membran sel dengan senyawa ROS, membentuk
hidroperoksida. ROS ialah senyawa turunan oksigen yang lebih reaktif dibandingkan oksigen
pada kondisi dasar (ground state). ROS tidak hanya terdiri dari molekul oksigen tanpa
pasangan elektron seperti radikal hidroksil (·OH), radikal superoksida (·O2-), dan nitrit oksida
(NO·), tetapi juga molekul reaktif yang memiliki elektron berpasangan.Molekul oksigen yang
memiliki elektron berpasangan tersebut diantaranya, hidrogen peroksida (H2O2), asam
hipoklorous (HOCl), dan anion peroksinitrit (ONOO-). Target utama peroksidasi oleh ROS
adalah PUFA dalam lipid membran. PUFA didegradasi oleh radikal-radikal bebas membentuk
MDA. Profil MDA dalam serum berfungsi sebagai sebuah penanda kerusakan seluler akibat
radikal bebas (Inoue, 2001).
Peroksidasi lipid dapat menghasilkan oksigen tunggal, hidroperoksida dan epoksida
lipid. Aldehida yang dapat terbentuk pada peroksidasi lipid adalah MDA (Franco, 2004) dan
4-hidroksinonenal (4-HNE) (Hansen dkk., 2006). MDA adalah metabolit utama pada asam
lemak arakidonat (20:4).
Peristiwa ini dapat menyebabkan metabolisme ternak terganggu dan perombakan
asam-asam lemak (peroksidasi lipid) sebagai dampak meningkatanya produksi radikal bebas
terutama dalam jalur fosforilasi oksidatif ketika sinstesis ATP meningkat. Radikal bebas
dapat meningkatkan peroksidasi lipid yang kemudian akan mengalami dekomposisi menjadi
malondialdehyde (MDA) dalam darah. Uji MDA dapat digunakan untuk mengukur
peroksidasi yang terjadi pada membran lipid.
Kondisi suhu lingkungan yang mencapai ambang batas atas (upper critical
temperature) juga mempengaruhi peningkatan akitivitas pembuangan panas yang dilakukan
melalui panting untuk mengurangi stres panas. Tingkah laku ini membutuhkan energi atau
kalori. Stres akan menggertak hipotalamus untuk mensekresikan Corticotropin Realising
Faktor
(CRF)
ke
hipofisa
anterior.
Selanjutnya
hipofisa
anterior
mensintesa
Adrenocorticotropin Hormone (ACTH) dan kemudian disekresikan ke seluruh pembuluh
darah.
Adaptasi fisiologik tubuh ayam selama stres panas dicirikan oleh meningkatnya
hormon ACTH. Korteks adrenal akan terangsang mensekresikan kortikosteroid yang akan
mempengaruhi membran sel-sel hati. Selama stres panas yang erat, jumlah ACTH yang
disekresikan oleh hipofisa anterior melebihi jumlah ACTH yang diperlukan untuk
Profil Malondialdehyde dan Kolesterol Darah Ayam …………………………...…………......Novianti
menimbulkan
pengeluaran
maksimal
glukokortikoid
(Ganong,
1983).
Akibatnya
glukokortikoid akan terus meningkat selama stres.
Glukokortikoid berfungsi sebagai metabolisme perantara glukoneogenesis karena
menambah produksi glukosa hati dengan cara meningkatkan kecepatan glukoneogenesis,
melepas asam amino dan menyebabkan hormon lain untuk merangsang proses metabolik
kunci, termasuk glukoneogenesis dengan efisiensi maksimal. Glukokortikoid tidak hanya
berperan dalam glukoneogenesis, tetapi juga berperan dalam sintesis glikogen, metabolisme
lipid dan metabolisme asam nukleat.
Kolesterol bila ditinjau dari sudut kimiawi, diklasifikasikan ke dalam golongan lipida
(lemak, berkomponen alkohol steroid sebagian besar berfungsi sebagai sumber kalori)
(Sitepoe, 1993). Kolesterol di dalam hati, baik yang berasal dari jalur endogen maupun
eksogen akan disintesis dalam bentuk ester kolesterol, selain itu asam lemak di hati akan
disintesis menjadi trigliserida.
Jika dikaitkan dengan peningkatan THI maka kadar
glukokortikoid akan meningkat, kondisi ini akan memacu peningkatan glukoneogenesis.
Diketahui bahwa glukoneogenesis merupakan lintasan pembentukan glukosa dari prekursor
non karbohidrat yang akan berdampak terhadap terpakainya sebagian kolesterol. Peningkatan
glukoneogenesis terutama untuk memenuhi kebutuhan energi bagi ternak dalam kondisi stres
oksidatif. Ini tentu merupakan kerugian bagi produksi telur, karena prekursor utama dalam
vitellogenesis guna membentuk yolk adalah kolesterol.
Faktor lingkungan perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi metabolisme tubuh.
Berdasarkan uraian di atas, perlu penelitian mengenai keterkaitan THI untuk mengetahui
perngaruhnya terhadap profil MDA dan kolesterol darah ayam petelur fase layer.
2.
Bahan dan Metode Penelitian
1)
Objek dan Bahan Penelitian
Objek penelitian yang digunakan berupa 15 ekor ayam petelur fase layer tipe medium.
Sampel ayam tersebut dipelihara dalam kandang sistem battery individual di kandang ayam
petelur milik CV. Acum Jaya Abadi di daerah Kuningan, Jawa Barat. Bahan yang digunakan
untuk pengambilan sampel darah adalah 15 ekor ayam petelur fase layer, alkohol 70% dan
antikoagulan EDTA. Pengukuran profil MDA menggunakan hemolisat darah, larutan TCA
10% dan aquades. Pengukuran profil kolesterol menggunakan eter-akohol, serum darah,
kloroform, asam asetat andrihida, H2SO4 pekat dan standar kolesterol.
2)
Pengukuran Suhu dan Kelembaban
Profil Malondialdehyde dan Kolesterol Darah Ayam …………………………...…………......Novianti
Suhu dan kelembaban kandang diukur dengan menggunakan thermometer bola kering
(DB) dan bola basah (WB). Thermometer ditempatkan di tiga titik dalam kandang, data yang
diperoleh dari tiga titik tersebut dirata-ratakan. Pengukuran dilakukan pada pagi dan sore hari,
setiap minggu selama satu bulan. Data yang diperoleh diguanakan untuk menentukan THI
masng-masing wilayah penelitian (Kuningan dan Cililin), dengan menggunakan formula THI
berikut berdasarkan (Mader dkk, 2006 ) :
THI = (1,8 × Tdb+32) + ((0,55-0,0055RH)((1,8 × Tdb+ 32) – 58))
3)
Pembuatan Hemolisat Darah
Hemolisat darah diperoleh dari sampel sel darah merah yang dicuci dengan 3 bagian
larutan NaCl fisiologis 0,9% sebanyak 2 kali volume sel darah, kemudian disentrifugasi
dengan kecepatan 15000 rpm selama 5 menit dan dibuang hemolisatnya. Sel darah merah
dihemolisis dengan menambahkan CCL4 dan aqubides dengan perbandingan 1:1:1, lalu
disentrifugasi dengan kecepatan 15000 rpm selama 20 menit. Hemolisat diambil dan disimpan
dalam suhu 200C jika tidak langsung digunakan.
4) Pembuatan Serum Darah
Sampel darah yang berada di dalam vakutainer tidak beranti-koagulan EDTA
didiamkan sampai membeku. Disentrifugasi dengan kecepatan 300 ppm selama 10 menit.
Cairan paling atas yang berwarna kuning bening (serum) diambil.
5) Uji MDA
Tiga puluh satu buah tabung sentrifuga disiapkan. Tabung 1-30 (sampel) berisi 0,25
mL hemolisat darah dan 0,50 larutan TCA 10%. Tabung 31 (blanko) berisi 0,25 mL akuades
dan 0,50 mL larutan TCA 10%. Setiap tabung diaduk (divorteks) dan disentrifugasi dengan
sentrifuga klinis dengan kecepatan 4000 rpm selama 1 menit. Lapisan supernatan tiap tabung
diambil dan dimasukkan ke dalam tabung baru. Sebanyak 0,75 mL larutan TBA 0,67%
dipipetkan ke dalam masing-masing tabung. Tabung sentrifuga dimasukkan ke dalam
penangas mendidih selama 10 menit, lalu didinginkan. Masing-masing tabung dibaca
serapannya, yaitu sampel dan blanko pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 532
nm. Profil MDA dihitung dengan rumus :
Profil MDA (nm/M-1cm-1)=
A

Keterangan :
A = Absorban pada panjang gelombang 532 nm
 = 153.000 M-1 cm -1
Profil Malondialdehyde dan Kolesterol Darah Ayam …………………………...…………......Novianti
6)
Uji Kolesterol
Sebanyak 12 mL eter-alkohol dipipetkan ke dalam tabung sentrifuga, kemudian
ditambahkan 0,2 mL serum darah secara perlahan-lahan. Campuran divorteks selama 1 menit
dan didiamkan selama 30 menit. Setelah 30 menit, campuran disentrifugasi dengan sentrifuga
klinis selama 3 menit dengan kecepatan 300 rpm. Supernatan kemudian dituang ke dalam
gelas piala 50 mL dan diuapkan di dalam penangas air hingga mengering. Residu diekstrasi
dengan kloroform sebanyak 2 kali, setiap kali ekstraksi digunakan 2,5 mL kloroform sehingga
ekstrak kloroform menjadi 5 mL. Sebanyak 31 tabung reaksi disiapkan. Tabung 1-30 (sampel)
berisi 5 mL ekstrak kloroform; 2 mL asam asetat anhidrida; dan 0,1 mL H2SO4 pekat.
Tabung 31 (strandar) berisi 5 mL standar kolesterol (0,4 mg/mL); 2 mL asam asetat anhidrida;
dan 0,1 mL H2SO4 pekat. Setiap tabung dikocok, kemudian disimpan di dalam ruang gelap
selama 15 menit. Absorban diukur pada panjang gelombang 420 nm dan dihitung konsentrasi
kolesterolnya dengan rumus :
Kolesterol darah (mg/dL) =
x 0,4 x
Keterangan
Kolesterol darah= Profil kolesterol (mg/dL)
A sampel
= Absorban sampel
A standar
= Absorban standar
0,4
= Konsentrasi standar
7)
Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental,menggunakan uji-t berpasangan.
Perlakuan yang diuji adalah perbedaan nilai THI, yaitu :
Perlakuan:
P1
= Ayam Petelur dengan THIKandang : 74
P2
= Ayam Petelur dengan THI Kandang : 89
Penelitian ini menggunakan 15 ekor ayam petelur fase layer tipe medium.Peubah yang
diamati meliputi profil MDA dan kolesterol. Lima belas ekor ayam diambil sampel darahnya
pada pagi hari pukul 05.00-06.30 WIB (THI kandang 74) dan pengambilan sampel dilakukan
pada ayam yang sama ketika siang hari pukul 12.30-14.00 WIB (THI kandang
89).
Pengambilan sampel darah dilakukan pada minggu ke-empat. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan rumus berikut:
Profil Malondialdehyde dan Kolesterol Darah Ayam …………………………...…………......Novianti
Keterangan :
d̅
Sd ̅
n
= selisih angka mutlak
= standar deviasi
= sampel
3.
Hasil dan Pembahasan
1)
Pengaruh THI terhadap Profil MDA Darah Ayam Petelur Fase Layer
Hasil pengamatan profil MDA ayam petelur fase layer pada THI yang berbeda
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Profil MDA Darah Ayam Petelur Fase Layer
Perlakuan
THI
Rataan (nmol/mL)
Signifikasi*
P1
74
1,82
A
P2
89
2,18
B
Keterangan: P1
: Pagi hari
P2
: Siang hari
*Abjad yang berbedapada kolom signifikansi menunjukkan perbedaan yang
sangat nyata (p<0,01)
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata MDA ayam petelur fase layer pada nilai THI 89
yaitu 2,18 nmol/mL, lebih tinggi dibandingkan dengan nilai THI 74 pada pagi hari yaitu
1,82nmol/mL. Hasil dari uji-t berpasangan menunjukkan bahwa perbedaan nilai THI
memberikan pengaruh sangat nyata (p< 0,01).
Nilai THI dapat berbeda karena perbedaan nilai suhu dan kelembaban pada pagi dan
siang hari.Nilai P1lebih rendah dibanding dengan P2, hal ini sesuai dengan penelitian
Mushawwir dan Latipuddin (2013) bahwa peningkatan THI akan menyebabkan peningkatan
ROS yang berdampak pada terbentuknya MDA, walaupun demikian ayam petelur masih
dapat mempertahankan suhu tubuhnya tetap normal karena dapat berhomeostatis.
ROS merupakan senyawa turunan oksigen yang lebih reaktif dibandingkan oksigen
pada kondisi dasar. ROS ini dapat masuk ke dalam aliran darah karena pengaruh suhu dan
kelembaban. Kondisi senyawa ROS yang berlebih ini akan menyebabkan terjadinya stres
oksidatif.Menurut Bottje (1995), ROS menimbulkan peroksidasi asam lemak dengan protein,
asam nukleat seluler dan lemak, sehingga terjadi peroksidasi lipid. Target utama dalam
peroksidasi lipid oleh ROS adalah Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) dalam membran
lipid. PUFA yang didegradasi oleh ROS akan mengakibatkan pembentukan alkanal seperti
Profil Malondialdehyde dan Kolesterol Darah Ayam …………………………...…………......Novianti
MDA. MDA merupakan dialdehid tiga karbon yang sangat reaktif yang juga dapat diperoleh
dari hidrolisis pentosa, deoksiribosa, heksosa, beberapa asam amino dan DNA (Evans, 1991).
MDA merupakan radikal bebas yang dapat meningkatkan kadar LDL (low density
lipoprotein), yang menjadi penyebab penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah,
akibatnya timbulah atherosklerosis. Kondisi ini akan menghambat kelancaran sel darah dalam
melakukan fungsinya di pembuluh darah (Bottje dkk., 1995).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diartikan bahwa profil MDA lebih tinggi di
siang hari, hal ini dapat diartikan karena intensitas radiasi matahari pada siang hari lebih
tinggi dibandingkan dengan pagi hari. Kondisi ini tentu akan menyebabkan nilai THI yang
lebih tinggi di siang hari dan berdampak pada lebih tingginya profil MDA dibandingkan
dengan pagi hari.
Terkait dengan peningkatan MDA dengan hubungannya dengan THI yang tinggi dapat
dijelaskan bahwa peningkatan THI menunjukkan meningkatnya cekaman lingkungan sebagai
kombinasi suhu dan kelembaban.Cekaman lingkungan yang tinggi menyebabkan pengaktifan
lintasan-lintasan katabolisme maupun anabolisme secara bersamaan dalam rangka
homeostatis untuk mempertahankan kondisi fisiologi yang normal dan penyediaan energi.
Upaya dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan inilah, maka mekanisme utama
yang ditempuh adalah mengaktifkan lintasan cAMP atau siklus adenine monophosphat yang
dipacu oleh meningkatnya hormon epinefrin. Peningkatan cAMP dapat meningkatkan
penyediaan glukosa dari glikogenolisis.
Peningkatan cAMP memicupeningkatan sintesis AMP, AMP merupakan salah satu
nukleotida purin, AMP selanjutnya dideaminasi menjadi inosin yang kemudian dihidrolisis
menghasilkan hiposantin dan D-ribosa, hipoxantin menjadi xantin lalu asam urat oleh xantin
oksidase.
Terkait dengan hal ini, Donsbough dkk. (2010) melaporkan bahwa Enzim
Hypoxanthine-Guanine Phosphoribosyl Transferase (HGPRT) merupakan salah satu enzim
yang berperan dalam reaksi pemanfaatan basa purin menjadi nukleotida. Enzim ini berperan
dalam mengubah purin menjadi nukleotida purin agar dapat digunakan kembali sebagai
penyusun DNA dan RNA.
Selain peningkatan enzim Hypoxanthine-Guanine Phosphoribosyl Transferase
(HGPRT), maka peningkatan suhu lingkungan dan cekaman panas yang dialami oleh ayam,
memicu peningkatan aktivitas Enzim Xanthine Oxidoreduktase (XOR). XOR berperan
memetabolisme purin menjadi asam urat (Settledkk., 2012). Donsbough dkk. (2010)
mengemukakan bahwa peningkatan aktivitas HGPRT dan XOR menyebabkan peningkatan
level radikal bebas (ROS) di dalam sel.
Profil Malondialdehyde dan Kolesterol Darah Ayam …………………………...…………......Novianti
Peningkatan radikal bebas juga dapat dipicu oleh meningkatnya lintasan glikolisis dan
glikogenolisis serta phosporilasi oksidatif di dalam matrik mitokondria untuk biosintesis ATP.
Konsentrasi radikal bebas (ROS) menjadi pemicu utama terbentuknya MDA.
Konsentrasi ROS yang tinggi mengakibatkan bereaksinya ROS dengan lemak, protein,
asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu. Lemak
merupakan biomolekul yang rentan terhadap serangan radikal bebas. Komponen membran
sel hewan mengandung sumber Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) yang banyak. PUFA ini
merupakan biomolekul yang mudah dirusak oleh bahan-bahan pengoksidasi, proses tersebut
dinamakan peroksidasi lemak. Hal ini sangat merusak karena merupakan suatu proses
berkelanjutan (Mushawwir, 2014).
Pemecahan hidroperoksida lemak sering melibatkan katalisis ion logam transisi,
menghasilkan senyawa karbonil rantai pendek seperti aldehida dan keton yang bersifat
sitotoksik. Evans (1991) melaporkan bahwapemecahan ikatan karbon selama peroksidasi lipid
menyebabkan pembentukan alkanal seperti malondialdehyde (MDA).
2)
Pengaruh THI terhadap Profil Kolesterol Darah Ayam Petelur Fase Layer
Hasil pengamatan profil kolesterol ayam petelur fase layer pada THI yang berbeda
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.Rataan Profil Kolesterol Darah Ayam Petelur Fase Layer
Perlakuan
THI
Rataan (μL/dL)
Signifikasi*
P1
74
64,13
A
P2
89
43,60
B
Keterangan: P1
: Pagi hari
P2
: Siang hari
*Abjad yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan perbedaan yang
sangat nyata (p<0,05)
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata kolesterol ayam petelur fase layer pada pagi
hari dengan nilai THI 74 yaitu 64,13μL/dL, lebih tinggi dibandingkan dengan nilai THI 89
pada siang hari yaitu 43,60 μL/dL.
Hasil dari uji-t berpasangan menunjukkan bahwa
perbedaan nilai THI memberikan pengaruh nyata (p< 0,05).
Ayam petelur yang berada pada nilai THI yang tinggi akan mengalami stres karena
berada di luar zona nyamannya. Bentuk adaptasi yang umum dilakukan adalah panting untuk
mengeluarkan panas tubuhnya. Kondisi ini menyebabkan perlunya energi tambahan bagi
ayam petelur.
Keadaan stres akibat tingginya nilai THI akan berlangsung terus menerus,
sehingga merangsang hipotalamus untuk mensekresikan hormon CRH yang kemudian
Profil Malondialdehyde dan Kolesterol Darah Ayam …………………………...…………......Novianti
diteruskan ke pituitari anterior untuk mensekresikan ACTH. ACTH akan diteruskan ke
korteks adrenal dan mengatur hormon glukokortikoid (Mushawwir, 2014).
Glukokortikoid dapat menambah produksi glukosa hati dengan cara meningkatkan
kecepatan glukoneogenesis (Lukman, 2008). Diketahui glukoneogenesis merupakan
pembentukan glukosa dari senyawa non karbohidrat, menurut Murray dkk. (2003) substrat
utamanya adalah asam amino glukogenik, laktat, gliserol dan propionat.
Gliserol merupakan bentuk cadangan glukosa dari lipid, menurut Sitepoe (1993)
kolesterol bila ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan ke dalam golongan lipida.
Kolesterol agar bisa masuk ke dalam proses glukoneogenesis, perlu masuk terlebih dahulu ke
dalam siklus krebs dengan berubah menjadi Asil-KoA, selanjutnya menjadi citrat, succinylCoA, fumarate, oxaloacetate, pyruvate, phosphoenolpyruvate, triose-P, glucose-6-P, glucose3-P dan akhirnya menjadi glukosa (Mushawwir, 2014). Glukosa ini selanjutnya akan masuk
ke dalam proses glukolisis dan siklus krebs sehingga menghasilkan ATP. Kebutuhan ATP
yang meningkat dalam keadaan THI tinggi menyebabkan siklus glukoneogenis meningkat dan
terus dipertahankan, sehingga menyebabkan konsentrasi kolesterol darah akan menurun.
Kondisi ini menjadi salah satu alasan dan penyebab utama konsentrasi kolesterol pada
P1 lebih tinggi dibandingkan dengan P2, karena terpakainya sebagian kolesterol untuk proses
glukoneogenesis ketika nilai THI meningkat.
4.
Kesimpulan
Perubahan berupa peningkatan nilai THI berpengaruh terhadap peningkatan profil
MDA dan penurunan profil kolesterol darah ayam petelur fase layer. Profil MDA pada THI
74 menunjukkan rataan lebih rendah dibandingkan pada THI 89, sedangkan kadar kolesterol
lebih tinggi pada THI 74 dibandingkan pada THI 89.
5.
Daftar Pustaka
AllenR.G. 2000. TressiniM. Oxidative stress and generegulation. Free Radical Biol Med.
28:463-99.
Bottje, W., B. Enkvetchakul, & R. Moore. 1995. Effect of α-tocopherols on antioxidants, lipid
peroxidation, and the incidence of pulmonary hypertensio syndrome (ascites) in broilers.
Poult. Sci. 74: 1356-1369.
Donsbough, A.L. S. Powell , A. Waguespack , T. D. Bidner, dan L. L. Southern. 2010. Uric
acid, urea, and ammonia concentrations in serum and uric acid concentration in excreta
as indicators of amino acid utilization in diets for broilers.Poult.Sci.89 :287–294.
Profil Malondialdehyde dan Kolesterol Darah Ayam …………………………...…………......Novianti
Franco,D. J. 2004. Effect of heat stress of production, physiological and metabolic parameters
in three varieties of laying hens.PhD Dissertation, Univ. of Nebraska, Lincoln.
Ganong, W. F. 1983. Review of Medical Physiologi. 10th Ed. Diterjemahkan: Adji Darma.
Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta. 441-444; 448-452.
Hansen, B. H., S. Rømma, Ø. A. Garmo, P. A. Olsvik and R. A. Anderson. 2006. Antioxidative
stress proteins and their gene expression in brown trout (Salmo trutta) from three rivers
with different heavy metal levels. Comp. Biochem. Physiol. C 143:263-274.
Inoue M. 2001. Protective mechanism against reactive oxygen species. In Arias IM The liver
biologyand pathobiology L Jippincott Williams and Wilkins 4th-ed. Philadelphia.
Kinanti, A.S.2011. Pengaruh suplementasi vitamin E dan DL methionine dalam ransum
terhadap performa ayam broiler pada kondisi cekaman panas. Skripsi. Departemen Ilmu
Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lukman, A. 2008. Mekanisme Dan Regulasi Hormon Glukokortikoid Pada Manusia. Vol 1 No
1 Februari 2008, hlm. 25 -28
Murray, dkk. Biokimia Harper. Edisi 25. Alih Bahasa Andry Hartono. Jakarta: Penerbit EGC;
2003. P. 74 -116. physical activity and health, J. Clin Nutr. Biochem, 72.: 637S-46S.
Physiol Rev. 82. p: 47-95. Publishing Company, Inc. Wesport, Co. p. 1-15.
Mushawwir, A. 2014. Biokimia Nutrisi. Fakultas Peternakan UniversitasPadjadjaran.
Sumedang.
Mushawwir, A. dan Latipuddin, D. 2013. Biologi Sintesis Telur, perspektif Fisologi, Biokimia
dan Molekuler Produksi Telur. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Rice-Evans CA, Diplock AT, Symons MCR. 1991. Technique in Free Radical Research.
Elsivier Amsterdam, London, Tokyo.
Settle, T., M. D. Carro, E. Falkenstein, W. Radke, dan H. Klandorf. 2012. The effects of
allopurinol, uric acid, and inosine administration on xanthine oxidoreductase activity
and uric acid concentrations in broilers. Poult. Sci. 91 :2895–2903.
Sitepoe, M. 1993. Kolesterol Fobia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.