Download Dollar Kekar Memaksa The Fed Sabar

Survey
yes no Was this document useful for you?
   Thank you for your participation!

* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project

Document related concepts
no text concepts found
Transcript
 Jakarta, 23 Maret 2015 Dollar Kekar Memaksa The Fed Sabar Pekan lalu saya menulis penguatan dollar yang sangat tepat (too strong too soon) memungkinkan the Fed mempertahankan suku bunga. Kenyataannya demikian, melalui rapat FOMC pekanlalu, the Fed mengindikasikan suku bunga akan tetap rendah (lower for longer). Bloomberg menyediakan statistik yang berharaga melalui Surprise Index untuk Amerika Serikat (ECSURPUS). Indeks yang mencakup banyak indicator bisnis ini mencatat deviasi antara kenyataan dan harapan, above or below expectation. Agar dapat dibandingkan secara historis indeks ini disajikan dalam bentuk deviasi relative seperti z‐score dengan titik nol sebagai posisi netral. Peraga dibawah ini menunjukkan bagaimana ECSURPUS yang berwarna biru berbintik menurun drastic hingga dibawah angka nol. Dapat juga dicermati penurunan ECSURPUS ini sudah mendekati posisi awal tahun 2009 ketika ekonomi AS terpuruk dalam deflasi menyusul kejatuhan Lehman Brothers tahun 2008. Penyebabnya adalah banyak data bisnis yang tidak sebaik harapan. Bloomberg menyebutkan penurunan factory order hingga penjualan otomotif. Sangat bias jadi semua “kejutan” negative itu sebagai dampak penguatan dollar yang terlalu pesat dan cepat. Terlihat pada series yang berwarna merah adalah indeks dollar global (DXY) yang meningkat pesat sejak pertengahan 2014. Setahun terakhir DXY menguat sekitar 24%. The Fed sendiri mengakui bahwa penguatan dollar menjadi pertimbangan untuk mempertahankan suku bunga. Di satu sisi penguatan dollar telah memperlunak tekanan inflasi. Namun disisi lain memperburuk daya saing yang berisiko menggangu kegiatan bisnis Amerika Serikat. The Fed memang menghilangkan kata “Patient”, namun dengan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang lebih rendah maka secara implit the Fed mengindikasikan suku bunga akan tetap dipertahankan rendah. Peraga dibawah ini menunjukkan AS headline inflasi AS (YoY) mengalami angka minus (deflasi), sejalan dengan yang terjadi di kawasa Euro Demikian juga output gap yang masih minus (3,1% GDP) menegaskan AS masih memiliki kelebihan kapasitas. Perang Mata Uang Cegah Dollar Melemah Saya menyakini secara fundamental sepertinya dollar melemah. Alasannya sederhana. Sebetulnya selama ini likuiditas dollar sudah diciptakan terlalu banyak, Melebihi kebutuhan sector riil di AS. Mohon bersabar menghayati peraga dibawah ini yang menyajikan perkembangan indeks dollar (DXY) dan velocity of money di AS (V).Statistik V inisederhana, diperoleh sebagai pembagian antara GDP nominal yang mewakili sector riil (demand for dollar) dan M2 sector moneter (supply for dollar). Dimanapun, termasuk di Indonesia menjelang krisis 1998, penurunan V menandakan pasokan likuiditas yang lebih besar ketimbang permintaan. Hukum dasar ekonomi secara alami menyimpulkan kelebihan likuiditas akan menurunkan harga mata uang di banding negara lain. Singkatnya mata uang akan melemah (terdepresiasi). Dapat dicermati velocity of money AS turun drastic terutama sejak tahun 2008, sejalan dengan penciptaan uang yang sangat banyak melalui quantative easing yang dilakukan oleh the Fed. Memang betul konsep velocity of money ini bekerja menjelaskan penguatan atau pelemahan nilai tukar secara gradual. Namun dampaknya struktural. Penguatan dollar yang setahun terakhir terjadi terkait dengan aksi penciptaan likuiditas serupa yang dilakukan oleh Jepang dan kemudian Eropa sehingga velocity kedua kawasan ini menurun lebih pesat ketimbang AS. Perbaikan Neraca Berjalan Bisa Lebih Cepat Pekan lalu sebetulnya ada statistic bagus yang melandasi keyakinan saya bahwa rupiah semestinya bisa menguat. BPS melaporkan deficit neraca minyak Februari hanya $598 juta. Angka ini merosot 70% di banding setahun lalu. Secara kumulatif tahun berjalan hingga Februari 2015 hanya mencapai $1,76 milyar atau jauh lebih rendah di banding periode yang sama tahun 2014 yang mencapai $4,46 milyar. Terbuka peluang deficit necara minyak tahun 2015 hanya $10,5 milyar atau jauh lebih rendah dibanding $27 milyar baik untuk selama tahun 2013 dan 2014. Peluang penguatan rupiah secara fundamental lebih terbuka bila berbagai kebijakan pemerintah yang kami bahas pekan lalu dapat dilaksanakan dengan seksama.Setelah mengendalikan deficit neraca minyak dengan membatasi subsidi BBM, secara sistematik pemerintah memperkuat rupiah melalui pembenahan neraca perdagangan non‐migas, neraca jasa dan neraca income. Faktor eksternal juga berpeluang memperkuat rupiah melalui arus masuk modal asing. Memang betul selama bulan berjalan, pasar saham mengalami arus keluar modal asing sekitar $263 juta. Namun kita berharap keputusan the Fed menahan suku bunga akan membalikkan keadaan. Kami cermati yield T‐bond kembali dibawah 2% untuk tenor 10 tahun. Sehingga ada peluang dengan posisi rupiah yang melemah investor asing kembali melirik pasar modal Indonesia. Kami dengar Presiden Jokowi kemarin kembali memulai lawatan luar negeri ke Jepang dan Tiongkok untuk menarik investasi langsung guna pembiayaan infrastruktur. Kita doakan berhasil. Salam Budi Hikmat Chief Economist and Director for Investor Relation