Survey
* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project
* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project
LECB INDONESIA Provincial Policy Note LOW EMISSION CAPACITY BUILDING PROJECT - INDONESIA Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah (KT-GEM) LECB Indonesia Final Report Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah (KT-GEM) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Republik Indonesia Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP) Republik Indonesia Provincial Policy Note © 2014 Low Emission Capacity Building (LECB) Semua hak dilindungi undang-undang Saran kutipan: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP) Republik Indonesia. 2015. Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah (KT-GEM). Jakarta: LECB Indonesia. Foto sampul: Unit Komunikasi UNDP UNDP Indonesia Menara Thamrin Lantai 8-9 Jl. M.H. Thamrin Kav. 3 Jakarta 10250 Provincial Policy Note ini dimaksudkan untuk menyampaikan temuan atau metode awal yang digunakan dalam kegiatan yang berkaitan dengan LECB Programme di Indonesia untuk mendorong diskusi kebijakan lebih lanjut. Setiap pandangan yang diungkapkan dalam Provincial Policy Note ini tidak mewakili pandangan lembaga atau sponsor publikasi ini. Table of Contents Ringkasan Eksekutif 1 Executive Summary 2 1. Model Ekonomi Hijau Indonesia (I-GEM) dan Aplikasinya di Tingkat Provinsi 3 2. Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah (KT-GEM) 4 2.1. Proses Pembuatan KT-GEM 4 2.2. Simulasi KT-GEM: Skenario Business As Usual 7 2.3. Simulasi KT-GEM: Skenario Ekonomi Hijau 9 3. Rekomendasi Kebijakan 12 Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada: Penasehat Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup BAPPENAS Dr. Endah Murniningtyas Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah: Gubernur: Agustin Teras Narang, S.H Wakil Gubernur: Ir.H. Achmad Diran Asisten Gubernur Bidang Ekonomi dan Pembangunan: Ir.Syahrin Daulay, M.Eng.Sc. Kepala Bappeda: Ir.Herson B.Aden, M.Si. National Project Director LECB Dr. Nirarta Samadi Penyusun Pavan Sukhdev (GIST Advisory) Dr. Andrea Bassi (Knowledge Srl) Kaavya Varma (GIST Advisory) Peninjau Dr. Medrilzam (BAPPENAS) Dr.Verania Andria (UNDP) Dr. Sonny Mumbunan (UNDP) Johan Kieft (UNORCID) Tim Teknis Universitas Palangkaraya: Dr. Yusurum Jagau, Jhon Wardi, Tri Yuliana. SKPD Provinsi Kalimantan Tengah: Warismun, Domingos Neves, M.Si., Akhmad Elpiansyah, M.T., Ir.Retno Nurhayati Utaminingsih, Jani Dwipriambodo, S.T., Firmanto, S.T., Indash Susanti Rosga, Edwin Adi Pratama. Institut Teknologi Bandung: Dr. Muh.Tasrif, Akhmad Taufik, Hani Irwan. Tim pendukung Tim LECB Indonesia: Listya Kusumawati, Adi Pradana (UKP-PPP), Prasetio Wicaksono, Puspa Kartika Wijayanti, Ulya Dieni, Nova Virgiana, Diah Adji, Ratih Saraswati, Liliek Sofitri, Betti Indira Sari Siagian, Ayunda Swacita Manggiasih (UNDP). Ringkasan Eksekutif I-GEM (Indonesia Green Economy Model – Model Ekonomi Hijau Indonesia) adalah model yang dikembangkan untuk mengukur secara simultan tiga indikator Ekonomi Hijau (Green Economy), yaitu pertumbuhan ekonomi yang memperhitungkan kerugian akibat degradasi dan kerusakan sumber daya alam (Green GDP); pendapatan kelompok masyarakat miskin yang diperoleh dari sumber daya alam (GDP of the Poor) dan jumlah kesempatan kerja yang layak di sektor ramah lingkungan (Green Jobs), sebagai hasil dari berbagai kegiatan pembangunan. Melalui I-GEM, berbagai scenario intervensi kebijakan pembangunan berkelanjutan secara terintegrasi dapat dikembangkan dan diukur dampaknya di masa yang akan datang. I-GEM dibangun dengan pendekatan Sistem Dinamik (System Dynamics) yang fleksibel dan mudah dipelajari. Di Indonesia, model ekonomi hijau ini pertamakali dikembangkan dan diujicobakan di provinsi Kalimantan Tengah atau disebut KT-GEM yang dibuat sesuai dengan kondisi di provinsi tersebut. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah bersama Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) mengembangkan model KT-GEM sebagai bagian dari program peningkatan kapasitas dari United Nations Development Programme (UNDP) dengan dukungan dari United Nations Environment Programme (UNEP). Diharapkan model KT-GEM dapat digunakan sebagai alat perencanaan dan pengambil keputusan khususnya dalam mengukur dampak sosial, ekonomi dan lingkungan secara simultan dari suatu intervensi kebijakan pembangunan di Kalimantan Tengah. Dalam Policy note ini, ditampilkan contoh simulasi model KT-GEM yang menawarkan analisa dampak kebijakan pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah di sektor pertanian/perkebunan dan sektor kehutanan sesuai dengan RPJMD 2011-2015 dan merekomendasikan skenario pembangunan hijau di sektor tersebut untuk RPJMD 2016-2020. KT-GEM: Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah 1 Executive Summary I-GEM (Indonesia Green Economy Model) is a model developed to measure simultaneously three outcome indicators of a Green Economy, namely, economic growth that accounts natural capital depletion and destruction (Green GDP); the income level of poor households that comes from environmental services (GDP of the Poor) and decent job creation in green sectors (Green Jobs) that arise from various development activities. Through I-GEM, a range of integrated sustainable development policy interventions can be developed and their future impacts can be measured. I-GEM has been built with a System Dynamics approach that is flexible and easy to use. In Indonesia, this green economy model was first developed and tested in Kalimantan Tengah province. As it was developed in accordance with the conditions in Kalimantan Tengah, this model is to be called KT-GEM. The Government of Kalimantan Tengah Province along with the Presidential Delivery Unit for Development Oversight and Control (UKP-PPP) and the National Development Planning Agency (BAPPENAS) developed the KT-GEM model as part of United Nations Development Programme’s (UNDP) capacity building programme with support from the United Nations Environmental Programme (UNEP). It is hoped that the KT-GEM model can be used as a planning and policymaking tool, in particular to simultaneously measure the social, economic, and environmental impacts of development policy interventions in Kalimantan Tengah. This policy note presents KT-GEM simulation models that offer an analysis of impacts of Kalimantan Tengah Provincial Government policies in the agricultural/ plantation sector and forestry sector pursuant to the 2011-2015 Regional Medium Term Development Plan (RPJMD) and recommends a Green Economy development scenario in those sectors for the 2016-2020 RPJMD. 2 Provincial Policy Note LECB 1. Model Ekonomi Hijau Indonesia (I-GEM) dan Aplikasinya di Tingkat Provinsi Ekonomi Hijau adalah cara untuk mencapai pembangunan pendekatan sistem dinamik yang memungkinkan pengukuran berkelanjutan yang berkeadilan sosial, mendorong pertumbu- secara simultan dampak suatu intervensi kebijakan terhadap han ekonomi dan sekaligus menjaga kualitas lingkungan. Mod- sosial, ekonomi dan lingkungan. el Ekonomi Hijau Indonesia (I-GEM) dibangun berdasarkan I-GEM memperkenalkan tiga indikator makro pembangunan yang diyakini diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi strategi Ekonomi Hijau, yaitu: t Green GDP (GDP Hijau): indikator yang mengukur pertumbuhan ekonomi dengan memperhitungkan kerugian akibat degradasi dan kerusakan sumber daya alam. t GDP of the Poor (GDP kelompok miskin): indikator yang mengukur proporsi pendapatan kelompok masyarakat miskin yang diperoleh dari sumber daya alam akibat ketergantungan mereka yang tinggi terhadap sumber daya tersebut. t Green Jobs (Pekerjaan Hijau): indikator yang mengukur tingkat kesempatan kerja yang layak di sektor ramah lingkungan 1. Penggunaan I-GEM ditujukan untuk meningkatkan kemam- Kalimantan Tengah karena KT-GEM dapat mensimulasikan puan para pembuat kebijakan untuk membandingkan skenario berbagai pilihan intervensi kebijakan yang dapat meningkatkan intervensi kebijakan dalam kondisi Business as Usual dengan pertumbuhan ekonomi dan sekaligus mengurangi kemiskinan, skenario intervensi kebijakan ekonomi hijau yang dapat mem- membuka lapangan pekerjaan serta mengurangi kerusakan berikan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan yang berbeda. sumber daya alam – semua kriteria suatu ekonomi hijau. Para pembuat kebijakan dapat menganalisa dampak ini dalam berbagai selang waktu, misalnya 1, 5, atau 10 tahun, sehingga Dalam konteks tipologi ekonomi, KT-GEM merepresentasikan memungkinkan pembuatan kebijakan berdasarkan informasi pemodelan ekonomi hijau di provinsi dengan tipologi ekonomi yang mencukupi. yang dominan digerakkan oleh sektor kehutanan dan perkebunan. Jika provinsi lain di Indonesia dengan tipologi ekonomi Percontohan aplikasi I-GEM untuk tingkat provinsi telah di- yang berbeda juga mengembangkan pemodelan serupa, maka laksanakan di Provinsi Kalimantan Tengah dan menghasilkan representasi dari berbagai provinsi tersebut akan mendukung suatu Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah, atau pencapaian Ekonomi Hijau Indonesia. Pada saat ini, LECB proj- KT-GEM, yang dibangun berdasarkan data dan konteks spesifik ect sedang merampungkan Model Ekonomi Hijau Provinsi DKI Kalimantan Tengah. Pemanfaatan KT-GEM di tingkat provinsi Jakarta (JAK-GEM) sebagai representasi tipologi ekonomi ber- memungkinkan para perencana dan pembuat kebijakan untuk basis jasa dan konteks perkotaan. memutuskan arah kebijakan menuju ekonomi hijau di provinsi 1 Green Jobs didefinisikan oleh ILO dan UNEP (2008) sebagai pekerjaan yang layak dan berkontribusi pada pelestarian atau perlindungan kualitas lingkungan baik di sektor pertanian, industry, jasa maupun administrasi. Pendekatan modeling tidak dapat secara penuh menganalisa faktor kelayakan (decency) dari suatu kesempatan kerja yang dihasilkan/dihilangkan akibat suatu intervensi kebijakan. Proses kajian lebih kanjut and konsultasi dengan para pemangku kepentingan diperlukan untuk menganalisa tingkat kelayakan tersebut. KT-GEM: Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah 3 2. Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah (KT-GEM) 2.1. Proses Pembuatan KT-GEM Penyusunan KT-GEM dilakukan sejak awal tahun 2014 dengan difasilitasi oleh Tim Ahli LECB untuk Ekonomi Hijau dan pemodelan sistem dinamik dan Tim Teknis LECB dari Institut Teknologi Bandung. Kegiatan ini melibatkan secara aktif perwakilan dari Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah sebagai Tim Teknis (Sekretariat Daerah, BAPPEDA, Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Perkebunan, Dinas Kehutanan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pertambangan dan Energi, Badan Lingkungan Hidup Daerah) serta staff pengajar dari Universitas Palangkaraya. bangan lebih lanjut dari KT-GEM dalam perencanaan dan pengawasan pembangunan Ekonomi Hijau di Provinsi Kalimantan Tengah. Penyusunan indikator Green GDP dilakukan berdasarkan informasi dari sektor kehutanan, pertanian dan perkebunan, pertambangan dan energi, serta sektor perikanan. Kebutuhan sumberdaya manusia dan lapangan kerja berbasis sektor dianalisa untuk indikator Green Jobs. Sementara indikator GDP of the Poor disusun berdasarkan data primer dari 119 rumah tangga di enam belas desa yang mewakili empat jenis pendapatan yang bergantung pada alam (hutan, rotan, tepi sungai, dan batu bara). Dari hasil pengumpulan data dan proses konsultasi Proses pembuatan KT-GEM meliputi konsultasi dengan para pemangku kepentigan - pengumpulan data sekunder dan data primer - pembuatan model dan User Interface – validasi model – pelatihan pemodelan dan penggunaan User Interface. Pelatihan Tim Teknis diharapkan dapat mendorong peningkatan kapasitas teknis di Provinsi untuk pemanfaatan dan pengem- dengan Pemda Provinsi Kalteng dan Tim Teknis, disusun model KT-GEM yang menunjukka keterkaitan antara berbagai variabel sosial, ekonomi dan lingkungan dengan pendekatan sistem dinamik dimana perubahan pada suatu variabel akan mempengaruhi variabel lainnya. Pendekatan system dinamik ini memungkinan analisa dampak secara simultan (Gambar 1). Gambar 1. Pendekatan sistem dinamik dalam Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah (KT-GEM) 4 Provincial Policy Note LECB User Interface KT-GEM dibuat untuk memungkinkan para kanan dan pertambangan dan secara simultan melihat dam- pemakai dapat secara mudah menggunakan model KT-GEM paknya terhadap berbagai indikator ekonomi, sosial dan ling- dalam mensimulasikan berbagai skenario intervensi kebijakan kungan (Gambar 2) sebagai dasar pengambilan keputusan. Ekonomi Hijau di sektor pertanian, energi, kehutanan, peri- Gambar 2. Tampilan User Interface Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah (KT-GEM) KT-GEM: Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah 5 PENJELASAN ISTILAH DALAM USER INTERFACE MODEL EKONOMI HIJAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH (KT-GEM) ECONOMY Natural Capital Change Perubahan kuantitas dan kualitas sumber daya alam/lingkungan. Semakin menaik perubahannya, semakin baik. Real GDP Real Gross Domestic Product atau Konvensional PDB (Produk Domestik Bruto) adalah nilai dari semua produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara yang belum memperhitungkan biaya-biaya degradasi dan kerusakan lingkungan. Merupakan indikator pertumbuhan ekonomi. Real GDP Growth Rate Rata-rata pertumbuhan Real GDP. Green GDP Green Gross Domestic Product atau PDB Hijau (Produk Domestik Bruto Hijau) adalah PDB yang sudah memperhitungkan biaya-biaya degradasi dan kerusakan lingkungan. Green GDP Growth Rate Rata-rata pertumbuhan Green GDP. SOCIETY Relative HH (households) Income Tingkat pendapatan relatif rumah tangga umum. Relative Poor HH Income Tingkat pendapatan relatif rumah tangga miskin terhadap rumah tangga umumnya. GDP of the Poor (Rattan) Menggambarkan tingkat ketergantungan kelompok masyarakat miskin pada sumber daya alam sekitarnya. GDP of the Poor juga menggambarkan tingkat pendapatan masyarakat miskin yang diperoleh dari sumber daya alam. GDP of the Poor dipengaruhi oleh kualitas lingkungan. Jika lingkungan rusak, maka GDP of the Poor akan semakin menurun. Green Jobs Pekerjaan Hijau. Jumlah kesempatan kerja yang layak di berbagai sektor hijau atau sektor yang ramah lingkungan yang berkontribusi pada pengurangan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Food Balance Kecukupan pangan. Dipengaruhi oleh kemampuan produksi dan tingkat kebutuhan. Food balance semakin baik jika produksi lebih besar dari kebutuhan. ENVIRONMENT Annual Emissions from Forest Tingkat emisi gas rumah kaca tahunan dari sektor kehutanan. Semakin kurang tutupan hutan, semakin tinggi tingkat emisi. Cultivated (crop) land Luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Annual emissions (energy,land, fire) Tingkat emisi gas rumah kaca tahunan dari berbagai sektor. Forest Cover Luas tutupan hutan Electricity Demand Tingkat permintaan tenaga listrik 6 Provincial Policy Note LECB 2.2. Simulasi KT-GEM: Skenario Business as Usual (BAU) berdasarkan Strategi dan Sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kalimantan Tengah (RPJMD) 2011-2015 Kalimantan Tengah (Kalteng) adalah provinsi yang kaya dengan sumber daya alam yang ditunjukkan dengan kegiatan ekonomi yang bertumpu pada sektor pertanian, perkebunan, perikanan air tawar, pertambangan dan kehutanan; dimana sektor pertanian dan sub-sektor perkebunan merupakan penyumbang terbesar (28.2%) Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Kalteng menurut RPJMD 2011-2015. Sektor pertanian dan sub-sektor perkebunan (kelapa sawit, karet, singkong) merupakan sektor yang paling memungkinkan untuk dikembangkan mengingat ketersediaan lahan yang cukup besar. Pemerintah daerah Provinsi Kalteng menghadapi tantangan dalam pengembangan investasi di sektor perkebunan berada didalam kawasan hutan. Walaupun kebijakan ekonomi difokuskan di sektor pertanian, tetapi data statistik BPS Provinsi Kalimantan Tengah (Februari 2014) menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja di sektor pertanian mengalami penurunan sebesar 2,71% dibandingkan tahun 2013. Profil kemiskinan di Provinsi Kalteng menurut data BPS Provinsi (September 2013) menunjukkan bahwa dari sekitar 145 ribu jumlah penduduk miskin (6,3% dari total jumlah penduduk), persentase penduduk miskin lebih banyak tinggal di daerah perdesaan (6,45%) dibandingkan dengan di perkotaan (5,8%). Sementara hasil analisa data GDP of the Poor menunjukkan bahwa alam merupakan sumber dari sebagian besar mata pencaharian rumah tangga perdesaan di Provinsi Kalteng (Gambar 3). Rata-rata 76,38% pendapatan tunai dan non-tunai masyarakat perdesaan dihasilkan dari sumber daya alam sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sumber daya alam sangat mempengaruhi tingkat kehidupan masyarakat miskin di perdesaan Kalimantan Tengah. karena terbentur aspek tata ruang dimana lokasi yang potensial Gambar 3: Persentase pendapatan dari jasa ekosistem di Provinsi Kalimantan Tengah Rata-rata Pendapatan Tunai Rata-rata Pendapatan Nondan Non-Tunai berbasis ekoJenis Desa Tunai berbasis ekosistem sistem (% dari total pendapatan) (% dari total pendapatan) Hutan N=31 rumah tangga (Murung Raya) Tepi Sungai N=51 rumah tangga (Barito Utara, Barito Selatan, Pulang Pisau dan Kapuas) Perdesaan dicampur dengan rotan N=27 rumah tangga (Katingan) Perdesaan dicampur dengan batu bara N=12 rumah tangga (Barito Utara dan Barito Selatan) Semua desa, semua jenis desa N=119 (16 desa di 6 kabupaten/kota) 51,43% 77.41 43.55 86.38 44.63 74.99 21.79 34.14 43.63 76.38 KT-GEM: Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah 7 Kondisi diatas memberikan tantangan bagi para perencana 2011-2015 mengutamakan pertumbuhan cluster-cluster eko- dan pengambil kebijakan pembangunan di Provinsi Kalteng nomi unggulan (khususnya di sektor pertanian dan sub-sektor dalam usaha mencapai Visi Provinsi Kalimantan Tengah 2015 perkebunan), pengembangan infrastruktur pengairan untuk agar rakyat lebih sejahtera dengan adanya pertumbuhan eko- mendorong sektor pertanian dan pengendalian pencemaran nomi yang meningkat setiap tahunnya, menurunkan jumlah dan perusakan lingkungan. KT-GEM digunakan untuk men- penduduk miskin dan kesenjangan pendapatan, terciptanya simulasikan skenario dampak jangka panjang (s.d. tahun 2030) lapangan kerja dan meningkatnya mutu lingkungan hidup. dari intervensi kebijakan di sektor pertanian dan kehutanan Untuk mencapai visi tersebut, intervensi kebijakan di sektor sesuai dengan arahan RPJMD 2011-2015 dan masukan dari pertanian, sub-sektor perkebunan dan kehutanan berdasar- Tim Teknis Kalteng 2. kan strategi dan sasaran RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah Implikasi ekonomi, sosial dan lingkungan: Analisa Skenario Business As Usual Hasil analisa simulasi skenario Business As Usual (BAU) wasan hutan. Mengingat struktur ekonomi Kalteng secara di Kalimantan Tengah (Gambar 4) menunjukkan pening- dominan digerakkan oleh sector pertanian/ sub-sektor katan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) hingga di perkebunan dan pertambangan, diperlukan berbagai in- akhir tahun simulasi (2030). Namun, peningkatan PDRB tervensi kebijakan pada dua sector tersebut serta perbai- disertai kecenderungan penurunan stok sumber daya alam kan manajemen dalam pengelolaan hutan. (Natural Capital), khususnya penurunan luas tutupan ka- Gambar 4. Simulasi KT-GEM untuk skenario Business As Usual: Indikator Green GDP menunjukkan kegiatan ekonomi yang berbasis pada sumber daya alam dan konversi kawasan hutan. Keterangan yang lebih lengkap mengenai simulasi KT-GEM dapat dilihat dari Laporan Final: Kalteng’s Green Economy Model (KT-GEM). 24th February 2014. Pavan Sukhdev, Andrea Bassi, Kaavya Varma & Sonny Mumbunan. UNDP-LECB. 2 8 Provincial Policy Note LECB Implikasi ekonomi, sosial dan lingkungan: Analisa Skenario Business As Usual Analisa indikator GDP of the Poor dan Green Jobs KT- bijakan di sektor pertanian dan kehutanan dalam jangka GEM untuk skenario Business As Usual (BAU) menun- panjang tidak berdampak kepada peningkatan pendapatan jukkan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto rumah tangga miskin dan penyerapan tenaga kerja di sek- (PDRB) Provinsi Kalimantan Tengah dari intervensi ke- tor ramah lingkungan (Gambar 5). Gambar 5. Simulasi KT-GEM untuk skenario Business As Usual: Indikator GDP of the Poor dan Green Jobs menunjukkan bahwa peningkatan PDRB Provinsi Kalimantan Tengah dalam jangka panjang cenderung tidak akan berkontribusi pada peningkatan pendapatan rumah tangga miskin dan penyediaan lapangan pekerjaan. 2.3. Skenario Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) 2016-2020. KT-GEM digunakan untuk mensimulasikan beberapa skenario intervensi kebijakan Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah di sektor pertanian dan kehutanan dibandingkan dengan skenario BAU. “ Simulasi ekonomi hijau ini diajukan sebagai rekomendasi dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) 2016-2020 Provinsi Kalimantan Tengah.” Skenario Ekonomi Hijau yang disimulasikan adalah sebagai berikut: Intervensi Kebijakan di Sektor Pertanian: t Kebijakan pertanian berkelanjutan: penerapan pertanian berkelanjutan seluas 1 juta hektar (10.000 km 2) dimulai tahun 2017 t Kebijakan produktivitas lahan: peningkatan produktivitas di sektor pertanian konvensional (target 2,5 ton/Ha) dan di pertanian lahan berpindah (target 1,5 ton/Ha) di tahun 2030. t Kebijakan perluasan lahan perkebunan: perluasan lahan perkebunan yang awalnya seluas 80.000 Ha/tahun akan diturunkan menjadi 40.000 Ha/tahun sejak tahun 2020. KT-GEM: Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah 9 Intervensi Kebijakan di Sektor Kehutanan: t Kebijakan pengurangan deforestasi: luasan kawasan hutan yang dikonversi dibatasi maksimal 2.500.000 hektar kumulatif sejak 2012. Implikasi ekonomi, sosial dan lingkungan: Analisa Skenario Ekonomi Hijau Analisa indikator Green GDP untuk Skenario Hijau dari dan lingkungan. Intervensi kebijakan pembatasan konver- intervensi kebijakan di sektor pertanian dan kehutanan si kawasan hutan meningkatkan tutupan hutan sementara dibandingkan dengan skenario Business As Usual (BAU) kebijakan peningkatan produktivitas pertanian konven- menunjukkan peningkatan Produk Domestik Regional sional, lahan berpindah dan penerapan sistem pertanian Bruto (PDRB) Provinsi Kalimantan Tengah yang lebih berkelanjutan menurunkan kebutuhan akan lahan perta- tinggi sejalan dengan perbaikan kondisi sumber daya alam nian (Gambar 6). Gambar 6. Simulasi KT-GEM untuk skenario Ekonomi Hijau (Scenario 1) menunjukkan kecenderungan kondisi PDRB, sumber daya alam dan tutupan hutan yang lebih baik daripada skenario BAU serta penurunan kebutuhan akan lahan pertanian. 10 Provincial Policy Note LECB Implikasi ekonomi, sosial dan lingkungan: Skenario Ekonomi Hijau Analisa indikator GDP of the Poor dan Green Jobs un- Tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian akan tuk Skenario Hijau (Scenario 1) dari intervensi kebijakan mengalami penurunan tetapi akan bergeser ke sektor ke- di sektor pertanian dan kehutanan dibandingkan dengan hutanan akibat intervensi pembatasan konversi kawasan skenario Business As Usual (BAU) menunjukkan bahwa hutan dan pengenalan teknologi untuk meningkatkan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) produkstivitas pertanian. Kecenderungan pergeseran sek- Provinsi Kalimantan Tengah dalam jangka panjang akan tor ini perlu diantisipasi agar kesiapan keahlian tenaga berdampak kepada peningkatan pendapatan rumah tang- kerja tepat dengan kebutuhan pasar di masa depan (Gam- ga miskin. bar 7). Gambar 7. Simulasi KT-GEM untuk skenario Ekonomi Hijau (Scenario 1) menunjukkan bahwa peningkatan PDRB yang dihasilkan dari intervensi kebijakan di sektor pertanian dan kehutanan dalam jangka panjang akan berkontribusi pada peningkatan pendapatan rumah tangga miskin dan mendorong terjadinya pergeseran penyerapan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor kehutanan. KT-GEM: Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah 11 3. Rekomendasi Kebijakan t Penggunaan dan pengembangan Model Ekonomi Hijau sikan dengan menggunakan KT-GEM menujukkan bahwa in- Provinsi Kalimantan (KT-GEM) untuk mengevaluasi dam- tervensi di sektor kehutanan melalui pembatasan luas kawasan pak jangka panjang dari intervensi kebijakan yang telah di- hutan yang dapat dikonversi sebanyak maksimum 2,5 juta Ha laksanakan dalam periode RPJMD Provinsi Kalimantan Ten- dan intervensi sektor pertanian yang menerapkan pendekatan gah 2011-2015 maupun dalam merumuskan arah kebijakan pertanian berkelanjutan, meningkatkan produktivitas lahan RPJMD 2016-2020 dapat membantu para perencana dan pem- pertanian konvensional dan lahan berpindah bagi petani kecil buat kebijakan untuk menganalisa secara simultan dampak so- akan menghasilkan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan sial, ekonomi dan lingkungan dari kebijakan yang telah dilak- yang positif. Beberapa pilihan kebijakan yang dapat diambil di sanakan maupun yang akan diambil. sektor pertanian yang pro-pada petani kecil antara lain adalah perbaikan akses informasi, pemberian subsidi untu kegiatan t,FCJKBLBOQFOJOHLBUBOQSPEVLUJWJUBTTFLUPSQFSUBOJBOEBO pertanian organik, pemberian insentif bagi para petani skala penerapan sistem pertanian berkelanjutan dengan mengu- kecil yang meliputi jaminan harga pasar, ketersediaan fasilitas tamakan kelompok petani skala kecil memberikan dampak pasca panen, ketersediaan air, dan keterjangkauan harga un- positif secara sosial, ekonomi dan lingkungan. Skenario Eko- tuk bibit dan penanganan hama. nomi Hijau untuk Provinsi Kalimantan Tengah yang disimula- 12 Provincial Policy Note LECB Contact Person: Verania Andria Programme Manager United Nations Development Programme (UNDP)-Indonesia Menara Thamrin Building, 9th Floor Kav.3 Jl. M.H. Thamrin, Jakarta 10250, Indonesia [email protected] Tel: +62 (0) 2129802300 Implemented by: Supported by: Implemented by: 14 Provincial Policy Note LECB Supported by: LECB Indonesia Final Report Green Economy Model for Central Kalimantan Province (KT-GEM) Ministry of National Development Planning/National Development Planning Agency (BAPPENAS) Republic of Indonesia Presidential Delivery Unit for Development Oversight and Control (UKP-PPP) Republic of Indonesia Provincial Policy Note © 2014 Low Emission Capacity Building (LECB) All rights protected by law Suggested quote: Ministry of National Development Planning/National Development Planning Agency (BAPPENAS) and the Presidential Delivery Unit for Development Oversight and Control (UKP-PPP) of the Republic of Indonesia. 2015. Kalimantan Tengah Green Economy Model (KT-GEM). Jakarta: LECB Indonesia. Cover photograph: Sonny Mumbunan. UNDP Indonesia Menara Thamrin Lantai 8-9 Jl. M.H. Thamrin Kav. 3 Jakarta 10250 This Provincial Policy Note is intended to present findings and initial methods used in the activities related to LECB Programme in Indonesia to encourage further policy discussion. Views expressed in this Provincial Policy Note do not necessarily represent institutional views or those of the sponsor of this publication. Table of Contents Executive Summary 19 1. Indonesian Green Economy Model (I-GEM) and Its Application at the Provincial Level 20 2. Kalimantan Tengah Green Economy Model (KT-GEM) 21 2.1. KT-GEM Building Process 21 2.2. KT-GEM Simulation: Business As Usual Scenario 24 2.3. KT-GEM Simulation: Green Economy Scenario 26 3. Policy Recommendation 29 Acknowledgements: Advisor Deputy for Natural Resources and the Environment BAPPENAS Dr. Endah Murniningtyas Government of Kalimantan Tengah Province: Governor: Agustin Teras Narang, S.H Vice Governor: Ir. H. Achmad Diran Governor’s Assistant for Economic and Development Affairs: Ir.Syahrin Daulay, M.Eng.Sc. Head of Regional Development Planning Agency (Bappeda): Ir.Herson B.Aden, M.Si. National Project Director LECB Dr. Nirarta Samadi Writers Pavan Sukhdev (GIST Advisory) Dr. Andrea Bassi (Knowledge Srl) Kaavya Varma (GIST Advisory) Reviewers Dr. Medrilzam (BAPPENAS) Dr. Verania Andria (UNDP) Dr. Sonny Mumbunan (UNDP) Johan Kieft (UNORCID) Technical Team Universitas Palangkaraya: Dr. Yusurum Jagau, Jhon Wardi, Tri Yuliana. Kalimantan Tengah Provincial Government Working Units: Warismun, Domingos Neves, M.Si., Akhmad Elpiansyah, M.T., Ir. Retno Nurhayati Utaminingsih, Jani Dwipriambodo, S.T., Firmanto, S.T., Indash Susanti Rosga, Edwin Adi Pratama. Institut Teknologi Bandung: Dr. Muh.Tasrif, Akhmad Taufik, Hani Irwan. Supporting Team LECB Indonesia Team: Listya Kusumawati, Adi Pradana (UKP-PPP), Prasetio Wicaksono, Puspa Kartika Wijayanti, Ulya Dieni, Nova Virgiana, Diah Adji, Ratih Saraswati, Liliek Sofitri, Betti Indira Sari Siagian, Ayunda Swacita Manggiasih (UNDP). Executive Summary I-GEM (Indonesia Green Economy Model) is a model developed to measure simultaneously three outcome indicators of a Green Economy, namely, economic growth that accounts natural capital depletion and destruction (Green GDP); the income level of poor households that comes from environmental services (GDP of the Poor) and decent job creation in green sectors (Green Jobs) that arise from various development activities. Through I-GEM, a range of integrated sustainable development policy interventions can be developed and their future impacts can be measured. I-GEM has been built with a System Dynamics approach that is flexible and easy to use. In Indonesia, this green economy model was first developed and tested in Kalimantan Tengah province. As it was developed in accordance with the conditions in Kalimantan Tengah, this model is to be called KT-GEM. The Government of Kalimantan Tengah Province along with the Presidential Delivery Unit for Development Oversight and Control (UKP-PPP) and the National Development Planning Agency (BAPPENAS) developed the KT-GEM model as part of United Nations Development Programme’s (UNDP) capacity building programme with support from the United Nations Environmental Programme (UNEP). It is hoped that the KT-GEM model can be used as a planning and policymaking tool, in particular to simultaneously measure the social, economic, and environmental impacts of development policy interventions in Kalimantan Tengah. This policy note presents KT-GEM simulation models that offer an analysis of impacts of Kalimantan Tengah Provincial Government policies in the agricultural/ plantation sector and forestry sector pursuant to the 2011-2015 Regional Medium Term Development Plan (RPJMD) and recommends a Green Economy development scenario in those sectors for the 2016-2020 RPJMD. KT-GEM: Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah 19 1. The Indonesian Green Economy Model (I-GEM) and Its Application at the Provincial Level Green Economy is a way to achieve sustainable development approach that enables the simultaneous measurement of social, that promotes social justice and economic growth while main- economic and environmental impacts of policy interventions. taining the quality of the environment. The Indonesian Green Economy Model (I-GEM) was built with a system dynamics I-GEM introduces three macro indicators of development that are seen to be necessary in the planning and evaluation of a Green Economy strategy, namely: t t (SFFO(%1BOJOEJDBUPSUIBUNFBTVSFTFDPOPNJDHSPXUICZUBLJOHJOUPBDDPVOUUIFMPTTFTEVFUPEFHradation and destruction of natural resources. t t (%1PGUIF1PPSBOJOEJDBUPSUIBUNFBTVSFTUIFTIBSFPGQPPSIPVTFIPMEJODPNFPCUBJOFEGSPNOBUVSBM resources due to their high dependence on these resources. t t (SFFO+PCTBOJOEJDBUPSUIBUNFBTVSFTUIFDSFBUJPOPGEFDFOUKPCTJOUIFHSFFOTFDUPS1. I-GEM is intended to improve the ability of policymakers to in Kalimantan Tengah Province as KT-GEM is able to simulate compare policy interventions options between the Business the various policy intervention options that can increase eco- As Usual scenario and the green economy scenario that can nomic growth while reducing poverty, creating jobs and mitigat- result in different economic, social and environmental out- ing damage to natural resources – all being criteria of a green comes. Policymakers can analyse these impacts across differ- economy. ent timeframes, for example, 1, 5, or 10 years, thus enabling an informed policymaking. KT-GEM represents a green economy modelling in a province with an economic typology largely driven by the forestry and I-GEM application was tested at the provincial level in Kali- plantation sectors. If other provinces in Indonesia with similar mantan Tengah Province and produced a Green Economy economic typologies also develop a similar modelling, they will Model for Kalimantan Tengah, or KT-GEM, that was built contribute to the achievement of the Indonesian Green Econo- based on data and the specific context of Kalimantan Tengah. my Model. Presently, the LECB project is completing the Jakarta Using KT-GEM at the provincial level allows planners and pol- Green Economy Model (JAK-GEM) as a representation of an icymakers to decide policy directions towards a green economy economic typology based on services and an urban context. 1 Green Jobs is defined by ILO and UNEP (2008) as jobs that are decent and contribute to conservation and protection of god environmental quality in the agricultural, industrial, services as well as administrative sectors. The modelling approach cannot fully analyse the decency factor of a job created/eliminated due to a policy intervention. Further studies and consultations with stakeholders are required to analyse the decency level. 20 Provincial Policy Note LECB 2. The Kalimantan Tengah Green Economy Model (KT-GEM) 2.1. KT-GEM Design Process The KT-GEM design process started in early 2014 facilitated by the LECB Expert Team for Green Economy and a system dynamics modelling and the LECB Technical Team from Institut Teknologi Bandung. This activity involved representatives from the Kalimantan Tengah Provincial Government as the Technical Team (Regional Secretariat, BAPPEDA, Agricultural and Livestock Service, Plantation Service, Forestry Service, Public Works, Mining and Energy Service, Regional Environmental Agency) as well as Palangkaraya University teaching staff. The KT-GEM building process included consultations with policymakers – collecting secondary data and primary data – model and user interface building – model validation – modelling and user interface usage training. The Technical Team The Green GDP indicators were devised based on information from the forestry, agricultural and plantation, mining and energy, as well as fishery sectors. The human sector-based resource needs and jobs created were analysed for the Green Jobs indicator. While the GDP for the Poor indicator was designed based on primary data from 119 households in sixteen villages representing four types of livelihoods that depended on the environment and mixed economy (forest, rattan, riparian, and coal). The KT-GEM model was then built based on data collected and a consultation process with the Kalimantan Tengah Provincial Government and the Technical Team. The model shows linkages between social, economic and environmental variables with the system dynamics approach where changes to one variable will influence other variables. This system dynamics approach allows for a simultaneous analysis of impacts (Figure 1). training is expected to promote the technical capacity in the province to use and further develop KT-GEM in the planning and oversight of Green Economy development in Kalimantan Tengah Province. Figure 1. System dynamics approach in Kalimantan Tengah Green Economy Model (KT-GEM) KT-GEM: Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah 21 The KT-GEM User Interface was made to be user friendly to sectors. It enables the user to observe simultaneously the im- simulate the various Green Economy policy intervention sce- pacts of these scenarios to economic, social and environmental narios in the agricultural, energy, forestry, fisheries and mining indicators (Figure 2) as a basis to inform decision-making. Figure 2. Kalimantan Tengah Green Economy Model (KT-GEM) User Interface 22 Provincial Policy Note LECB ELUCIDATION OF TERMINOLOGIES IN THE USER INTERFACE OF KALIMANTAN TENGAH GREEN ECONOMY MODEL (KT-GEM) ECONOMY Natural Capital Change Change in quantity and quality of natural/environmental resources. The higher the natural resource capital, the better. Real GDP Real Gross Domestic Product or Conventional GDP is the value of all goods and services produced by a country that has not taken into account the costs of environmental degradation and damage. It is an economic growth indicator. Real GDP Growth Rate Average growth of Real GDP. Green GDP Green Gross Domestic Product is GDP that takes into account the costs of environmental degradation and damage. Green GDP Growth Rate Average growth of Green GDP. SOCIETY Relative HH (households) Income Relative income of general households. Relative Poor HH Income Income of poor households relative to general households. GDP of the Poor (Rattan) Illustrates the level of dependence of the poor to their surrounding natural resource, in this particular context, rattan. GDP of the Poor also illustrates the income levels of the poor obtained from natural resources. GDP of the Poor is influenced by the quality of the environment. If the environment is damaged, then the GDP of the Poor will also suffer. Green Jobs Decent job opportunities in various green sectors that contributes to a decrease in environmental pollution and damage. Food Balance Influenced by the production capacity and consumption level. Food balance would be better if production is greater then consumption. ENVIRONMENT Annual Emissions from Forest Annual level of greenhouse gas emissions from forestry sector. The less the forest cover, the higher the emission level. Cultivated (crop) land Area of land used for agriculture. Annual emissions (energy,land, fire) Annual greenhouse gas emission levels from various sectors. Forest Cover Forest cover area. Electricity Demand Levels of electricity demand. KT-GEM: Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah 23 2.2. KT-GEM Simulation: Business as Usual (BAU) Scenario based on 2011-2015 Kalimantan Tengah Medium-Term Development Plan Strategy and Objectives Kalimantan Tengah is a province rich in natural resources, as suggested by the prevailing economic activities in the agricultural, plantation, freshwater fishery, mining and forestry sectors. According to the 2011-2015 RPJMD of Kalimantan Tengah Province, the agricultural sector and the plantation sub-sector are the largest contributors (28.2%) to the Regional Gross Domestic Product (RGDP). The agricultural sector and the plantation sub-sector (oil palm, rubber, cassava) are most logical sectors to develop considering the high availability of land. The Kalimantan Tengah provincial government is facing a challenge in developing the plantation sector further as it is confronted with the spatial planning aspect where future potential locations exist in forest areas. Although the economic policy is focused on the agricultural sector, data from Kalimantan Tengah Provincial Statistics Agency (BPS, February 2014) shows that the number of workers in the agricultural sector has diminished by 2.17% compared to 2013. The poverty profile of Kalimantan Tengah Province according to Provincial BPS data (September 2013) shows that out of 145,000 poor (6.3% of the total population), a larger percentage of the poor live in rural areas (6.45%) compared to urban areas (5.8%). Meanwhile, the analysis of GDP of the Poor data shows that the environment is the main source of livelihood for most rural households in Kalimantan Tengah Province (Figure 3). On average, 76.38% of the rural population’s cash and noncash income is produced from the surrounding environmental resources. This shows that the quality of natural resources has a strong influence on the welfare of the poor in rural Kalimantan Tengah. Figure 3: Income portion from ecosystem services in Kalimantan Tengah Province Average ecosystem-based Average ecosystem-based Cash Type of Village Non-Cash Income and Non-Cash Income (% of total income) (%of total income) Forest N=31 households (Murung Raya) Riparian lands N=51 households (Barito Utara, Barito Selatan, Pulang Pisau and Kapuas) Rural mixed with rattan N=27 households (Katingan) Rural mixed with coal N=12 households (Barito Utara and Barito Selatan) All villages, all village types N=119 (16 villages in 6 districts/cities) 24 Provincial Policy Note LECB 51,43% 77.41 43.55 86.38 44.63 74.99 21.79 34.14 43.63 76.38 The above condition presents a challenge for development lar the agricultural sector and plantation sub-sector), develop- planners and policymakers in Kalimantan Tengah Province in ing irrigation infrastructure to promote the agricultural sector their endeavour to realise the 2015 Vision of Kalimantan Ten- and mitigating the environmental damage and destruction. gah Province to ensure better welfare for the people through KT-GEM was used to simulate the long-term impact scenario economic growth, reducing poverty and income gap, creating (up to 2030) of the policy interventions in the agricultural and jobs and improving the quality of the environment. In order to forestry sectors pursuant to the directions of the 2011-2015 realize this vision, policy interventions in the agricultural sec- RPJMD and inputs from the Kalimantan Tengah Technical tor, plantation and forestry sub-sectors, in line with the 2011- Team 2. 2015 Kalimantan Tengah RPJMD strategy and objectives, puts priority on the growth of leading economic clusters (in particu- Economic, social and environmental implications: Analysis of the Business As Usual Scenario An analysis of the Business As Usual (BAU) scenario in ture of Kalimantan Tengah economy is largely driven by Kalimantan Tengah (Figure 4) shows an increasing Re- the agricultural sector/plantation and mining sub-sectors, gional GDP by the end of the simulated years (2030). a range of policy interventions would be required in these However, the increase in the Regional GDP was coupled sectors, as well as improvements in forestry management. with a depletion of the environmental capital, particularly a decline in the forest cover. Considering that the struc- Figure 4. KT-GEM simulation for the Business As Usual scenario: The Green GDP Indicator shows economic activities based on natural resources and conversion of forest lands. 2 For a more complete explanation regarding KT-GEM simulation, see the Final Report: Kalteng’s Green Economy Model (KT-GEM). 24th February 2014. Pavan Sukhdev, Andrea Bassi, Kaavya Varma & Sonny Mumbunan. UNDP-LECB. KT-GEM: Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah 25 Economic, social and environmental implications: Business As Usual Scenario Analysis An analysis of KT-GEM GDP of the Poor and Green Jobs sectors in the long-term will not result in increasing the indicators for the Business As Usual (BAU) scenario shows income of poor households and job creation in the green that despite increasing Regional GDP of Kalimantan Ten- sector (Figure 5). gah, policy interventions in the agricultural and forestry Figure 5. KT-GEM simulation for the Business As Usual scenario: GDP of the Poor and Green Jobs indicators show that the increase of Kalimantan Tengah Regional GDP in the long term tends to not contribute to an increase of poor household income and job creation. 2.3. The Kalimantan Tengah Green Economy Scenario for the 20162020 Regional Medium-Term Development Plan (RPJMD). KT-GEM was used to simulate a number of Kalimantan Tengah Green Economy policy intervention scenarios in the agricultural and forestry sectors to compare with the BAU scenario. ‘The green economy simulation is proposed as a recommendation in drafting the 2016-2020 Regional MediumTerm Development Plan of Kalimantan Tengah Province.” The simulated Green Economy scenario by using KT-GEM is as follows: Agriculture Policy Interventions: t Sustainable agriculture policy: application of sustainable agriculture land in 1 million hectares (10,000 km2) beginning 2017. t Land productivity policy: Increase land productivity in the conventional agricultural sector (target 2.5 ton/Ha) and in shifting agricultural sector (target 1.5 ton/Ha) by 2030. t Plantation expansion policy: the 80.000 Ha annual plantation expansion is to be reduced to 40.000 Ha/year from 2020. 26 Provincial Policy Note LECB Forestry Policy Intervention: t Avoided deforestation policy: a cap on forest conversion to a maximum of 2,500,000 hectares cumulatively since 2012. The economic, social and environmental implications: Analysis of Green Economy Scenario Analysis of the Green GDP indicator in the green policy tervention of capping forest conversions increases forest interventions scenario in the agricultural and forestry cover, while increasing the productivity of conventional sectors, as compared to the Business As Usual (BAU) sce- agriculture, shifting agriculture and application of sustain- nario, shows a higher increase in the Regional GDP of Ka- able agriculture system lowered demand for agricultural limantan Tengah Province along with improving natural land (Figure 6). resource and environmental conditions. The policy in- Figure 6. KT-GEM simulation of the Green Economy scenario shows a better trend for Regional GDP, natural resources and forest cover compared to BAU scenario and a decreased need for agricultural land. KT-GEM: Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah 27 Economic, social and environmental implications: Green Economy Scenario Analysis of GDP of the Poor and Green Jobs indicators for tion of capping forest conversion and introduction of tech- the green policy intervention scenario in the agricultural nologies to increase agricultural productivity. This sector- and forestry sectors, as compared to the Business As Usual shifting trend needs to be anticipated in order to prepare (BAU) scenario, shows that an increased Regional GDP the skills of workers to match the future market demand of Kalimantan Tengah Province will, in the long run, in- (Figure 7). creased the income of poor households. Job creation in the agricultural sector will decrease, but will shift to the forestry sector due to the policy interven- Figure 7. KT-GEM simulation of Green Economy scenario shows that Regional GDP increase resulting from policy interventions in the agricultural and forestry sectors will, in the long term, contribute to an increase in the income of poor households and encourage a shift of job creation from the agricultural sector to the forestry sector. 28 Provincial Policy Note LECB 3. Policy Recommendations tThe use and development of the Kalimantan Tengah Green million hectares) and the agricultural sector (by applying a sus- Economy Model (KT-GEM) to assess the long-term impacts tainable agricultural approach, increasing productivity of con- of policy interventions that have been implemented in the Ka- ventional farmlands and shifting agriculture for small farmers) limantan Tengah 2011-2015 RPJMD as well as to formulate the will produce positive social, economic and environmental im- policy direction of the 2016-2020 RPJMD can help planners pacts. Policy options that can be taken in the agriculture sector and policymakers analyse simultaneously the social, economic that will benefit the poor include improving access to informa- and environmental impacts of past and future policies. tion, provision of subsidies for organic farming activities, provision of incentives for small-scale farmers that includes mar- t*ODSFBTJOHQSPEVDUJWJUZJOUIFBHSJDVMUVSBMTFDUPSBOEUIF ket price, availability of post-harvest facilities, water supply, as application of sustainable agriculture practices by giving well as affordable price for seedlings and pest control. priority to small-scale farmers results in positive social, economic and environmental impacts. The Green Economy Scenario for Kalimantan Tengah Province simulated using KTGEM shows that interventions in the forestry sector (by capping the area of convertible forest lands to a maximum of 2.5 KT-GEM: Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah 29 Contact Person: Verania Andria Programme Manager United Nations Development Programme (UNDP)-Indonesia Menara Thamrin Building, 9th Floor Kav.3 Jl. M.H. Thamrin, Jakarta 10250, Indonesia [email protected] Tel: +62 (0) 2129802300 LECB INDONESIA Provincial Policy Note LOW EMISSION CAPACITY BUILDING PROJECT - INDONESIA Green Economy Model for Central Kalimantan Province (KT-GEM) KT-GEM: Model Ekonomi Hijau Provinsi Kalimantan Tengah 31