Download Analisis Jaringan MPLS-TE Fast Reroute Menggunakan Metode

Survey
yes no Was this document useful for you?
   Thank you for your participation!

* Your assessment is very important for improving the workof artificial intelligence, which forms the content of this project

Document related concepts
no text concepts found
Transcript
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016)
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
ISSN: 2089-9815
Analisis Jaringan MPLS-TE Fast Reroute Menggunakan Metode QoS Diffserv
Berbasis Server OpenIMSCore
1,2,3
Fitri Wulansari1, Rendy Munadi2, Ratna Mayasari3
Program Studi Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi No. 01 Terusan Buah Batu Bandung 40257
Telp. (022)7564108
1
E-mail: [email protected]
2
E-mail: [email protected]
3
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Performansi dan utilitas jaringan menjadi salah satu permasalahan penting dari Quality of Service.
Teknologi internet protocol (IP) dasarnya bersifat best effort. Differentiated service merupakan model QoS yang
lebih baik dibandingkan dengan model best effort. Selain model QoS, metode penerusan paketnya perlu
diperhatikan, salah satu metode forwarding paket di jaringan adalah MPLS. MPLS merupakan metode
forwarding data melalui suatu jaringan menggunakan informasi dalam label yang dilekatkan pada IP. MPLS
menawarkan fungsi traffic engineering, dengan mencari jalur peroutingan yang memiliki utilitas link yang
rendah. Pada MPLS-TE dengan tambahan fitur Fast Reroute, memungkinkan jika terjadi failed link akan lebih
cepat di re-route ke path lain, sehingga paket yang dikirimkan tidak perlu menunggu yang mengakibatkan QoS
yang rendah. Pada penelitian kali ini penulis akan mengimplementasikan MPLS-TE Fast Reroute dengan QoS
Differentiated Service menggunakan server yang mengadopsi platform IP Multimedia Subsystem (IMS) yaitu
OpenIMSCore sebagai penyedia layanan multimedia, dengan menggunakan Graphycal Network Simulator 3
(GNS3).
Kata Kunci: quality of services(qos), differentiated service, mpls-te fast reroute, ims
ABSTRACT
Performance and utility network performance and utility network became one of the main problem in
Quality of Service (QoS). Differentiated service is one of QoS model which better than best effort model, and
can be embed in IP network. Besides the problem of model QoS, forwarding method of the packet also became
the concern problem, which one of that forwarding method is MPLS. MPLS is a method of forwarding data over
a network by using the information in the label attached on the IP packet. MPLS offers traffic engineering
function by finding path that have low utility link so that can minimalize the queue in the router. MPLS-TE have
fast reroute feature that enable if there is a failed link it will faster to reroute to another path, so the packet is not
have to wait and make the value of the QoS worse. This research will implementing MPLS-TE fast reroute with
QoS differentiated service use a server OpenIMSCore that adopted IP Multimedia Subsystem Platform as a
multimedia service provider, with using Graphical Network Simulator (GNS3).
Keyword : quality of services(qos), differentiated service, mpls-te fast reroute, ims
Multi Protocol Label Switching (MPLS) hadir untuk
meningkatkan
performansi
jaringan
dengan
menyederhanakan
routing
paket
dan
mengoptimalkan pemilihan jalur (path) yang melalui
core network, MPLS bekerja dengan cara
menambahkan header/ label pada paket sebagai
identifikasi yang akan digunakan pada proses
switching [1].
Pada MPLS juga menyediakan fitur Traffic
engineering atau bisa disebut MPLS-TE, dimana
traffic engineering memanipulasi trafik agar sesuai
dengan jaringan, yang pada intinya memindahkan
traffic sehingga traffic dari link yang memiliki
congestion dipindahkan ke link yang tidak
digunakan [1]. Dengan adanya tambahan fitur Fast
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi
telekomunikasi, kebutuhan manusia semakin
berkembang, terutama kebutuhan akan layanan
multimedia. Teknologi IP Multemedia Subsystem
datang sebagai platform penyedia layanan
multimedia pada jaringan berbasis internet protocol
(IP). Performansi dan kualitas jaringan merupakan
salah satu fokus permasalahan pada jaringan
berbasis IP .
Ada beberapa metode untuk meningkatkan
Quality of Service dari suatu jaringan, antara lain
differentiated service, Resource reservation dan
Multi Protocol Label Switching (MPLS). Teknologi
685
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016)
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
Reroute pada teknologi MPLS-TE diharapkan dapat
meningkatkan kecepatan pemindahan traffic
sehingga dapat menjaga nilai QoS pada jaringan
tersebut.
ISSN: 2089-9815
2.1.1 Komponen MPLS (Ghein,2006)
1.2
Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa
masalah yaitu penelitian ini dilakukan dengan
membangun jaringan MPLS-TE Fast Reroute,
dimana backbone jaringan ini digunakan untuk
melewatkan layanan yang diberikan oleh server
OpenIMSCore dan data pengujian yang diambil dari
performansi jaringan yang dibangun pada Graphical
Network Simulator 3 meliputi delay, jitter, dan
throughput yang diukur menggunakan Wireshark
Network Analyzer.
Gambar 2. 1 Komponen MPLS
Komponen dasar penyusun jaringan MPLS pada
Gambar 2.1 , yaitu :
a. MPLS Node yaitu Router pada jaringan MPLS
yang akan meneruskan paket yang diterimanya
berdasarkan label.
b. MPLS label merupakan header tambahan yang
diletkkan diantara layer 2 dan IP Header.
c. Label Edge Router (LER) yaitu MPLS node
yang menghubungkan MPLS domain dengan
node yang berada diluar MPLS domain.
d. Label Switching Router (LSR) adalah router
yang telah mendukung MPLS, di mana router
tersebut dapat menerima dan meneruskan paket
yang telah diberi label pada layer-2.
e. Label Switched Path (LSP) merupakan jalur
yang terbentuk dari serangkaian satu atau lebih
Label Switching Hop dimana paket diteruskan
oleh label swapping berdasarkan tabel
Forwarding Equivalent Class (FEC) dari satu
MPLS node ke MPLS node yang lain.
1.3
Tujuan
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka
dapat dirumuskan beberapa tujuan pelaksanaan
penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
a. Mengimplementasikan layanan yang diberikan
oleh server OpenIMSCore dengan jaringan
MPLS-TE Fast Reroute.
b. Menganalisis
performansi
layanan
yang
diberikan oleh server OpenIMSCore yang
menggunakan MPLS-TE Fast Reroute dengan
menggunakan QoS diffserv.
2.
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Dasar MPLS
Multi Protocol Label Switching (MPLS) adalah
suatu metode forwaring data (paket diteruskan
melewati suatu jaringan) dengan menggunakan
informasi dalam label yang dilekatkan pada paket
IP. MPLS menggabungkan teknologi switching
layer-2 dengan teknologi routing layer-3. Label
MPLS
yang
dilekatkan
pada
paket
IP
memungkinkan router untuk merutekan traffic
berdasarkan label bukan alamat IP tujuan
(Munadi,2011)(Ghein,2011).
Teknik pelabelan yang dipakai bukanlah teknik
yang baru. Frame Relay dan ATM menggunakan
teknik ini untuk memindahkan frame atau sel pada
suatu jaringan, dimana pada Frame Relay panjang
frame disesuaikan dengan besarnya paket dan pada
ATM panjangnya frame tetap, yaitu 5 byte untuk
header dan 48 byte sebagai payload. Selain itu
Frame Relay dan ATM memiliki kesamaan yaitu
penggantian label pada setiap hop di jaringan. Proses
seperti ini tidak terjadi pada proses penerusan paket
di jaringan IP, dimana pada jaringan IP tidak terjadi
penggantian alamat tujuan, tetapi melihat alamat dari
tujuan paket itu sendiri kemudian dicocokkan
dengan table routing untuk kemudian di teruskan ke
hop selanjutnya, dengan proses seperti itu maka
waktu yang dibutuhkan dalam proses penerusan
paket menjadi lama. Atas dasar itulah maka
teknologi MPLS ini dibuat. (Ghein, 2006).
2.2
MPLS-TE Fast Reroute
Traffic engineering dengan MPLS intinya adalah
memindahkan traffic sehingga traffic dari link yang
memiliki congestion dipindahkan ke link yang
sedang tidak digunakan. MPLS mengkombinasi
kemampuan traffic engineering dengan fleksibilitas
IP dan pembagian kelas layanan (Class of Service)
(paper, 2009). Pengembangan MPLS-TE ini
menguntungkan, antara lain adanya connectivity
protection menggunakan
Fast Reroute (FRR),
MPLS-TE FRR merupakan mekanisme untuk link
protection dan node protection pada MPLS-TE.
Dimana MPLS-TE ini memiliki fitur switch over
yang memiliki respon yang cepat dan waktu yang
cukup singkat (MPLS-TE FRR Technology White
Paper, 2008).
Komponen MPLS-TE dapat dibedakan menjadi :
(Pratiwi,2015)
1. Management Path, merupakan proses
pemilihan rute berdasarkan kriteria tertentu,
pemilihan ini bisa dilakukan secara administrative
atau otomatis menggunakan protokol CR-LDP
(constraint based routing LDP, digunakan untuk
mengurangi pekerjaan manual TE). Manajemen path
juga me-manage path, menjaga path selama proses
transmisi dan memtikannya setelah proses selesai.
686
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016)
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
Terdapat beberapa macam atribut pada path, yang
digunakan dalam manajemen path, yaitu :
a. Atribut parameter trafik, merupakan
karakteristik trafik yang akan ditransfer.Berupa nilai
puncak, nilai rata-rata, ukuran burst yang dapat
terjadi, dll. Informasi ini diperlukan untuk
menentukan resource yang diperlukan dalam trunk
trafik.
b. Atribut pemilihan dan pemeliharaan path
generik, merupakan aturan yang digunakan untuk
memilih trafik dan menjaganya supaya tetap hidup.
c. Atribut prioritas, menunjukkan prioritas
trunk trafik. Digunakan saat pemilihan path maupun
ketika mengalami kegagalan dalam network.
d. Atribut pre-emption, untuk menjamin
bahwa prioritas trunk trafik yang tinggi dapat
melalui jalur path yang lebih baik.
e. Atribut perbaikan, merupakan perilaku
trunk trafik dalam keadaan gagal, meliputi deteksi
kegagalan, pemberitahuan, dan perbaikan.
f.
Atribut policy, menetukan tindakan yang
diberikan terhadap trafik yang melebihi batas.
Perlakuannya, bisa dibatasi, ditandai, atau diteruskan
begitu saja.
2. Penempatan Traffic, setelah LSP terbentuk,
trafik harus dikirim melalui LSP. Manajemen trafik
akan mengelola proses tersebut, melakukan fungsi
pemisahan (membagi trafik atas kelas-kelas tertentu)
dan pengiriman (memetakan trafik ke LSP).
3. Penyebaran keadaan network, bertujuan
membagi informasi topologi ke seluruh LSR dalam
network, menggunakan protokol seperti IGP.
Penyebaran informasi ini meliputi bandwith link
maksimal, alokasi trafik maksimal, pengukuran TE
default, bandwith yang dicadangkan untuk tiap kelas
prioritas, dan atribut-atribut kelas resource.
Informasi tersebut diperlukan untuk memilih rute
terbaik dalam pembentukan LSP.
4. Manajemen network, meliputi konfigurasi
network, pengukuran network, dan penanganan
kegagalan network. Pengukuran yang dilakukan
sama seperti pada paket lainnya, seperti traffic flow
(melihat pada statistika hasilnya), path loss (dengan
monitoring pada ujung-ujung LSP dan mencatat
trafik yang hilang), path delay(dengan mengirim
paket probe ke seberang LSP, kemudian mengukur
waktunya), juga dapat membangkitkan notifikasi
dan alarm jika parameter yang ditentukan tersebut
sudah diambang batas.
Dari Gambar 2.2 dapat diilustrasikan bagaimana
fast reroute digunakan untuk link protection antara
device R1 dan R9 yang melewati link tengah R2 dan
R3. TE tunnel dari R1 ke R9 menggunakan primary
tunnel dengan label 37,14, dan Pop. Untuk
memprotect link R2 –R3, dibuat backup tunnel pada
path antara R6 dan R7. Backup tunnel ini
diidentifikasi dengan label 17, 22, dan Pop. Ketika
R2 di notified bahwa link R2-R3 tidak bisa dilewati ,
mudah saja diteruskan menggunakan backup tunnel
menuju R3. Dengan mem-push label 17 setelah
ISSN: 2089-9815
normal swap-nya (mengganti label 37 dengan label
14). Dengan push 17, meneruskan paket ke backup
tunnel , keputusan reroute ini diambil ketika R2
mendeteksi link failure (Prayogo, 2010).
Gambar 2. 2 MPLS-TE FRR Link protection
2.3
Differentiated Service (Diffserv)
Diffserv merupakan skema implementasi QoS
untuk IP yang mampu memberikan differensiasi
layanan dengan membagi trafik atas kelas kelas dan
memperlakukan setiap kelas secara berbeda. Prinsip
kerja diffserv, node node ingress sebuah domain
memproses dan memberi tanda ToS (Type of
Service) byte didalam IP header jadi tidak perlu
memakai header baru. Indentifikasi kelas dilakukan
dengan memasang kode diffserv yang disebut
Diffserv Code Point (DSCP) ke dalam paket IP,
tetapi dengan menggantikan field TOS (Type of
Service) di header IP dengan field DS
(Differentiated Service field) (Czerny, 2011).
Diffserv menyediakan layanan khusus menurut
QoS yang dikehendaki oleh masing-masing paket,
misalnya dengan menggunakan teknik IP
Precedence. Jaringan akan melakukan packet
classification, traffic shaping, traffic policing, dan
queuing berdasarkan informasi yang diberikan
(Prapanca, 2015).
Gambar 2. 3 Alur Pemrosesan Diffserv
Dalam hal ini yang menerima paket hanya
melihat nilai DSCP yang memberi perlakuan
istimewa pada paket tersebut. Perlakuan istimewa ini
dinamakan Per-Hop Behavior (PHB). Saat ini IETF
(Internet Engineering Task Force) mempunyai
standar klasifikasi PHB, yaitu Expedited Forwarding
(EF), Assured Forwarding(AF), Best Effort (BE).
Masing masing PHB ini dikelompokkan menjadi
beberapa karakterisik, dari resouces yang mereka
687
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016)
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
miliki (seperti ukuran buffer dan bandwidth),
prioritas relative terhadap PHB lainnya atau
karakterisik pengamatan yang mereka miliki (seperti
delay dan loss).
Dari Gambar 2.3 dapat dijelaskan alur proses di
dalam diffserv. Pertama saat paket data yang datang
kemudian diklasifikasi dan dibagi kedalam tiap jenis
DSCP yang sesuai dengan paket tersebut. Kemudian
setelah dikelompokkan menurut paket data
kemudian masuk kedalam antrian dan diproses dan
dikirim menurut berat prioritas paket data yang akan
dikirimkan.
2.5
ISSN: 2089-9815
Perancangan dan Implementasi Sistem
2.5.1 Alur Perancangan Sistem
Pada Gambar 2.5 dapat dilihat tahapan
perancangan system yang digunakan pada penelitian
ini yaitu sebagai berikut :
2.4
OpenIMSCore
OpenIMSCore merupakan open source software
yang mengimplementasikan Call Seession Control
Function atau CSCF dan Home Subscriber Server
atau HSS di IMS, yang bersama-sama membentuk
sebuah core yang merupakan elemen-elemen IMS
atau NGN yang telah dispesifikasikan pada 3GPP,
3GPP2, ETSI TISPAN dan PacketCable Intiative.
Open IMS Core merupakan software yang dibangun
oleh FOKUS. (OpenSourceIMSCore)
Gambar 2. 5 Flowchart Sistem
2.5.2 Tahap perancangan
Pada perancangan sistem ini bertujuan untuk
membandingkan performansi layanan Voice dan
Video Conference yang melewati jaringan MPLSTE Fast Reroute Diffserv menggunakan protocol
peroutingan OSPF, layanan yang akan dilewatkan
pada jaringan ini adalah layanan VoIP dan Video
conference yang akan diberikan oleh server
OpenIMSCore
Gambar 2. 4 Arsitektur OpenIMSCore
Open IMS Core merupakan software yang
bersifat open source. Seperti Gambar 2.4 dalam
Open IMSCore sudah ada elemen utama yang ada di
dalama IMS itu sendiri. Seperti HSS yang berfungsi
sebagai basis data user dan CSCF yang terdiri dari 3
bagian yaitu ICSCF sebagai penerus pesan SIP yang
masuk ke semua elemen lain yang ada di Open IMS
Core, SCSCF sebagai server SIP yang bertugas
memproses pesan SIP yang masuk, dan yang
terakhir adalah PCSCF sebagai pintu gerbang
pertama bagi user terhubung dengan server IMS.
(Indradito, 2014)
Gambar 2. 6 Desain Jaringan
Pada Gambar 2.6 dapat dilihat desain jaringan
dimana pada topologi tersebut terdapat jaringan
yang berbeda yang dihubungkan dengan router
688
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016)
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
virtual pada Graphical Network Simulator (GNS3).
Perangkat perangkat yang digunakan dalam
membangun jaringan ini adalah :
a. Backbone core network MPLS-TE FRR
Diffserv merupakan router yang dibangun
dengan
menggunakan
emulator
GNS3
(Graphical Network Simulator) dengan IOS
image c7200 advance enterprise, dengan
spesifikasi PC 8GB RAM, Hardisk 500GB, dan
3 port FastEthernet.
b. Client yang digunakan berjumlah 5 client yang
terdiri dari 2 client voice dan 3 client video
conference dan ditambah dengan 2 switch 8
port.
c. Layanan VoIP dan Video Conference diberikan
oleh server OpenIMSCore, dengan spesifikasi
PC 4GB RAM dan Hardisk 150 GB.
d. Server NTP yang digunakan untuk mensinkronkan waktu antar client sebelum
komunikasi berlangsung
ISSN: 2089-9815
Engineer harus memastikan tunnel yang akan
digunakan untuk membackup trafik telah aktif,
untuk melihat apakah tunnel tersebut sudah up atau
belum kita dapat menggunakan command (Jose,
2014) seperti gambar 2.8 tunnel R2_t263 dan
R2_t273 pada state terlihat “up/up”:
Gambar 2. 7 Tunnels Active
2.5.3 Skenario Pengujian
Pada penelitian kali ini dibagi menjadi dua
skenario yaitu :
a. Skenario I yaitu Pengujian QoS pada Jaringan
MPLS traffic engineering fast reroute diffserv
pada layanan VoIP dan Video Conference
menggunakan server OpenIMSCore.
b. Skenario I yaitu Pengrujian QoS dengan
pemutusan link pada Jaringan MPLS traffic
engineering fast reroute diffserv pada layanan
VoIP dan Video Conference menggunakan
server OpenIMSCore.
Konfigurasi jaringan akan lebih baik dilakukan
bila waktu antara client yang akan berkomunikasi
sinkron. Sinkronisasi waktu ini berpengaruh pada
proses pengukuran parameter parameter QoS yang
akan diambil.
Proses konfigurasi dapat dilakukan setelah
proses sinkronisasi. Pada penelitian kali ini penulis
menggunakan 8 router dimana R1, R5 dan R8
berperan
sebagi
customer
edge
dan
R2,R3,R4,R6,dan R7 berperan sebagai provider
edge. Pada skenario kali ini akan dibuat jaringan
MPLS traffic engineering Fast Reroute yang
memiliki dua backup tunnel.
2.6
Analisa Sistem
Pada bab ini akan dibahas analisis dari besaran
nilai QoS dengan menggunakan jaringan MPLS-TE
Fast Reroute Diffserve yang digunakan dalam
melewatkan layanan VoIP(Voice over Internet
Protocol) dan Video Conference pada arsitektur IP
Multimedia
Subsystem.
Adapun parameterparameter Qos yang diukur adalah Delay, jitter, dan
throughput. Untuk mendapatkan nilai nilai
parameter QoS tersebut digunakan Wireshark
sebagai network protocol analyzer. Wireshark
digunakan untuk meng-capture paket-paket data
yang ada di jaringan.
Sebagai acuan tingkat kualitas layanan yang
dijamin oleh backbone jaringan pada penelitian ini,
maka digunakan standar beberapa lembaga dibidang
telekomunikasi sebagai acuan besaran parameter
QoS antara lain, :
a. Delay yang paling baik dalam transfer untuk
layanan yang bersifat real time bernilai antara 0150ms(ITU-T G.1010 preffered) dan < 400 ms
(ITU-T G.1010 acceptable).
b. Jitter bernilai <50ms (ITU-T G.1010), dan
bernilai <30 ms (Cisco).
QoS adalah hasil kolektif dari berbagai kriteria
performansi (parameter) yang menentukan tingkat
kepuasan penggunaan suatu layanan. QoS adalah
parameter yang menunjukkan kemampuan suatu
jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik
Gambar 2. 8 Tunnels Backup
Berikut Gambar 2.7 backup tunnel yang telah
terkonfigurasi pada jaringan seperti Gambar 2.7,
pada jaringan akan diuji telah dikonfigurasi 2
backup tunnel yang akan memproteksi link antara
R2 dan R3 jadi saat terjadi pemutusan link antara
kedua router tersebut akan dibackup ke tunnel yang
telah tersedia. Berikut adalah pemetaaan backup
tunnel yang telah dibuat:
a. R2_t263,
membackup
jalur
yang
menghubungkan langsung R2 dan R2, trafik
nya akan dialihkan ke R6 lalu menuju ke R3.
b. R2_t263,
membackup
jalur
yang
menghubungkan langsung R2 dan R2, trafik
nya akan dialihkan ke R7 lalu menuju ke R3.
689
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016)
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
pada trafik data tertentu pada berbagai jenis platform
teknologi. QoS tidak diperoleh langsung dari
infrastruktur yang ada, melainkan diperoleh dengan
mengimplementasikan pada jaringan yang telah
dibuat.
ISSN: 2089-9815
2.6.2 Jitter
Jitter didefinisikan sebagai variasi delay atau
selisih delay pertama dengan delay setelahnya,
Delay yang diakibatkan oleh panjang antrian dalam
suatu pengolahan data dan reassemble paket-paket
data di akhir pengiriman akibat kegagalan
sebelumnya. Jitter merupakan masalah yang khas
pada connectionless atau packet switch network.
Secara umum jitter merupakan masalah slow
speed links. Karena itu diharapkan peningkatan QoS
dengan mekanisme priority buffer, bandwidth
reservation, dan high speed connections dapat
mereduksi masalah jitter di masa depan. Cisco
menetapkan bahwa jitter untuk komunikasi realtime
seperti video interaktif dan voice tidak boleh
melebihi 30 ms. Semakin besar nilai Jitter akan
mengakibatkan nilai QoS akan semakin turun. Untuk
mendapatkan nilai QoS jaringan yang baik, nilai
Jitter harus dijaga sekecil mungkin.
2.6.1 Delay
Delay merupakan waktu rata-rata yang
dibutuhkan suatu paket untuk menempuh route dari
asal ke tujuan. Dalam penelitian ini delay yang
dimaksudkan adalah delay rata- rata yang
merupakan one way delay, yaitu jumlah total waktu
pengiriman paket dalam satu kali pengalamatan
dalam hal ini satu kali simulasi dibagi dengan
jumlah usaha pengiriman yang berhasil dalam satu
kali pengamatan tersebut.
Gambar 2. 10 Grafik Delay
Pada gambar 2.9, terlihat bahwa hasil
pengukuran delay pada jaringan MPLS-TE FRR
dengan Diffserv memiliki nilai yang baik dan sesuai
kriteria yang diinginkan, karena pada penelitian
sebelumnya telah terbukti bahwa diffserv memiliki
performansi yang baik. Hal ini disebabkan karena
teknologi diffserv yang diterapkan pada jaringan
dapat
melakukan
pengklasifikasian
paket
berdasarkan prioritas sesuai dengan kode DSCP
yang digunakan untuk layanan, seperti AF43 untuk
layanan multimedia conferencing dan EF untuk
layanan telephony.
Nilai delay yang dihasilkan pada skenario yang
telah dilakukan menghasilkan nilai delay skenario
kedua lebih kecil dibandingkan nilai delay pada
skenario pertama yang disebabkan karena adanya
waktu tunda paket karena saat terjadi pemutusan
link jaringan membutuhkan waktu untuk mencari
alternatif jalur yang lain. Namun dengan standar
yang ada maka kedua layanan yang dilewatkan telah
memenuhi standar.
Gambar 2. 9 Grafik Jitter
Gambar 2.10 merupakan hasil pengukuran jitter
untuk layanan VoIP dan Video Conference. Dari
hasil pengukuran terlihat bahwa nilai jitter naik
seiring dengan kestablian suatu jaringan. Hasil
skenario II yang memiliki jitter yang lebih kecil.
Variasi delay terjadi karena pengaruh beban
trafik dan besarnya congestion pada jaringan saat
terjadi pemutusan link paket paket yang berada pada
link putus pasti mengalami tumbukan sehingga
memiliki nilai jitter yang besar.
2.6.3 Throughput
Throughput adalah jumlah bit yang sukses
dikirim dari suatu terminal tertentu di dalam sebuah
jaringan, dari suatu titik jaringan, atau dari suatu
titik ke titik jaringan yang lain dibandingkan dengan
690
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016)
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
total waktu pengiriman. Throughput maksimal dari
suatu titik atau jaringan komunikasi menunjukkan
kapasitasnya.
Berdasarkan hasil pengukuran dapat dilihat pada
gambar 2.11 hasil skenario I memiliki tingkat
keberhasilan paket yang sampai lebih besar
dibandingkan skenario II dikarenakan tidak adanya
hambatan pada skenario I, karena pada skenario II
penyebab kecilnya nilai throughput disebabkan
karena pada saat pemutusan link terdapat paket yang
dikirim ulang ataupun di tunda.
Selain dikarenakan mekanisme fast reroutenya
QoS diffserv pun berpengaruh pada perbaikan nilai
throughput, karena paket akan di klasifikasikan
berdasarkan prioritasnya.
ISSN: 2089-9815
Terkait dengan hasil throughput dan jitter, akan
mempengaruhi tingkat keberhasilan paket yang
sampai di tujuan, semakin delay nya besar akan
menyebabkan keberhasilan paket yang sampai di
tujuan akan berkurang. Tercermin pada pengamatan
ketiga, dimana throughput jaringan yang mengalami
kegagalan link lebih kecil dibandingkan throughput
jaringan yang tidak mengalami kegagalan link sama
sekali.
Nilai QoS dari skenario I dimana jaringan
MPLS TE FRR diffserv ini memiliki nilai delay,
jitter dan throughput yang lebih besar dibandingkan
dengan nilai QoS Skenario II dapat disimpulkan
bahwa dalam kondisi yang buruk pun MPLS TE
Fast Reroute diffserv tetap dapat menjaga nilai
kualitas jaringannya agar tetap sesuai dengan
standard yang ada oleh karena itu fitur dari fast
reroute ini mulai banyak dikembangkan dan
digunakan dalam mekanisme peroutingan.
Saran yang dapat diajukan untuk penelitian
selanjutnya adalah :
a. Perlu dilakukan implementasi pada jaringan
real, dimana harus dilakukan pengecekan
terlebih dahulu apakah hardware yang
digunakan telah memiliki fitur fast reroute pada
MPLS-TE.
b. Analisis dan penelitian lebih lanjut terhadap
variasi bandwidth dan variasi tipe tunnel pada
MPLS-TE fast reroute.
PUSTAKA
Aditara P., T. (2015). Analysis and Implementation
Qos Use Combination MPLS-Intserv and
MPLS-Diffserv in IP Multimedia Subsystem
(IMS).
Bandung:
Repository
Telkom
University.
Gambar 2. 11 Grafik Throughput
Czerny, D. (2011). MPLS-Traffice Engineering-Diffserv Aware(DS-TE). Indiana: College of
Technology Master Theses. Paper 48, Purdue
University.
3.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil implementasi, pengujian dan
analisis yang dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa MPLS-TE Fast Reroute diffserv
memiliki nilai Qos yang baik karena telah memenuhi
standar ITU-T ataupun cisco. Penggunaan teknologi
traffic engineering fast reroute terbukti membuat
QoS layanan menjadi lebih baik. Dari pengamatan
nilai delay skenario II memiliki delay yang lebih
besar dibandingkan skenario I yang disebabkan oleh
mekanisme pemutusan link pada traffic engineering.
Pada skenario I terbukti dapat membuat variasi
delay mengalami perbaikan untuk kedua layanan.
Hal ini menunjukkan kestabilan dalam proses
pengiriman traffic. Karena pada konsepnya MPLS
TE fast reroute akan mengawasi Label Switch Path
dimana saat terjadi kegagalan link MPLS TE fast
reroute akan langsung beroperasi.
Ghein, L. (2006). MPLS Fundamentals. USA: Cisco
Press.
Indradito P, B. (2014). Implementation and
Performance Analysis of Mobicents as
Application Server on IP Multimedia
Subsystem Architecture for Video Conference
Service. Bandung: Repository Telkom
University.
Jose, S. (2014). MPLS Traffic engineering Path Link
and Node protection Configuration Guide ,
Cisco IOS XE Release 3S. USA: Americas
Headquarters, Cisco Systems, Inc.
(2011). MPLS TE FRR Technology White Paper.
Hangzhou H3C Technology Co.,Ltd..
691
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016)
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016
Munadi, Rendy. (2011). Teknik Switching. Bandung:
Informatika Bandung.
OpenSourceIMSCore.
(n.d.).
(A
German
Engineering Software Company, Berlin) From
http://www.openimscore.org/
paper, C. w. (2009). Advanced Topics in MPLS-TE
Deployment. USA: Cisco System.
Prapanca, T. (2015). Analysis and Implementation
QoS Use Combination MPLS-Intserv and
MPLS-Diffserv in IP Multimedia Subsystem
(IMS). Bandung: Telkom University.
Pratiwi P.Wedda, A. (n.d.). Implementation and
analysis of soft QoS (diffserv) on MPLS-TE
Network for triple play services.
Prayogo, K. (2010). QoS(Quality of Service)
Performance Analysis of MPLS-TE Fast
Reroute Network using PC router Emulator.
Bandung: Telkom University.
692
ISSN: 2089-9815